17. PERKEMAHAN

12 4 3
                                    

Gak mau banyak opening, langsung aja.

Happy Reading 💕
—————————

17. PERKEMAHAN.

“Mencintaimu menyakitkan, Kak!”

Aldra terdiam dengan posisi duduk di kursinya kembali. Dia tidak munafik, dia menyadari bahwa dirinya memang 'gila'. Entah darimana datangnya, tiba-tiba saja dirinya berbicara seperti itu pada gadis yang baru saja menghampirinya tadi.

Panji menghembuskan nafasnya pelan. Dia bangkit dari duduknya dengan wajah merah.

“Kemana?” tanya Dio di tempatnya sambil melihat ke arah Panji.

Lelaki dengan kalung hitam itu hanya tersenyum tipis kemudian meninggalkan tempat duduknya begitu saja. Setelah itu, keadaan hening, mereka tidak mengeluarkan suara. Sekalipun Zian yang katanya tidak bisa di ajak serius.

“Haii,”

Semua orang menoleh ke arah suara yang ternyata berada di belakang Naomi. Gadis manis yang tengah tersenyum ke arah manusia-manusia itu. Keningnya berkerut saat mungkin tidak menemukan seseorang yang dicarinya.

“Kak Panji kemana ya, Kak?” tanya Bianca pada teman pacarnya itu.

“Gak tau tuh, tadi gak bilang mau kemana,” jawab Dio masih ditempatnya.

Bianca tersenyum kikuk saat melihat keadaan yang tidak biasa ini. Kenapa manusia berisik itu mendadak jadi pendiam? Ah, dia tidak terlalu memikirkan itu. Yang dipikirnya hanya dimana Panji?

“Y–yaudah, Kakak-Kakak semua, aku duluan,” pamit Bianca yang diangguki semuanya dan dibalas senyuman oleh Dio juga Zian.

Setelah Bianca pergi, keheningan itu kembali terjadi. Sangat tidak nyaman bukan?

“Dra, lo kenapa?” tanya Gefin ke arah Aldra.

Aldra mendongak lalu menggelengkan kepalanya. Dia sendiri saja bingung ada apa dengannya, apalagi orang lain.

*****

“Devan! Kak Naomi gak mau kesini!” teriak Alena dari kejauhan pada Devan di taman belakang. Tadi, cowok itu menyuruh Naomi untuk datang menemuinya. Kebetulan, Alena akan pergi ke lorong mencari sahabatnya, dan Devan menitipkan pesan itu pada Alena.

Devan membalikkan tubuhnya. Dia melihat Alena dengan mata yang menyipit karena sinar matahari.

“Lo kenapa disitu? Kesini!” balas Devan tanpa memperdulikan laporan Alena.

“Enggak! Gue mau cari Bianca! Gue duluan!” teriak Alena lagi yang kemudian meninggalkan taman dengan langkah cepat.

Devan yang merasa ada keanehan itupun segera berlari mengejar sahabatnya. Alena berjalan sangat cepat hingga akhirnya sampai di lapang sekolah dan Devan berhasil menggapai lengan gadis itu.

“Lo kenapa?” tanya Devan terlihat tulus.

Alena yang tidak kuat ketika ditanya demikian pun langsung memeluk Devan dan menangis di pelukan itu. Semua orang melihatnya, termasuk Aldra dan teman-temannya. Jelas! Itu di lapangan sekolah. Dan hanya ada mereka berdua disana.

ALDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang