BAB 6.2

181 27 1
                                    

Meskipun 20 tahun telah berlalu, jika ada yang bilang kalau dia tidak peduli, itu adalah bohong. Saat BeiTang YaZhi bertanya padanya apakah dia kenal dengan orang itu, Su YuanHeng memang tidak berkata jujur. Karena ada kegundahan dalam hati Su YuanHeng kalau dia tidak bisa mempercayai wanita penuh kuasa ini. Selain itu, apa yang dia tanyakan adalah tentang kehidupan pribadinya yang tidak mau dia ceritakan pada siapapun.

Namun berbeda halnya dengan BeiTang MinQian. Orang ini adalah sosok yang sangat dia cintai dan sangat dekat dengannya. Karena dia bertanya langsung pada Su YuanHeng sendiri, Su YuanHeng pun menjawab dengan jelas.

BeiTang MinQian lalu bercerita dengan hati-hati, "Setelah aku mengatakan kabar Ayahmu sekarang, kamu tidak boleh terlalu gelisah."

Detak jantung Su YuanHeng semakin cepat, namun raut wajahnya tetap tenang, "Katakan padaku."

BeiTang MinQian ragu sesaat lalu akhirnya bercerita, "Aku dengar kabar kalau dia sekarang ada di Rumah Sakit Jiwa di Cina. Dan sepertinya dia nggak punya banyak waktu."

Wajah Su YuanHeng seketika pucat pasi. Dia sampai menggigit bibir bagian bawah. Tubuhnya diam kaku, tidak bisa bergerak.

"YuanHeng!" BeiTang MinQian melihat wajah lemas Su YuanHeng, membuatnya sontak ketakutan.

Dia memeluk tubuh Su YuanHeng namun semua terasa dingin, hingga membuatnya semakin ketakutan.



Kini mereka sedang duduk di dalam pesawat jet pribadi menuju Cina, Su YuanHeng merasa lelah tak berkesudahan sepanjang hari. Sambil menatap hamparan awan putih di jendela, dia merasa semuanya hanya mimpi. Semuanya hanya imajinasinya belaka.

Tiba-tiba, mahluk kecil di dalam perutnya menendang, sehingga dia refleks sadar kembali dari lamunan.

Su YuanHeng pun meletakkan tangannya diatas perut, kedua kelopak matanya terasa berat.

Meskipun semuanya hanya imajinasi belaka, paling tidak anak di dalam kandungannya ini nyata. Segala emosi yang tercipta akibat keberadaan anak ini, mulai dari rasa senang, sakit, dan segala sentimen yang penuh antisipasi, dimana terasa begitu jelas dan dekat, sehingga memberinya keberanian dan keteguhan hati untuk melewati semuanya. Semua itu nyata.

Apakah mungkin....Ayah memang sudah seperti itu sejak dulu?

Hati Su YuanHeng terasa sakit, membuatnya kembali larut dalam lamunan.

BeiTang MinQian lalu mencoba menghibur, "Jangan terlalu dipikir, coba makanlah dulu." sahutnya sambil membawa nampan yang penuh dengan makanan lalu meletakkannya diatas meja.

Pesawat jet pribadi ini milik keluarga BeiTang. Karena kondisi fisik Su YuanHeng yang buruk, sulit baginya untuk melalui perjalanan udara sampai antar negara, maka dari itu BeiTang MinQian menyiapkan pesawat ini, agar mereka bisa kembali ke Cina.

Su YuanHeng sebenarnya tidak nafsu makan, namun melihat masakan Cina yang dipesan khusus BeiTang MinQian agar sesuai dengan seleranya, membuat aliran hangat terasa di dalam hati, mengalir dengan sentuhan penuh kelembutan.

"Setelah makan, tidur saja dulu. Perjalanan kita masih 10 jam lagi."

"Baiklah." sahut Su YuanHeng.

Melihat wajah lelah Su YuanHeng yang begitu kentara, BeiTang MinQian jadi menyesal. Waktu itu, dia seharusnya tidak menceritakan tentang Ayah Su YuanHeng.

Namun, bagaimana dia bisa tahu kondisi kesehatan Su YuanHeng saat itu? Satu-satunya yang ada di dalam benak BeiTang MinQian adalah, bahwa sosok ini adalah Ayah kandung dari Su YuanHeng. Kalau dia tidak mengatakan yang sejujurnya, dia pasti akan menyesal seumur hidup.

Doa dalam TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang