열 여섯 (16)

399 49 24
                                    

Jiyong mendengar suara tawa dari para saudara dan satu yang tak asing, Hyun Suk. Jiyong kembali dengan dirinya yang seperti biasa dengan santai dia menghampiri mereka. Keempat kepala menoleh padanya. Menangkap raut wajah yang sulit diartikan.

"Oho, ada yang sudah bangun rupanya. Bagaimana semalam?"

Jiyong hanya melirik Top sekilas sambil berlalu ke dapur. Menuang segelas kopi dari coffee maker dan meminumnya.

"Apa maksudmu hyung?"

"Hei, jangan berlagak tidak tahu. Kau membuatnya menjerit, apa kau itu bermain kasar?"

Jiyong semakin menatap Top tajam. Daesung dan yang lainnya sudah menelan ludah, merasakan aura dingin melingkupi sekitar.

"Heol, sayang. Jangan bicara seperti itu. Kau mau tidak bangun lagi setelah ini," cegah Daesung agar kekasihnya tidak kebablasan.

"Mana Seungri?" Yongbae mengalihkan.

"Sedang mandi, sebentar lagi juga keluar."

Belum ada semenit Jiyong berkata, orang yang dipertanyakan keberadaannya pun muncul dengan cara jalannya yang sedikit berbeda.

"Siang semuanya. Mian aku kesiangan," sapa Seungri.

"Gwaenchana. Kami mengerti kok," balas Daesung.

"Minumlah."

Jiyong memberikan gelas kopinya yang sudah diisi lagi pada Seungri. Dia berlalu meninggalkan pacarnya bergabung dengan yang lain, sementara Seungri hanya melihat Jiyong menjadi dingin seperti sebelumnya.

"Ada apa samchon kemari?"

Rokok disulut Jiyong, sayangnya langsung diambil Seungri dan dimatikannya. Ingin Jiyong mendelik padanya, hanya saja urung niat karena melihat senyum Seungri. Ketiga temannya beserta sang paman pun terkejut melihat Jiyong tak bisa berbuat apa-apa.

"Aku ingin mengajakmu untuk meringkus orang yang mendukung Black Rose dan juga pemilik Black Rose. Membebaskan mereka yang akan dijual."

"Tapi masalahnya, kita tidak bisa masuk begitu saja. Aku sudah tidak bisa menggunakan penyamaran lagi setelah mereka tahu siapa aku."

"Mereka tahu?" tanya Top.

"Teddy lebih tepatnya. Dia menyebut namaku dengan jelas saat mengambil Seungri. Kurasa mereka sudah menyelidiki siapa aku," jelas Jiyong.

"Hanya ada satu cara untuk bisa tembus ke sana," timpal Hyun Suk. Matanya mengedar pada orang yang ada di sana. Pandangannya pun terhenti pada Seungri tanpa disadari Jiyong.

"Samchon temukan cara lain?" Yongbae bertanya.

"Ne, memasukkan orang yang sudah mengenal mereka."

"Nugu?" tanya Daesung penasaran.

"Seungri."

Brak

Meja sofa di depan mereka menjadi sasaran kemarahan Jiyong. Dia terlihat lebih murka dari sebelumnya, membuat semua orang yang ada di sana kaget. Bagaikan disulut api, Jiyong berdiri dengan penuh emosi. Auranya lebih mengerikan.

"Sudah kubilang, jangan menggunakan dia sebagai umpan."

"Jiyong, dengarkan dulu. Ini bukan kemauanku. Dia yang menghubungiku dan menjelaskan semuanya."

Hyun Suk menunjuk pada orang yang telah memintanya untuk bisa membawa Seungri masuk sebagai umpan, yang tak lain adalah Seungri sendiri. Jiyong menoleh pada Seungri yang sepertinya cukup takut melihat Jiyong marah.

"Kau! Jadi kau yang bilang padanya? Sejak kapan? Dari mana kau tahu nomor Hyun Suk samchon?" Jiyong menggeram.

Seungri meraih tangan Jiyong, berharap kekasihnya itu dapat mereda emosinya.

The Man With The Angel Tattoo [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang