🎧🎧🎧
Pagi hari telah tiba, Sean terbangun dari tidurnya tanpa sehelai kain yang ditutupi oleh selimut putih diatas tubuh.
Kepalanya pusing. Dipijatnya pelipis pelan sambil meringis kecil, Sean tak ingat apa-apa setelah kejadian tadi malam.
Kepalanya mendongak menatap jam dinding yang menempel disamping lemari. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.58, hari ini adalah gladi bersih untuk perpisahan yang akan dilaksanakan pada esok hari.
"Males banget," sungutnya pelan.
Pusing masih terasa, Sean bangkit dengan memakai selimutnya menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarnya itu.
Berdiri didepan wastafel menghadap kaca, ia menatap pantulan dirinya disana sambil terheran mengapa ia bisa telanjang begitu.
"Gue.. Abis ngapain?" monolognya dengan wajah yang penuh tanda tanya.
Sebisa mungkin ia berusaha mengingat apa yang ia lakukan tadi malam. Hasilnya tetap nihil, ia benar-benar tak mengingat apapun selain pergi ke bar ditemani oleh Arsen.
Daripada membuang-buang waktu, akhirnya Sean pun berdecak kesal dan memutuskan untuk mandi.
***
"Gak kerasa besok udah perpisahan aja. Lo gak sedih bakalan pisah sama Kak Afkar, Fik?" tanya Azmi pada Afika yang berjalan disampingnya.
Gadis itu melirik sekilas dan menoyor kepala pria itu, "ngapain sedih? Orang hampir setiap hari ketemu mulu."
"Bener juga. Gak enek lo liat muka dia terus-terusan?" kali ini Alan yang bertanya.
Afika menjajalkan kedua tangannya disaku hoodie lalu menjawab, "enek sih.. Tapi lebih enekan ngeliat muka Azmi."
Pemilik nama tersebut sontak menoleh, menatap Afika datar, seperti sedang menaruh dendam.
Disaat yang lain tengah asik berbincang-bincang sesekali bercanda ria, Andre malah tetap diam sambil menunduk memikirkan apa yang terjadi tadi malam.
Kenapa bisa ada Maria yang keluar dari kamar Kakaknya sekitar jam dua belas? Keduanya bertemu ketika Andre hendak ke dapur dan Maria bergegas pulang.
"Lo.. Abis darimana?"
Langkah Maria terhenti, ia berbalik menatap Andre dengan tubuh yang terlihat lemah. Sunggingan kecil lalu terukir sambil ia menjawab, "dari kamar Sean."
"Hah? Ngapain?" tanya Andre spontan.
"Hm? Tadi.. Dia mabuk, jadi Arsen nganterin kesini, aku temenin dia bentar juga karena pusing katanya."
Andre hanya mengangguk paham walupun mendengar alasan Maria yang tidak meyakinkan.
Plakk!
KAMU SEDANG MEMBACA
AFIKA [ END✔ ]
Подростковая литератураCantik, pemberani, labil dan memiliki anger issues. Seperti itulah Afika di mata orang-orang. Suara hentaman, pukulan serta erangan sudah tak asing lagi di telinganya. Semenjak ia kenal dengan seorang pria bernama Sean, entah kenapa tiba-tiba saja...