32 | Kebenaran

8.9K 661 106
                                    

^^^

Hana sudah pasrah saja malam ini, ini sudah pukul 21.00 wib. Dan Hana baru pulang, ditambah Hana masih menggunakan seragam sekolah. Tetapi Hana tak melihat tanda-tanda keberadaaan sang mama, padahal mobil mamanya ada dirumah. Hana mengendap masuk kedalam rumah berusaha tak membuat suara sedikitpun. Hingga tiba-tiba.

"Non?"

"Astaga bibi! Kaget bi," Hana terlonjak kaget karena bi Eis tiba-tiba muncul dari dapur.

Hana menghembuskan napasnya lega, Hana celingak-celinguk. "Mama gak dirumah bi?"

"Bu Amara pergi ke Jogja non, katanya ada meeting dadakan sama rekan bisnisnya di Jogja." jelas bi Eis.

Hana tersenyum lega, ia mengelus dadanya karena merasa lebih tenang. "Yaudah Hana keatas ya bi. Bibi kalo mau tidur, tidur aja gak apa-apa soalnya Hana gak makan malem."

"Loh, kenapa non? Bibi sudah siapkan makan malam untuk non Hana di meja makan." balas bi Eis.

"Oh gitu, yaudah nanti Hana makan. Bibi tidur aja gak apa-apa, Hana bisa cuci piring sendiri kok nanti." pesan Hana sebelum berjalan naik kearah kamarnya.

Hana membuka pintu kamarnya, Hana sedikit terkejut melihat kamarnya yang terlihat tak jauh beda dengan kapal pecah. Baju diatas ranjang, buku tulis dan berbagai novel berserakan dilantai.

Hana tak percaya kamarnya seberantakan ini, apa mungkin ia tak memperhatikan kamarnya karena terlalu banyak pikiran akhir-akhir ini? Hana memang tak mau dibersihkan kamarnya oleh bi Eis karena menurut Hana kamar adalah ruangan pribadi dan kebersihan kamar adalah tanggung jawab si pemilik kamar. 

"Hana, lihat betapa joroknya dirimu ini." cibir Hana pada dirinya sendiri.

Hana mulai membereskan kamarnya, menaruh barang ditempatnya dan menata kembali barang-barang yang terpencar. Merapikan ranjang dan meja rias yang begitu kacau, selimut yang tak dilipat dan banyak kosmetik yang tidak ditaruh ditempatnya.

Setelah menyelesaikan semua itu, Hana membersihkan dirinya sendiri dengan berendam air hangat. Berendam air hangat menjadi kebiasaan baru yang Hana lakukan tatkala ia merasa tegang dan tertekan. 

___

Cindy menyuapkan apel yang baru saja selesai ia kupas dan ia potong untuk Dev. Tak bisa dipungkiri bahwa Cindy juga adalah gadis yang perhatian dan penuh kasih sayang namun terkadang caranya salah. Dev tak menolak dan membiarkan Cindy melayani dirinya, dari pada menolak dan akan membuat perdebatan baru lebih baik Dev nurut saja.

"Kenapa Hana yang kesini duluan?" lontar Cindy dengan wajah yang sudah ditekuk karena begitu kesalnya dengan Dev.

Dev menoleh, menatap Cindy dari jarak dekat membuatnya teringat masa kecilnya bersama gadis ini. Dev tersenyum, "Cin, seandainya aja lo gak punya perasaan ke gue. Lo pasti jadi sahabat terbaik gue, gimana kalo kita sahabatan aja?" tawar Dev.

Cindy membalas tatapan Dev lalu berdecak, "Gue gak mau! Harus berapa ratus kali lagi gue bilang, gue mau milikin lo sebagai pacar bukan sahabat."

"Tapi lo gak bisa jadi pacar gue seutuhnya, Hana udah milikin hampir keseluruhan hati gue." terang Dev dengan nada lembut.

Hai FUTURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang