1 | Siapa? •

25.7K 1.7K 199
                                    

Dev dan Rey sedang bermain playstation di ruang tengah ditemani dua gelas es cincau dan pisang goreng. Dev sudah 14 kali kalah dari bocah kelas 3 sekolah dasar yang juga adalah adik kandungnya yaitu Rey.


"Lu bisa main gak sih Bang? " ejek Rey.

"Berisik!" balas Dev.

Detik-detik terakhir permainan ini, Rey bermain sambil memakan pisang goreng, berharap kakak Laki-lakinya bisa mengalahkannya untuk pertama kali. Dan saat pisang goreng ditanganya sudah habis, tepat permainan selesai dan Dev tetap kalah untuk yang ke-15 kalinya. Rey menyeruput es cincau nya lalu berdiri dan melempar stick playstation nya.

"Noob! Males!" cibir Rey, meninggalkan Dev yang masih duduk menghadap TV.

"Sialan!" Dev mengumpat sambil menggebrak pelan meja kaca ruang TV.

Dev berjalan kearah dapur karena amarahnya memancing rasa lapar di perutnya. Dev membuka tudung saji diatas meja makan, tapi nihil. Tidak ada makanan apapun dimeja makan.

"Mama kemana sih Rey?" tanya Dev menoleh kearah Rey.

"Kondangan," jawab Rey, asal.

"Tapi kok pake baju item-item?" balas Dev merasa janggal.

"Kondangannya ke kuburan." Rey berkata dengan santainya.

"Bodoh!" Dev melempar tudung saji kearah Rey yang sedang duduk sambil memakan pisang goreng.

"Sakit bang!" protes Rey, mengaduh.

ceklek!

Pintu utama terbuka. Atensi Dev dan Rey dialihkan oleh kedatangan kedua orang tua mereka dan— seorang gadis?

Gadis berpakaian lusuh, kucel, penuh tanah itu tampak lemas tak bergairah. Rambutnya sebahu dengan bulu mata lentik dan bibir mungil. Dev menatap gadis itu dari atas ke bawah dengan tatapan tidak suka.

"Gembel dari mana nih dibawa ke rumah," batin Dev.

Ratih merangkul lengan gadis itu lalu berkata, "Dev, ini Hana." Ratih mengenalkan gadis itu.

"Hana, ini anak sulung tante, Dev namanya." Ratih pun mengenalkan Dev pada gadis itu.

Hana mengangkat pandanganya. Pandangannya jatuh pada mata hitam pekat yang menatapnya dengan tajam. Sedangkan Dev menatap mata coklat muda yang digenangi air di pelupuk matanya dan terlihat sembap milik Hana dengan penuh rasa heran dan penasaran.

Hana tersenyum lembut, lalu mengulurkan tangannya kearah Dev. Telapak tangan keduanya menyatu dan mengerat beberapa detik. Dev agak tertegun karena telapak tangan Hana begitu dingin.

"Hana," ucap Hana memperkenalkan diri.

Dev mengangguk lalu menjawab, "Dev."

"Dev tolong anterin Hana ke kamar tamu disebelah kamar kamu ya?" titah Ratih, Dev mengangguk.

Dev memapah tubuh yang terlihat rapuh itu berjalan kearah tangga. Dev melirik dan melihat wajah Hana yang semakin pucat. Tanpa pikir panjang, Dev langsung menggendong Hana, membuat semuanya membelalak tak percaya melihat perlakuan manis Dev pada seorang gadis. Erwin, Ratih dan Rey terheran-heran dibuatnya.

"Muka lo pucat banget, takutnya sampe atas lo mati," lirih Dev, Hana yang mendengarnya pun tersenyum.

"Gue gak selemah itu," sanggah Hana.

"Ternyata emang bener kalo cewe itu suka sok kuat," cibir Dev, membuat Hana bungkam.

Dev bukan sekedar mengantar sampai kamar tamu, tapi Dev mengantar Hana sampai ke tempat tidur. Dev merasa sedikit iba pada gadis ini. Setelah mendudukan Hana diatas tempat tidur, Dev duduk disebelah Hana.

Hai FUTURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang