BAB 8.1

204 25 1
                                    

Yan YuHeng meninggal dengan tenang di rumah sebelum Tahun Baru Cina. Sebelum kematiannya, dia sempat mengingat kembali dan bisa mengenali orang yang ada di depannya. Namun saat itu tubuhnya sudah sangat lemah, sudah tidak ada tenaga lagi untuk melakukan apapun.

"Ayah..."

Su YuanHeng memegang tangan Ayahnya yang rapuh dan membelai wajahnya dengan lembut.

Yan YuHeng mencoba bersusah payah untuk tersenyum dan membuka mulut.

Perawat Chen akhirnya datang menghampiri dan membuka masker oksigennya.

"Xiao Li......jadilah anak yang baik......Ayah harus menemuinya..."

"Ayah..."

Yan YuHeng berusaha menggerakkan tangannya pada pipi Su YuanHeng yang basah oleh air mata dan mencoba menenangkannya kembali. Kalimat jelas yang diucapkan oleh Yan YuHeng dengan sekuat tenaga adalah kalimat terakhir darinya.

Su YuanHeng ingin menangis namun tidak bisa.

Menyaksikan wajah Ayah yang sangat dia kenali di saat-saat terakhirnya ini membuat dia teringat akan masa kecilnya dulu. Berlarian di taman, dan saat menoleh, Ayahnya akan tersenyum dengan senyuman yang sama dengan sekarang.

Tidak ada orang lain...

Di dunia ini, tidak ada orang lain yang begitu sepenuh hati dan tanpa pamrih, menyayanginya.

Su YuanHeng sangatlah tenang.

Mungkin karena kini dia berada di sisi Ayahnya, di saat-saat terakhir sebelum dia meninggal dan berhasil mengabulkan hal yang selalu dia dambakan sejak dulu.

Mungkin dengan melihat kehidupan Ayahnya yang penuh penderitaan, dia merasa bahwa kematianlah yang terbaik baginya.

Setelah kembali dari pemakaman, Su YuanHeng menatap keatas awan dan bergumam, "Aku penasaran apakah Ayahku dan orang itu......bisa bertemu di Surga."

Meskipun Su YuanHeng tidak pernah tahu siapa orang tua kandungnya yang lain namun dari kata-kata yang pernah diucapkan Ayahnya sebelum meninggal, dia yakin jika orang tersebut, yang telah memberinya kehidupan, juga telah pergi ke Surga.

BeiTang MinQian menepuk pundaknya dan bertanya, "Apa kamu ingin tahu siapa Ayah kandungmu yang lain?"

Su YuanHeng diam sesaat lalu menggelengkan kepala.

BeiTang MinQian berbisik, "Mereka jatuh cinta. Itu sudah lebih dari cukup."

"...yah." Su YuanHeng tersenyum lembut padanya, "Ayo pulang."



Mereka akhirnya kembali pindah ke apartemen yang lama. Namun sejak saat itu, Su YuanHeng nampaknya telah kehilangan banyak energi dan mulai terserang demam. Dia belum juga sembuh sampai berhari-hari.

BeiTang MinQian ingin membawanya ke Rumah Sakit namun Su YuanHeng menolak. Akhirnya dia cuma bisa menelpon Qiu ZhiYuan di tengah malam agar bisa datang dan memeriksa Su YuanHeng.

Karena kondisi Su YuanHeng memang tidak seperti manusia normal, Qiu ZhiYuan tidak berani gegabah memberinya obat. Dia cuma bisa memberikan vitamin dan nasehat agar Su YuanHeng fokus istirahat total dan menjaga diri sebaik mungkin.

Su YuanHeng merasa tidak ada semangat dan sangat kelelahan, sungguh-sungguh tidak punya ketertarikan terhadap segala hal di sekitarnya. BeiTang MinQian jadi lebih khawatir melihatnya seperti ini. Ditambah lagi dia sibuk mengambil alih beberapa bisnis keluarga, dia bahkan menelpon Siva agar mengundurkan diri dari dunia hiburan.

Doa dalam TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang