22. SAYA AL

12 3 0
                                    

Happy Reading 💕
—————————

22. SAYA AL

“Lembaran baru tanpa seorang pun tahu bagaimana hancurnya aku dulu.”

Pagi hari pertama di Kota Kembang. Alena terbangun dengan wajah cantiknya. Dia sudah di suguhi dengan harum nasi goreng yang membuatnya semangat untuk pergi sarapan.

“Wuiihhhh! Bi, enak banget keciumnya!” sapa Alena pada Bibi yang tengah sibuk menyiapkan susu hangat untuknya.

“Alhamdulillah walau masih keciumnya. Sok atuh di cobian,” balas Bibi dengan senyuman.

Alena mengambil satu sendok lalu dimasukannya ke dalam mulut. Dia membulatkan matanya. “Bi! Enak banget! Nanti ajarin Alena, sabi lah!”

“Iya, nanti malam saya ajarin masak nasi gorengnya,”

Alena tersenyum kemudian melanjutkan sarapannya begitu lahap.

Tidak lama, seorang gadis seumuran Alena berjalan lalu duduk disampingnya. Dia mengambil buah tanpa meminta. Seragam di tubuhnya sih seragam perempuan, tapi penampilannya seperti laki-laki. Alena sedikit bingung.

Anak mana? Anyar ka Bandung? Orang mana si? Pasti sok skincarean nya? Kaciri geulis teu siga urang goreng,” ucap gadis itu yang tidak Alena mengerti.

Ari kamu kunaon? Sing sopan atuh ih!” tegur Bibi pada anak itu. “Non kenalin, itu Alya, anak Bibi. Tapi maklum yah, kelakuannya memang agak sedikit kayak laki-laki,” tambah Bibi memperkenalkan anaknya pada Alena.

“Iya Bi, Alena mak–”

“Oh orang Jakarta heueuh? Waduuhhh! Salam kenal bro!” potong Alya yang masih mengunyah apel di mulutnya.

Bibi yang mungkin merasa malu itu menarik tangan anaknya untuk keluar dari rumah. “Sebentar ya, Non,”

Ari Emak kunaon? Ukur hayang kenalan ih!” cerocos gadis itu lagi yang masih belum Alena mengerti.

Alena terkekeh melihat hal lucu pagi hari ini. Dia kemudian melanjutkan sarapannya dengan tenang.

*****

“Mau ngapain lo kesini? Masih peduli sama anak lo?” tanya Devan pada seseorang di depannya.

Laki-laki itu tertawa. “Berani sekali kamu. Itu anak saya, saya berhak disini,” balasnya.

Devan ikut membalas tawa itu. “Hak apa? Lo jadi ayah cuma nama doang. Mending lo pergi, pintu disebelah sana,” ujarnya sambil menunjuk pintu keluar.

“Saya janji, akan menuruti apa mau kalian semua asalkan saya boleh masuk menemui anak saya di dalam,” ujar lelaki itu dengan nada sedikit sombong.

Devan melirik ke arah teman disampingnya. Cowok itu seperti menyetujui perjanjiannya.

“Oke, apapun itu?”

“Yaa~”

Devan dan teman-teman Joo yang lain membiarkan lelaki itu masuk dengan beberapa pengawalnya. Sesudah semuanya masuk, Devan duduk di kursi tunggu ruangan dengan semua temannya.

ALDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang