BAB 2.2

165 25 0
                                    

Mereka berdua makan di kedai jajanan paling terkenal di pasar itu. Belum ada banyak orang yang makan disana. Mereka lalu memilih tempat duduk yang sepi. BeiTang MinQian dengan lihainya memesan beberapa menu. Gadis kecil si pembawa menu terus menerus menatapnya, seakan-akan menggunakan kekuatan tatapan matanya untuk bisa melihat jelas wajah dibalik kaca mata hitam tersebut.

Setelah memesan makanan, si gadis kecil menjauh dengan langkah pelan. Namun saat dia melayani pelanggan yang lainpun, dia tetap melirik sesekali kearah BeiTang MinQian.

Su YuanHeng tersenyum, "Pesonamu memang luar biasa."

"Oh." sahut BeiTang MinQian santai, nampak tidak peduli sambil bersandar di punggung kursi.

Su YuanHeng menatapnya, menatap sosok yang kini mengenakan pakaian santai, wig warna merah, celana jins, kaca mata hitam besar dan anting naga yang bentuknya aneh.

BeiTang MinQian bahkan tidak perlu memakai jam tangan. Selain anting naga di telinga kiri, tidak ada asesoris lainnya lagi yang dia pakai. Secara keseluruhan dia nampak seperti mahasiswa. Namun, karakter dan sifatnya membuat dia seakan berada diatas semua orang. Bahkan duduk di lingkungan ramai seperti inipun, dia masih bisa mengeluarkan sisi elegan yang cukup unik dan sikap yang tenang.

"Sudah lama nggak kesini, aku sangat merindukan tempat ini." gumam BeiTang MinQian sambil memainkan korek di tangannya dan melihat ke sekeliling, "Nggak banyak yang berubah disini, ternyata benar, pemerintah setempat nggak jadi menghancurkan tempat ini."

"Daerah ini memang daerah yang memiliki karakter unik, namun tetap saja sudah terlambat untuk dilindungi."

BeiTang MinQian lalu menoleh kearah Su YuanHeng. Kedua matanya menyorot tajam menatap Su YuanHeng lalu tertawa kecil, "Kamu juga tidak berubah sama sekali."

Su YuanHeng terkejut sesaat, bingung dengan maksud perkataan BeiTang MinQian barusan. Kalau yang dimaksud BeiTang MinQian adalah perasaannya yang tidak berubah....tentu saja memang tidak berubah. Bahkan mungkin di masa depan, perasaannya tersebut tidak akan berubah.

Untuk menutupi ketidaknyamanannya, Su YuanHeng tertawa. Lalu bertanya dengan nada sarkasme, "Apa yang nggak berubah? Jelas-jelas aku bertambah tua."

BeiTang MinQian mendadak kelabakan. Tidak peduli kapan dan dimanapun, setiap kali dia mendengar perkataan Su YuanHeng barusan, dia merasa ada nada pasrah seakan-akan dia sedang sakit hati atau sakit lainnya di dalam jiwa yang tidak bisa dilukiskan.

"MianQian? Qian? Ah, Qian?"

Su YuanHeng memanggilnya beberapa kali sebelum akhirnya BeiTang MinQian sadar dari lamunan. Dia lantas bertanya kembali, "Aku belum pernah mendengarmu memanggilku seperti itu sejak lama."

Su YuanHeng tersenyum kembali, kali ini senyumannya dihiasi sepintas rasa malu.

Membuat detak jantung BeiTang MinQian tiba-tiba berdebar kencang. Rasanya sudah tidak sabar untuk melumat dan mencium bibir Su YuanHeng sekarang juga. Lalu melucuti pakaiannya dan membuat dia...

Bangsat! Apa yang kupikirkan!

BeiTang MinQian jadi murka dan kecewa dengan dirinya sendiri karena mendadak terangsang di siang bolong begini.

Meskipun dia telah pergi selama enam bulan, BeiTang MinQian sadar kalau hasrat dan rindunya terhadap Su YuanHeng masih sebesar dulu, tidak berkurang sedikitpun. Hal ini membuatnya jadi gelisah.

Dia tidak suka jika dia tidak bisa mengendalikan perasaannya sendiri. Karena dia adalah seseorang yang gila akan kendali dan kepastian di segala hal. Jadi jika sesuatu terjadi diluar kendalinya bahkan sedikit saja, dia akan merasa kacau setengah mati dan lepas kendali.

Doa dalam TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang