BAB 2.1

240 27 0
                                    

Kemungkinan karena mereka berpisah cukup lama, sehingga kini Su YuanHeng akhirnya merasa kehangatan pelukan dari BeiTang MinQian, tidur Su YuanHeng malam ini juga nyenyak sekali. Keesokan harinya, seperti biasa dia bangun pagi-pagi dan melihat BeiTang MinQian sedang bicara di telepon.

"Siva, aku sudah bilang kan. Jangan ganggu liburanku. Kamu urus saja sendiri... yah, bilang aja ke mereka kalau aku lagi istirahat. Kita bahas pembaruan kontrak kerja nanti setelah aku balik. Iya, gitu aja... Oh ya... Jangan lupa telepon Rumah Sakit dan bilang dia mau ambil cuti hari ini..."

Su YuanHeng langsung menoleh dan ingin menyanggah omongannya namun BeiTang MinQian hanya melirik sebentar lalu bicara lagi di telepon, "Siva, bilang ke mereka kalau nggak cuma cuti sehari tapi cuti sebulan. Pokoknya cuti sebanyak yang dia mau! Udah, gitu aja!"

"Kamu..." Su YuanHeng kaget sembari berdiri dari tempat tidur.

"Berbaringlah lagi." suruh BeiTang MinQian sembari mendorong tubuh Su YuanHeng keatas tempat tidur lagi.

"Aku nggak bisa cuti terlalu lama. Aku..."

"Kamu mau aku nelpon Direktur Rumah Sakitnya langsung?" ancam BeiTang MinQian sambil menyipitkan mata.

Su YuanHeng seketika diam dan berpikir sesaat. Dia sadar kalau dia tidak bisa melawan permintaan BeiTang MinQian, terutama kalau suasana hatinya sedang seperti ini.

BeiTang MinQian melihat sikap Su YuanHeng yang mulai menurut jadi merasa puas sendiri. Dia lalu memeluknya, "Ayo tidur lagi. Langit nggak akan runtuh kalau kamu cuti. Lagipula Rumah Sakit ini milik keluargaku, aku bisa melakukan apapun yang aku mau."

Su YuanHeng tentu saja ingin mengatakan sesuatu namun dia merasa apapun yang dia katakan pasti akan sia-sia. Dia juga masih mengantuk. Maka dari itu setelah dipaksa oleh BeiTang MinQian, diapun tidur kembali.

BeiTang MinQian diam-diam memuji dirinya sendiri, obat tidur yang dia campur di masakan mie semalam ternyata bekerja efektif.



Su YuanHeng tidur sampai malam. Saat dia bangun, sekujur tubuhnya terasa lelah namun suasana hatinya masih nyaman.

Saat BeiTang MinQian masuk ke kamar, dia melihat Su YuanHeng sudah duduk di pinggir kasur, sambil menenggak obat dengan air dingin, "Kamu minum obat apa?"

Su YuanHeng melempar kembali botol obat tersebut ke dalam laci meja tidur, "Bukan apa-apa, cuma vitamin."

"Oh ya?" BeiTang MinQian lalu bertanya sambil bercanda, "Setiap kali kita selesai bercinta, kamu selalu minum obat. Jangan-jangan kamu minum pil KB ya."

Saat Su YuanHeng mendengarnya, dia langsung diam. Lalu mendongakkan kepala dan tersenyum, "Mungkin."

"He he he, baguslah, kalau enggak bisa repot nanti."

Su YuanHeng diam tidak menjawab. Dia lalu berdiri dan masuk ke kamar mandi. Tidak lama, suara air terdengar lemah dari dalam kamar mandi tersebut.

BeiTang MinQian menyalakan rokok sambil bersandar di punggung tempat tidur, mendengarkan suara air tersebut. Hatinya terasa tentram dan puas tidak seperti biasanya. Dia mendadak teringat kembali dengan adegan saat pertama kali bertemu dengan Su YuanHeng secara tidak sengaja.



[Kilas Balik]

BeiTang MinQian baru menginjak usia 18 tahun. Karena akhirnya bisa terpisah dari saudara kembar serta kendali keluarganya, dia jadi tidak sabaran untuk merasakan kebebasan.

Doa dalam TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang