BAB 10.1

158 22 0
                                    

Keesokan harinya BeiTang MinQian ada rapat yang harus dihadiri. Hari sudah sangat malam saat dia mau pulang sehingga Su YuanHeng tidak menyiapkan makan malam.

Su YuanHeng sendiri tertidur sampai jam enam malam. Saat dia bangun, badannya terasa lemah dan perutnya juga terasa berat. Kemungkinan karena pemanas ruangan yang dinyalakan terlalu tinggi sehingga membuat dia keringatan.

Biasanya, tidak disarankan bagi orang hamil untuk mandi setiap saat. BeiTang MinQian jadi tidak jenak melihat Su YuanHeng yang ingin mandi malam-malam namun tetap saja dia bersikeras untuk membantunya. Su YuanHeng memang dikenal sangat cinta kebersihan dan selalu tidak nyaman kalau tidak mandi setiap hari. Kadang saat BeiTang MinQian tidak di rumah, dia akan mandi diam-diam.

Sekarang karena dia baru bangun dan basah kuyup akibat keringat, diapun bersusah payah untuk bangun dan jalan sempoyongan ke kamar mandi.

Perut Su YuanHeng yang besar membuat gerakannya jadi kaku, sehingga dia pun mandi dengan sangat hati-hati. Akhir-akhir ini perutnya membesar dengan cepat seakan-akan dipompa dengan pompa mekanik. Saat Qin Su ada disini bulan lalu, Su YuanHeng masih bisa menyembunyikan perutnya dengan pakaian yang longgar. Bahkan kalau dilihat dari belakang, sebenarnya perut Su YuanHeng yang besar tidak akan terlihat. Namun kalau Qin Su ada disini sekarang, dia pasti akan melompat kaget melihat perutnya.

Su YuanHeng mandi lalu beranjak dari bathtub dengan hati-hati sambil berpegangan di dinding kemudian menyeka badannya sampai kering. Melalui cermin yang berembun dia bisa melihat jelas tanda-tanda kerutan di perutnya. Sungguh pemandangan yang buruk.

Nuansa hati Su YuanHeng jadi berubah jelek. Teringat saat BeiTang MinQian mencium perutnya, dia jadi merasa malu dan jijik.

Dia lalu berusaha membungkuk untuk menyeka tetesan air di kakinya. Kemungkinan karena dia agak melamun, yang jelas dia tidak ingat bagaimana dengan cerobohnya jatuh diatas keset lantai kamar mandi.

Saat dirinya mulai sadar, dia sudah terbaring di lantai.

Jatuhnya Su YuanHeng tersebut cukup parah. Perutnya terbentur di lantai. Terasa begitu menyakitkan sampai dia berteriak.

Su YuanHeng seketika memeluk perutnya, sambil meringkuk, dan mengambil napas dalam-dalam lalu berdoa agar bayinya baik-baik saja. Namun rasa sakit yang menusuk yang langsung menerjang kurang dari semenit kemudian membuat semua permohonannya barusan jadi hilang.

"Ahhhhhhh—"

Sakit bukan main membuatnya berteriak kembali.

Tubuh Su YuanHeng gemetaran. Jemarinya berusaha mencengkeram pinggiran wastafel untuk menopangnya berdiri, namun perutnya terasa sakit yang menusuk lagi.

Sakit ini berbeda dengan rasa sakit yang biasa dia rasakan saat mengalami kontraksi berkala, jeda dari rasa sakit satu ke berikutnya terlalu pendek, namun terasa lebih menekan dan intens.

Su YuanHeng sadar kalau akibat jatuhnya tadi akan menyebabkan bayinya lahir prematur.

Situasi sekarang sungguh berbahaya, ditambah lagi si bayi terus menerus membuat gerakan tajam di dalam perut. Sakit luar biasa yang juga dipenuhi dengan kegelisahan hati. Dia terus berusaha untuk berdiri namun energinya sudah habis. Kakinya terasa lemas dan sakit pada perutnya ini membuat dia tidak bisa bernapas.

Cairan hangat dan lengket keluar dari bagian bawah tubuhnya. Sambil gemetaran Su YuanHeng menjulurkan tangan untuk mengecek cairan itu dan ternyata cairan tersebut adalah darah.

Sambil menggertakkan gigi, dia mencoba bergerak namun masih tetap tidak bisa berdiri. Tadi saat kaki kirinya kesandung pinggiran bathtub, lututnya sempat cedera dan tidak bisa diregangkan. Karena tidak ada pilihan lain, dia cuma bisa menyeret tubuhnya sendiri keluar kamar mandi.

Doa dalam TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang