14. GUE KENAPA?

19 3 4
                                    

Haii! Welcome to chapter 14 awokawok:> Sejauh ini, bagaimana kesan kalian saat membaca ceritaku?

Happy Reading💕
—————————

14. GUE KENAPA?

“Senja sudah tidak asing di dengar olehmu. Kau tahu? Dia adalah waktu sore, dirimu adalah senja, dan aku adalah malam. Sudah cukup, aku sadar diri.”—Alena Gabriella.

Malam ini hujan. Sungguh, malam yang indah dengan secangkir kopi dan lantunan musik klasik. Terdapat seekor kucing yang tengah terlelap tidur di atas sofa karena kedinginan. Kamar yang sedikit gelap dengan keadaan yang sedikit tenang. Kamar ini adalah kamar seorang gadis yang sangat menyukai sepi.

Naomi menghela nafas panjang kemudian menghembuskannya pelan. Di sandarkannya punggung pada kursi yang menghadap ke meja dengan kopi di atasnya. Akhir-akhir ini, hari-harinya hancur. Hanya karena satu laki-laki yang sama sekali tidak pernah menganggapnya ada.

Ditatapnya sebuah foto dengan bingkai hitam diatas meja. Di foto itu terdapat seorang lelaki yang nampak sedang tersenyum kalem, khasnya.

Naomi tersenyum. Dia mengambil foto itu. Entah kenapa, saat melihatnya bibir Naomi seketika membentuk lekuk yang disebut senyum. “Dra, apa bisa gue udahin semua ini gitu aja? Enggak,” ujarnya. “Enggak gitu aja dan gak akan pernah,”

Gadis itu menangis. Namun, bibirnya masih bisa tersenyum. “Aldra. Andai aja lo tahu. Siapa yang selama ini ada buat lo? Gue, bukan dia. Siapa yang selalu khawatir akan lo? Gue, bukan dia. Siapa yang suka sama lo selama ini?” ucapan gadis ini semakin terisak. “Gue, bukan dia,” ujarnya lagi.

Rasanya, hati Naomi sangatlah sakit. Namun, tidak ada yang bisa mengertinya. Naomi menahan tangisannya agar tidak bersuara. Sungguh, hal apa lagi yang lebih menyakitkan daripada ini?

*****

“Gue bisa kok jatuh cinta lagi. Dan lupain Kak Aldra,” ujar Alena namun tak yakin.

Bianca menatap gadis di depannya jahil. “Ah mosoooo! Mana coba gue pinjem hape lo!” tantangnya sambil meminta handphone Alena.

Alena melotot. “Enak aja. Enggak yah,” jawabnya.

Bianca mengulum bibirnya. “Ooohhh. Jadi, sahabat gue ini udah mulai rahasia-rahasiaan? Oke, gue gak bakalan kasih hape gue lagi sama dia,” ujarnya lagi kemudian mengambil handphonenya sendiri dari saku celana.

Alena menatap Bianca malas. “Jadi, apa mau lo sekarang?”

“Hape lo. Udah bilang juga, gue pengen liat hape lo,” jawab Bianca dengan jahilnya.

Alena meraba saku celananya. Kemudian mengambil benda berbentuk pipih berwarna putih disana. Dia memberikannya dengan dermawan pada Bianca.

Bianca menerimanya senang. “Gitu doong! Baru sahabat gue,”

Alena menatapnya malas. “Lagian, gak ada apa-apanya kali di hape gue,”

Bianca tidak mendengarkan ucapan sahabatnya. Dia terus mengutak-atik handphone Alena dan membuka aplikasi Instagram gadis itu. Bianca melihat siapa yang baru saja Alena stalking disana. Sesuai dugaan, benar saja! Beberapa menit lalu, dia melihat akun Instagram yang memiliki username @aldraraga.

Bianca mengulum bibirnya menahan tawa. Dia kira, apa bisa dirinya berbohong? Berbicaranya saja yang seperti benar, padahal nyatanya palsu!

“Nih,” ucap Bianca mengembalikan handphone Alena.

Alena menerimanya kemudian memasukkannya ke dalam saku celana baggy pants nya.

Bianca berdeham. “Apa lo yakin? Mau lupain Kak Aldra?” tanyanya menggoda Alena.

ALDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang