06. HANYA DIA

39 5 0
                                    

Oke, di part ini aku akan ajak kalian buat flashback ke masa lalu. Jadi, dari part lima hingga entah sampai part berapa itu, aku akan tulis semua masa lalu Aldra dan juga masa kini, nya! Paham gak?><

Happy Reading💕
—————————

06. HANYA DIA.

“Kenapa bisa dirimu hadir dalam hatiku? Aku benci sebenarnya. Karena, aku tahu. Kamu, tak mungkin akan menjadi milikku.”—Alena Gabriella.

“Gue, boleh tanya sesuatu?” ucap Alena pada Devan.

Devan yang sedang sibuk dengan game di tangannya kurang fokus mendengar ucapan Alena. “Van! Boleh?!” tanya Alena lagi sedikit menaikkan volume bicaranya.

Yang ditanya hanya sibuk memainkan handphonenya sambil bergumam tak jelas. “DEVAAANNN?!!” teriak Alena di samping telinga Devan. Membuat cowok dengan kaos putih itu menyimpan handphonenya.

Devan menoleh ke arah Alena di sampingnya. “Apaan lagi?” tanyanya sedikit ketus.

Alena menunjukkan deretan putih giginya. “Gue mau nanya sesuatu sama lo. Udah lama gue Pendem sendiri. Pengen gue ungkapin sama lo,” ujarnya terlihat canggung.

Devan mengerutkan keningnya. Padahal, jauh di lubuk hatinya terdapat harapan bahwa Alena akan mengucapkan Gue suka sama lo.

“Lo kenal sama Kak Aldra?” tanya Alena sambil memainkan ibu jarinya.

Devan menghela nafasnya malas. “Alena cantik, dengerin gue. Tadi lo bilang, udah lama lo pendem sendiri? Perihal ini? Lo udah tanya tiap hari sama gue. Bahkan, gue bosen dengernya,” jawab Devan yang mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Alena terkekeh. “Ya maap. Lagian lo sih, gak mau bantuin gue!” rengeknya meminta bantuan dengan bibir sedikit di majukan.

“Kan gue udah bilang berapa kali, Al. Gue suka sama lo. Mana mungkin gue bantuin lo deket sama cowok lain,” balas Devan yang kini menatap mata Alena dalam.

“Devan,” kata Alena yang memegang tangan kanan Devan. “Lo tahu, di hati gue cuma ada dia.” ujarnya lagi sambil menempelkan tangan Devan di dadanya.

Devan melepas tangan Alena. “Iya, gue tahu. Bahkan, gue pengen banget hujat lo, Al. Udah ada yang suka sama lo. Udah ada yang jagain lo. Udah ada yang tulus sama lo. Tapi, anehnya lo malah suka sama orang yang gak pernah liat lo,” kata Devan mengeluarkan unek-uneknya.

“Satu hal yang harus lo inget. Mungkin, di hati lo cuma ada dia. Tapi, di hati gue. Cuma ada lo,” ucap Devan lagi kemudian berdiri meninggalkan Alena.

*****

Alena: “Pagi ini, lo gak usah jemput gue di rumah. Gue berangkat sendiri.”

Pesan terkirim pada Devan. Disana terlihat dua ceklis berwarna biru. Pertanda, pesan tersebut sudah Devan baca. Alena kemudian masuk ke dalam angkot menuju sekolahnya.

Sedang di sisi lain. Devan membaca pesan Alena malas. Sesudahnya, Devan membanting ponsel sialan itu ke atas kasur miliknya.

*****

“Eh Alena. Nyari siapa? Pasti Aldra. Iya, kan?” tanya Wendi–teman sekelas Aldra.

Alena mengangguk sambil tersenyum. “Iya, Kak. Kak Aldra nya, ada?”

ALDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang