BAB 4.1

154 27 0
                                    

Ketika sang Kepala Dekan masuk ke dalam kamar, dia melihat sosok Su YuanHeng yang muram dan menyendiri di salah satu sudut kamar. Saat Kepala Dekan mengikuti arah pandangan Su YuanHeng, matanya tertuju pada tempat yang sama dimana Su YuanHeng pertama kali datang di Panti Asuhan ini.



[Kilas Balik]

Kepala Dekan yang sudah lanjut usia ini menghela napas panjang. Pada tahun tersebut, tempat yang dilihat Su YuanHeng saat ini adalah tempat dia menemukan tubuh kedinginan Su YuanHeng yang meringkuk di ujung gerbang Panti, dan tangannya yang kecil terus memegang erat syalnya yang kebesaran.

Kepala Dekan kala itu bergegas menggendong tubuh kecil Su YuanHeng dan membungkusnya dengan selimut tebal serta berusaha menyuapinya dengan bubur hangat agar terus terjaga. Namun, Su YuanHeng sedang demam tinggi kala itu, pikirannya seakan tersesat antara sadar dan tidak sadar. Namun tetap saja, dengan suaranya yang kecil dan lemah dia merengek, "........aku harus menunggu Ayah. Biarkan aku keluar....hu hu hu hu.... aku nggak mau pergi......Xiao Li akan jadi anak baik. Xiao Li akan menunggu Ayah kembali.....hu hu hu hu.....aku tidak bisa melihat Ayah dari sini......aku harus menunggu Ayah kembali....."

Dia sangat bersikeras dan sungguh sulit untuk dirayu atau dibujuk, seperti anak kecil kebanyakan. Walaupun tubuhnya sedang sakit, dia terus memberontak untuk bisa keluar, tidak mau mendengarkan siapapun yang berusaha mencegahnya. Suatu malam, diam-diam dia bangun sendiri lalu berjalan terhuyung-huyung keluar pintu dengan hanya mengenakan piyama.

Jika saja dia tidak ditemukan sebelum terlambat oleh seseorang kala itu, bisa saja dia kehilangan nyawanya di malam musim dingin tersebut.

Sang Kepala Dekan akhirnya tidak punya pilihan lagi selain menempatkannya di kamar lantai dua yang memiliki jendela cukup lebar dengan balkon untuk melihat pemandangan keluar, namun tetap ada pelindung atapnya. Sang Dekan memberitahu Su YuanHeng bahwa dia dapat melihat keluar dari balkon itu dan dapat melihat kedatangan Ayahnya juga dari sana. Sang Dekan dan beberapa anak Panti lainnya akan membantunya untuk menunggu hingga Ayahnya kembali. Jika memang Ayahnya kembali, Su YuanHeng bisa tinggal melambaikan tangan dari atas balkon ini dan Ayahnya pasti akan segera melihatnya.

Namun Sang Dekan tahu bahwa Ayahnya, seperti orang tua anak-anak lain di Panti ini, tidak akan pernah kembali.

Su YuanHeng yang masih kecil menurut dan mempercayai bujukan sang Dekan. Setelah tubuhnya sehat sedikit, dia akan bersandar di dekat jendela sepanjang hari, memandang keluar jendela tanpa mengedipkan mata.

Sang Dekan merasa, setelah bertahun-tahun bekerja di Panti Asuhan baru kali ini dia menemui anak kecil yang keras kepala seperti Su YuanHeng. Biasanya setelah beberapa bulan tinggal di dalam Panti, kebanyakan anak yang berumur empat tahun keatas akan melupakan keluarga atau sanak famili yang menelantarkan mereka. Namun, Su YuanHeng tidak mau sama sekali meninggalkan Panti Asuhan ini hingga usianya sepuluh tahun, nampaknya dia tidak pernah melupakan janjinya kepada sang Ayah.

Malam yang dingin datang silih berganti, sang Dekan selalu menemukannya diam-diam mengenakan berlapis-lapis mantel lalu menuju kearah gerbang Panti Asuhan, kemudian duduk di dekat tangga yang penuh noda itu semalaman.

[Akhir Kilas Balik]



"Xiao Li, ahh bukan, apa aku harus memanggilmu dengan namamu yang baru sekarang? YuanHeng, kamu kembali kesini sekarang, berapa lama rencanamu akan tinggal disini?"

Su YuanHeng tersadar dari lamunannya, tersenyum lalu menjawab, "Ibu Dekan boleh memanggilku dengan nama apa saja. Tidak apa-apa buatku. Aku berencana tinggal selama beberapa waktu. Kira-kira aku tinggal disini sementara, bakal merepotkan Ibu atau tidak?"

Doa dalam TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang