28 | Pentas Seni

8.1K 672 52
                                    

^^^

Cindy menghela napas berat karena sudah sejak 30 menit yang lalu dia dan Dev ada didalam mobil sambil memperhatikan Hana yang sedang duduk dipinggir danau.

Saat Hana melesat meninggalkan sekolah, Dev langsung membuntuti Hana dari belakang. Dev tau Hana tak akan bertindak bodoh, tapi tetap saja Dev khawatir. Dan ternyata Hana pergi ke danau tempat dimana mereka memulai hubungan ini.

Dev memperhatikan punggung Hana yang terlihat naik turun, yang mengartikan bahwa Hana sedang menangis.

"Cin, lo cewe kan? Lo tega liat cewe lain nangis sesenggukan kayak gitu gara-gara lo?" tanya Dev, sinis.

"Kok gue?" protes Cindy.

"Lo putus sama Hana itu emang udah takdir, hubungan yang gak direstuin itu cepat atau lambat bakal tetep kandas." lanjut Cindy.

Dev melirik, "Dan lo bahagia kan atas takdir itu?"

"Jelas lah, gue bisa dapetin lo." jawab Cindy tanpa ragu.

"Gue gak yakin lo beneran sayang sama gue Cin, omongan lo itu gak ada yang meyakinkan." ujar Dev.

"Kenapa gitu? Gue beneran sayang sama lo tau, bahkan bisa dibilang lebih dari Hana." sahut Cindy.

Dev menghela napas berat. Lalu Dev melajukan mobilnya, takut Hana menyadari bahwa ada yang memperhatikannya sejak tadi.

Sedangkan Hana, gadis itu memeluk lututnya sambil menangis sesenggukan di pinggir danau yang sepi itu.  Hancur, mungkin adalah satu kata yang bisa menjelaskan kondisi Hana saat ini. Hana benar-benar terisak sampai tak mampu bicara.

Hana mengangkat kepalanya, menatap sendu kearah danau. "Disini kita mulai semuanya, tempat ini awal dari semua rasa sakit yang gue rasain sekarang."

Hana membuka tas nya, menatap nanar kearah kanvas kecil yang diatasnya terlukis wajah Dev. Hana berniat memberikan lukisan ini kepada Dev di rooftop tadi tapi malah kejadian yang benar-benar tak terduga terjadi.

"Malam itu gue pengen banget ngelukis muka lo mungkin karena gue sekarang udah gak akan bisa liat muka lo sedeket ini. Gue gak jadi kasih lukisan ini, mau gue simpen sendiri." ujar Hana.

Hana kembali terisak, "Gue sayang sama lo, gue kira lo bakal berjuang tapi ternyata lo pengecut, lo nyerah gitu aja sama keadaan."

"I hate you, fuck!" lirih Hana.

___

Keesokan harinya saat Hana bangun dari tidurnya, Hana langsung berlari kearah meja riasnya dan benar dugaannya. Mata Hana sembab dan sedikit bengkak karena semalam Hana menangis tanpa henti sampai tertidur.

Hana langsung berlari kebawah, kearah dapur untuk mengambil mangkok kecil dan air dingin. Lalu Hana berlari kembali ke kamar, mengambil handuk kecil yang ia punya lalu mengompres matanya dengan air dingin itu.

"Kalo sembabnya gak ilang, gue gak sekolah aja deh." gumam Hana.

"Nanti keliatan banget lagi kalo gue nangisin Dev," lanjutnya.

Tapi kurang dari 15 menit sembab dimata Hana sudah memudar, Hana bernapas lega dan langsung bersiap untuk ke sekolah.

"Ayo pura-pura bahagia Hana! Gengsi lo gede, jangan keliatan masih ngarepin mantan!" tegasnya pada dirinya sendiri.

Hai FUTURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang