🎧🎧🎧
Keesokan malam, Afika baru saja menyelesaikan tugas sekolahnya. Tak lama kemudian, tiba-tiba saja ponselnya berdering, menandakan bahwa ada sebuah panggilan masuk.
Afika bergegas mengambil benda pipih tersebut yang berada diatas meja rias. Rupanya, itu adalah panggilan dari Sean.
Piip...
"Kenapa?"
"Lagi ngapain, Fik?"
"Basa-basi banget, anjir."
Kekehan kecil terdengar dari via telepon tersebut. "Gue sama anak-anak mau ke markas Shabiru," ujarnya kemudian.
Kening Afika mengernyit, ia lalu bertanya, "hah? Ngapain?"
"Mereka nyari masalah lagi sama Angkasa. Jadi, ya... Sebelum ribut, gue mau charger energi dulu dengerin suara lo."
"IKUT!!" sosor Afika seketika.
Sean begitu kaget mendengar hal itu, "ikut kemana!?"
"Gue mau ikut kalian ke markas Shabiru!"
"Gak!! Ngaco banget anjir!?"
"Tungguin gue disana, ya!!"
"Gue bilang gak u-"
Tuut..
Panggilan itu dimatikan secara sepihak oleh Afika. Tanpa berpikir panjang, ia langsung saja bangkit dari duduknya. Mengambil jaket leather hitam yang menggantung dibelakang pintu, serta sepatu ventela berwarna putih.
Gadis itu keluar dengan berjalan mengendap-endap karena takut ketahuan. Suasana rumah yang sangat hening dan juga sepi, memudahkan langkahnya hingga tiba di garasi bagian samping, tempat dimana motor Hasan terparkir.
***
"Sumpah!? Lo serius Afika mau ikut!?"
Sean mengangguk malas, "dia gak mau dengerin gue."
Andri memijat pelipisnya pelan sambil bergumam, "tuh anak emang susah banget dibilangin, anjir."
"Gimana kalau lo nemenin dia aja, biar gue sama anak-anak yang datengin markas Shabiru. Lo sendiri tau kan? Afika juga jadi incaran mereka setelah lo, gue cuma gak mau nanti malah terjadi apa-apa sama dia." Kali ini Arsen yang berbicara.
"Maksud lo? Gue ditinggal berduaan sama Sean disini? Gak, gue gak mau! Gue mau ikut!!"
Semua orang lantas menoleh ke arah sumber suara tersebut, yang rupanya itu adalah Afika yang baru saja tiba dengan motor hitamnya.
Gadis itu kemudian turun, melangkah mendekati Sean sambil melepas helm face yang ia kenakan.
"Ntar lo malah jadi beban disana, gak usah aneh-aneh deh." Tutur Andri menatap Afika datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFIKA [ END✔ ]
Подростковая литератураCantik, pemberani, labil dan memiliki anger issues. Seperti itulah Afika di mata orang-orang. Suara hentaman, pukulan serta erangan sudah tak asing lagi di telinganya. Semenjak ia kenal dengan seorang pria bernama Sean, entah kenapa tiba-tiba saja...