pov

52 18 0
                                    

kembali duduk manis di bangku panjang kantin, menaikkan salah satu kakinya, mengambil kayu kecil dengan ujung runcing yang biasa digunakan mencungkil sisa makanan digigi.

Sekarang meja depan yang mereka gunakan makan, tadi berantakan sekarang bersih tanpa sisa. Mengelus perut mereka yang kenyang.

Alder dengan pedenya tidur di bangku panjang samping vele yang kosong, menggunakan tangan sebagai bantal. Memejamkan mata tanpa malu.

Mereka pendatang baru, seharusnya tau malu. Yang satu duduk ala warteg depan sekolah, satunya bersendawa, satunya lagi mengelus perut layaknya berisi janin.

"Velettha dirgania lania?"

sontak semua sahabatnya termasuk dirinya yang duduk dengan posisi random beralih duduk secara benar, Alder hampir saja menggelinding karena tubuhnya terlalu besar untuk bangku.

yang dipanggil pun berdiri
"ya?"

"Tas milikmu nomor 222 sudah kering, steril dan siap diambil diluar, lurus belok kiri lalu kiri lagi"
jelas pria itu.

"baiklah, terimakasih"

Vele mengambil kertas yang disodorkan pria itu dengan sopan, lalu sedikit membungkuk untuk terimakasih.

"ih kok punya vele doang"
protes Fisa kala pria itu pergi
"ya gatau lah, mungkin belum kering"

"ihh kan kita barengan"

Vele mendengus
"yaudah yok ikut aja barang kali udah kering"

.

.

"tapi sih ya, tadi yang nyodorin tas lirikannya tajem banget sih"
Mira mengeluarkan isi tasnya dengan membalik dan menungging tas agar semua keluar, walaupun agak kasar

"iya sih, khusunya ke vele tuh"
cibir Fisa

"udah sih jangan gibah"
Vele memakai tanktop hitam ang baru saja kering, melempar tubuh ke kasur.

"Abisnya ngeselin"

"eh Vel, itu tato apa dideket pusar lo, baru liat"
ucap Mira yang membuat sang empu sontak memegang perutnya

"hah tato? ini barusan tadi pas mandi protokol, masa lo gaada"
Vele menyikap tanktopnya diikuti Fisa dan Mira
"nga ada tuh"

ia kembali rebahan dan dengan santainya berkata
"owh yaudah, mungkin itu buat beberapa orang aja"

tato berbentuk 2 tetesan darah berwarna coklat, satu besar satu kecil dibawahnya Dan dua segitiga merah terbalik satu sama lain, tidak menyatu namun terdapat sedikit celah.

ia menyapu rambutnya kesela sela jari.

Blodviad

itu tak adil, bu, aku harus mengatakan hal yang tak benar hanya karena tato yang diberikan orangmu!

satu orang asing tau, tamatlah perusahaanmu

ashhhh..

sayangnya aku bukan humanoidmu lagi, kau tak bisa mendengar apa yang diam diam aku katakan.

VICTOVYA PROJECT || COMPLETE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang