Oke, sesuai perjanjian, maka aku akan membahas tentang Joo sama Wolf geng dulu, yaa.
Jangan lupa Votement ^^
Happy Reading💕
—————————10. PENGECUT.
“Kamu adalah manusia yang selalu aku khawatirkan, dahulu.”—Alena Gabriella.
Joo:“Kumpul di basecamp kayak biasa!”
Aldra yang sedang duduk sendiri di taman belakang sekolah menerima pesan tersebut dengan malas. Terpaksa, dia berdiri kemudian melenggang pergi ke tempat yang di sebut basecamp oleh Joo tadi.
Begitu juga dengan delapan belas orang lainnya yang menerima pesan dari Joo. Mereka segera berkumpul di sana.
Sesampainya di gedung tua yang tidak jauh dari sekolah, Aldra duduk dengan wajah tanpa ekspresi seperti biasa. Dia melihat ke arah Joo dengan malas. Cowok dengan penampilan sama sepertinya. Baju yang dikeluarkan, rambut acak-acakan, dan wajah antagonis.
Joo menggebrak meja membuat semua anggota menatapnya serius. “Kalian ingat sama hari ini?” tanyanya.
Aldra tak peduli. Cowok itu diam. Dia tahu, tapi tidak ingin berbicara karena malas. Semua orang mengangguk kecuali dirinya.
“Inget, gak?!” sentak Joo pada Aldra.
Dengan terpaksa, cowok malas itu harus mengangguk meski sedikit tak ingin.
Joo tersenyum smirk. “Bagus! Lakuin itu sekarang!” ujarnya dengan tampang menyebalkan.
“Cabut!” perintahnya lagi yang diikuti oleh semua orang.
Aldra kembali bangkit dari duduknya. Namun, setelah semua orang pergi, hanya dia dan Joo yang belum pergi.
Aldra memasukkan tangannya ke dalam saku. “Gue keluar dari team!” ujarnya tegas tapi tetap dengan nada kalem. Dipikir Joo, enteng sekali dia berbicara.
Joo menoleh ke arah Aldra. “Oh, silahkan! Lo udah bahagia? Keluarga lo udah nerima lo apa adanya?” tanya Joo tersenyum.
“Daridulu, gue gak pernah gak di terima di keluarga gue kayak lo. Gue baru sadar, gue bego. Kenapa, gue harus balas dendam buat hancurin sekolah? Itu artinya, gue sama dengan bantuin lo buat bales dendam sama keluarga Ayah lo. Dan kalo emang gue gak dianggap di keluarga gue, gue bakal lebih gak dianggap kalo terus ikutin apa mau lo,” ujar Aldra menjawab dengan mengeluarkan pendapat Alena.
Joo tertawa sambil bertepuk tangan. “Bagus! Otak lo emang berfungsi. Gak kayak mereka yang pikirannya udah bisa gue pegang,”
Aldra menatap Joo malas. “Permisi,”
Joo dengan senyuman mempersilahkan Aldra untuk pergi. “Silahkan,”
Aldra berjalan dengan langkah pelan. Dia tahu, Joo akan berkata kembali.
“Jangan harap, hidup lo tenang, Dra!”
*****
Alena berlari menuju kelas Aldra di ujung sana. Dia seperti sangat senang. Di tangannya ada sebuah kotak makanan. Yang pastinya, akan dia berikan pada Aldra, gebetannya yang bagai es Kutub Utara.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDRA
Teen FictionPada akhirnya, Alena benar-benar menepati janjinya untuk pulang dengan keadaan berbeda. Aldra tertawa karena dia tidak sempat mencintai gadis pengganggu itu. Pada akhirnya, seseorang akan selalu merasakan penyesalan hanya dengan kehilangan. Itu yan...