52. Penyesalan

817 149 33
                                    

🎧🎧🎧

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🎧🎧🎧

Afika memutuskan untuk bersembunyi dibalik sebuah pilar besar yang berada tak jauh dari tempat duduk Sean dan Maria, hingga akhirnya, ia pun bisa mendengar jelas apa yang sedang dibicarakan oleh kedua orang itu.

"Kenapa nyusul kesini? Harusnya kamu ngabarin aku dulu, Mar!" tutur Sean.

Maria menggeleng cepat, "gak sempat, Sean! Gak sempat! Ada hal penting yang mau aku kasih tau ke kamu, dan.. Aku harap kamu bisa menerimanya dengan baik."

"Apa itu? Cepet ngomong, sebelum Afika datang."

"Tapi aku takut..!" lirih Maria yang malah meneteskan air matanya didepan pria itu.

Sean semakin bingung, ia mengusap lembut air mata Maria dan kembali bertanya, "kamu mau ngomong apa, hm? Ayo, maafin aku udah ngebentak kamu ya..."

Perlakuan hangat Sean pada Maria berhasil membuat Afika cemburu.

"Tapi janji setelah itu kamu gak ninggalin aku, ya?"

Alis Sean mengernyit bingung, apa sebenarnya yang ingin dikatakan oleh gadis itu? Kenapa malah membuat dirinya semakin gugup dan penasaran. Perlahan kepala Sean mengangguk dan terus mengelus pipi Maria dengan lembut.

"Aku.."

"Hm?"

"A-aku.. Hamil."

Degg!

"Hamil?"

"H-hamil?" monolog Afika yang terbelalak kaget mendengar pengakuan itu.

Tubuh Sean seketika kaku, matanya terus menyorot ke arah Maria dengan mulut yang membeo.

"Aku hamil, Sean..," ujar Maria terisak sambil  menangkup wajahnya dengan telapak tangan.

"Gak mungkin, gak mungkin. Kapan kita ngelakuin itu, Mar? Gak pernah!"

"Gak pernah? Kamu ngomong apa, Sean!? Waktu itu kamu mabuk setelah pulang dari bar! Aku udah berusaha nolak, tapi.. Tapi kamu malah maksa, tenaga kamu jauh lebih kuat daripada aku, aku gak bisa ngeberontak!" jelas Maria lantang karena sudah merasa sangat kesal.

Sean menggeleng kecil, "gak mungkin, Maria.. Itu gak mungkin," lirihnya merasa lemah.

Tanpa disadari air mata Afika sudah menetes daritadi, kali ini hatinya sakit bukan main. Ia pun akhirnya keluar dari tempat persembunyian itu dan muncul dihadapan keduanya.

Kehadirannya membuat Sean kaget, pria itu mendongak menatapnya dan hendak menjelaskan, tapi tamparan keras dari Afika berhasil membuatnya kembali bungkam.

Plakk!!

Maria terdiam, apalagi Sean. Deruh napas gadis itu terdengar jelas dengan tangan yang mengepal keras.

AFIKA [ END✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang