열셋 (13)

340 54 26
                                    

Pukul 11.10 waktu setempat, Baekhyun telah tiba di Incheon Airport. Kaki rampingnya berjalan santai memasukki pelataran bandara dengan mata yang terus waspada akan sekelilingnya. Seungri mendampinginya tepat di sisi Baekhyun, sementara Jiyong mengekori mereka.

Tak ada barang yang dibawa Baekhyun kecuali sebuah tiket dan uang yang diberikan Seungri. Sebenarnya uang pemberian Jiyong yang dititipkannya pada Seungri. Jiyong enggan memberikannya langsung.

"Nah, kita sudah sampai. Pesawatmu akan berangkat satu jam lagi," ucap Seungri dengan posisi yang sama, di sebelah Baekhyun.

"Hyung, gamsahamnida sudah mau mengantarku sampai ke sini. Kuharap kita bisa bertemu lagi nanti dengan kalian yang sudah menikah."

Baekhyun setengah berbisik di telinga Seungri dengan diiringi kekehan ringan. Jelas Seungri malu sekarang, dia menengok ke belakang melihat Jiyong yang entah mendengarnya atau tidak.

"Kau ini jangan menggodaku terus. Mana mungkin dia suka denganku."

"Jika itu terjadi, apa kau mau menerimanya?"

"Itu ... hmm ...,"

"Ini sudah waktunya kau masuk sebelum ketinggalan pesawat."

Jiyong memecah kegugupan dan keheningan yang melingkupi mereka bertiga. Baekhyun pun melempar senyumanya yang manis pada Jiyong.

"Gamsahamnida, Jiyong hyung. Sudah bersedia menolongku dan mengantarku sampai di sini," Baekhyun membungkukkan badan.

"Hm, iya. Cepatlah masuk dan segera temui kekasihmu."

Dengan entengnya Jiyong mengibaskan tangan pertanda menyuruh Baekhyun untuk lekas pergi.

"Ne. Seungri hyung, aku pergi."

"Hati-hatilah. Semoga kalian bahagia."

Itu merupakan pertemuan terakhir Seungri dengan Baekhyun. Orang yang selama ini menemani harinya jika berada di rumah. Baekhyun terlihat lebih ceria dari sebelumnya.

"Sebaiknya kita segera kembali," ajak Jiyong.

Seungri menghentikan lambaian tangannya pada Baekhyun dan mengekori Jiyong berjalan keluar bandara. Langit semakin malam, udara semakin dingin dan jalanan semakin sepi. Jiyong membuka kaca mobilnya, menaruh satu lengannya pada pinggiran pintu mobil. Jari yang tersemat rokok keluar dari jendela mobil membiarkan asap rokok terhempas angin. Seungri sendiri memperhatikan jalanan Seoul dalam diam.

"Kau lapar?" tanya Jiyong memecah keheningan.

"Ne?" Lamunannya terpecahkan oleh pertanyaan Jiyong.

"Kau itu senang sekali melamun dan membuatku bertanya dua kali. Aku tanya apa kau lapar?"

"Ah, ani. Aku haus."

Dalam sedetik, Jiyong memarkirkan mobilnya di pelataran parkir depan mini market.

"Tunggu di sini, biar aku yang belikanmu minum," perintah Jiyong sambil melepas sabuk pengamannya.

"Ne."

Seungri memperhatikan punggung sempit itu menghilang dari penglihatannya. Masuk ke dalam mini market dan entah apa yang Jiyong cari. Seungri hanya bisa menuruti perintah Jiyong yang duduk dengan manis, menunggu orang yang diam-diam Seungri sukai.

Tok tok tok

Jendela kaca mobil diketuk seseorang dari luar. Meraih atensi Seungri pada ketukan tersebut. Kaget bukan main karena yang dilihatnya adalah Teddy. Seungri gelagapan karena rasa takut melandanya. Jarinya langsung menekan tombol kunci di mobil.

The Man With The Angel Tattoo [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang