BAB 9.2

149 26 1
                                    

BeiTang MinQian pulang tepat waktu. Melihat Siva duduk di ruang tamu, dia jadi agak terkejut.

"Wah ini pertama kalinya aku melihatmu memakai setelan kerja! Tampan sekali!" teriak Siva sambil bersiul-siul.

"Orang macam apa yang kamu manajeri terakhir kali?" tanya BeiTang MinQian sambil menyopot blazer, lalu melonggarkan dasi dan kancing kerah kemejanya. Membuat tampilan dia kini jadi berbeda.

Memang kharisma seorang model, sungguh mengagumkan!

"Sialan! Kamu masih punya muka untuk bertanya! Kamu sama sekali nggak punya hati nurani! Melemparku begitu saja. Apa kamu tahu betapa menderitanya aku karenamu!" nada suara Siva jadi terdengar penuh kepahitan.

BeiTang MinQian tersenyum, "Kudengar kamu mengundurkan diri?"

"Yap."

"Terus apa rencanamu sekarang?"

"Nggak tahu."

Karena hanya ada mereka saja di dalam ruang tamu, Siva pun menyalakan rokok sambil bersandar di punggung sofa lalu meregangkan kaki. Kedua matanya menyipit saat dia berbicara, "Mungkin aku akan jadi guru Bahasa Inggris saja. Ayahku selalu ingin aku jadi guru."

BeiTang MinQian beranjak ke dapur untuk mengambil dua kaleng bir, lalu menyerahkan satu kaleng padanya, "Guru? Kamu?"

Siva mengacak-acak rambutnya, lalu menegakkan kerah kemeja dan melempar pandangan menggoda pada BeiTang MinQian, "Aku juga bisa jadi orang baik-baik kalau berpenampilan dengan benar."

BeiTang MinQian jadi mual karenanya, Dia kemudian merampas rokok Siva dan mematikan rokok itu di asbak. Kemudian memerintah dengan pelan, "Jangan merokok di rumahku mulai dari sekarang. Kalau gitu, jadilah sekertarisku."

"Puff---!" bir yang hampir tertelan muncrat dari mulut Siva. Dia lantas menyeka mulutnya dan memandang kearah BeiTang MinQian, "Kamu baru saja mengucapkan dua kalimat yang jauh berbeda dari karaktermu selama ini. Kamu lagi bercanda?"

"Rumahku saat ini adalah tempat dilarang merokok."

"Maksudku kalimat yang terakhir!"

"Oh." BeiTang MinQian tersenyum kecil, "Kenapa? Kamu nggak mau kerja untukku?"

Dahi Siva sampai mengernyit dalam, "Aku sudah biasa kerja sesuka hati. Pekerjaan kantoran nggak cocok untukku."

"Pikirkan saja dulu. Aku sungguh berharap kamu bisa membantuku."

Memang inilah kenyataannya. Mereka telah bekerja sama selama lima sampai enam tahun. BeiTang MinQian paham benar dengan kemampuan Siva. Laki-laki ini menguasai enam bahasa, punya kemapuan yang hebat, pintar, tahu cara membaca gerak-gerik orang lain, dan selalu bersungguh-sungguh setiap melakukan sesuatu. Meskipun BeiTang MinQian telah kembali mengambil alih urusan kerja keluarga BeiTang, namun tetap saja dia sudah absen selama bertahun-tahun, dan perusahaan ini kini kacau sekali. Ada banyak masalah mulai dari maslaah kepercayaan, namun yang jelas akar permasalahannya sendiri sudah terlalu besar. BeiTang MinQian butuh orang baru yang bisa dia percaya untuk bekerja di sisinya.

Siva setuju untuk memikirkannya terlebih dahulu. Mereka lalu lanjut mengobrol membahas hari-hari yang lalu.

Setelah makan malam, Siva tertawa sambil menepuk lembut kepala Qin Su sebelum dia pergi, dan memujinya, "Anak muda, masakanmu enak juga ya."

Qin Su melotot kearahnya, "Pak Tua, selera makan anda bagus juga ya."

Siva kaget namun tersenyum, melirik kearahnya lalu meringis dan berjalan pergi.

Qin Su masih tetap menatap dia pergi hingga sekian lama dengan tatapan yang tajam.

Setelah menutup pintu kamar tidur, kedua suami ini mulai mengobrol.

Doa dalam TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang