BAB 5.3

155 30 1
                                    

Dengan perjalanan lebih dari sepuluh jam, Su YuanHeng mulai mengantuk akibat rasa pusing dan rasa tidak nyaman yang membuatnya jadi gelisah. Salah satu pramugari datang menemuinya beberapa kali dan bertanya apakah dia baik-baik saja. Su YuanHeng menjawab, "Hanya mabuk udara sedikit tapi saya baik-baik saja."

Dia tidak sadar bagaimana dia bisa sampai di tujuan. Saat turun dari pesawat, energinya sudah terkuras habis. Su YuanHeng tidur seharian di hotel. Untungnya dia sendiri adalah seorang dokter. Setelah minum obat, staminanya terisi kembali. Keesokan hari, sambil mengingat-ingat alamat yang dulu pernah dia baca, Su YuanHeng pergi ke rumah besar milik keluarga BeiTang di lokasi perumahan mewah Long Island.

Ini pertama kalinya Su YuanHeng datang mencari BeiTang MinQian.

Berdiri di depan gerbang rumah yang besar, dia sadar betapa kasarnya penampilannya kini.

Di berdiri disana selama setengah jam. Hingga beberapa saat kemudian dia bertekad untuk menyalakan bel namun terhenti karena mendengar suara tawa dari arah jalan setapak kecil pada halaman belakang rumah yang rindang itu.

Su YuanHeng terkejut. Tanpa sadar dia mencondongkan tubuh ke samping dan bersembunyi di balik pohon. Sambil melirik, dia melihat tawa itu berasal dari BeiTang MinQain dan seorang wanita yang sedang berjalan kearah depan rumah.

Si wanita mengenakan kaca mata hitam. Su YuanHeng seketika mengenalinya sebagai anak perempuan dari pemilik Perusahaan Lin. Mereka mengenakan pakaian yang sepadan layaknya sepasang kekasih, yaitu sepasang kaos hitam dan celana jins biru tua. Mereka bahkan mengenakan topi yang sama.

BeiTang MinQian tidak mengenakan kaca mata hitam. Topi yang dia pakai ditarik agak ke depan namun Su YuanHeng masih bisa melihat dengan jelas kedua mata dan senyuman khasnya itu.

Mereka berdua berpakaian layaknya sepasang mahasiswa remaja, saling bergandengan tangan, mengobrol dan tertawa sembari berjalan masuk ke dalam rumah. Su YuanHeng tidak tahu apa yang BeiTang MinQian ucapkan namun wanita itu terus tertawa mendengarnya. Tiba-tiba, wanita itu menepuk bahu BeiTang MinQian sambil berteriak, "Gendong aku! Gendong aku!"

Dia lalu melompat keatas punggung BeiTang MinQian. Dan BeiTang MinQian refleks membungkuk sedikit lalu berputar-putar sebentar setelah menggendongnya.

Tawa wanita itu terdengar jelas di telinga Su YuanHeng. Yang bisa dia rasakan kini hanya tubuhnya yang gemetaran hebat sembari menatap kearah mereka dengan suram.

Mendadak si wanita yang digendong BeiTang MinQian mengatakan sesuatu dan BeiTang MinQian ikutan tertawa mendengarnya. Sayup-sayup Su YuanHeng mendengar BeiTang MinQian berkata, "....memang apa yang kamu takutkan? Aku akan menjagamu seumur hidup..."

Su YuanHeng hanya mendengar satu kalimat itu dan melihat BeiTang MinQian yang tiba-tiba berlari kearah gerbang sambil menggendong si wanita. Tawa kedua orang ini dibalut dengan pemandangan musim gugur Kota New York, sungguh menciptakan suasana yang hangat.

Su YuanHeng perlahan menyembunyikan dirinya sendiri dibalik pohon, bersandar di salah satu cabang pohon, tanpa bisa berpikir apa-apa lagi. Dia lalu mendengar dua orang tadi melewati gerbang depan. Saat dia menoleh ke samping pohon, dia melihat BeiTang MinQian menurunkan si wanita lalu memegang tangannya kemudian menuntun wanita itu saat berjalan ke halaman kebun, sambil masih tertawa dan mengobrol menuju ke rumah utama.

Su YuanHeng belum pernah melihat sisi BeiTang MinQian yang seperti ini. Dia jadi merasa begitu jauh dan begitu asing.

Sakit hati ditambah nyeri perut membuat Su YuanHeng duduk perlahan di sebelah pohon.

Satu tangan memegang perutnya, satu tangan lagi menggali akar pohon tanpa sadar. Dahinya mengeluarkan keringat dingin sehingga membuat pipinya yang pucat jadi semakin tidak berdaya.

Doa dalam TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang