"Kamu pasti sudah tau semuanya kan?" Pria itu menatap dengan begitu sinis, seakan siap melayangkan kepalan tinjunya kapan saja kearah gadis yang berdiri di hadapannya."Aku tidak tahu" Alice berucap ringan. Kedua matanya menyorot Mark Lee tidak suka.
Mark tertawa meremehkan. "Dasar membohong. Aku tau kamu selalu membawa masalah pada adikku. Aku tidak mengerti bagaimana bisa Victoria berteman denganmu.""Kenapa tidak kamu tanyakan saja semua tuduhanmu itu pada Victoria?" Alice mendecak, gadis itu terlihat sangat kesal dan juga lelah." Victoria ada disana Mark Lee" Alice menghela napas dalam, dia menunjuk arah tempat Victoria berada, gadis itu duduk di dekat sungai tidak jauh di depan mereka sekarang berdiri.
"Kalau Victoria bisa menjawab pertanyaanku, aku tidak mungkin membuang waktuku mengoceh padamu Alice."
"Sebenarnya Victoria itu sangat peka dan tenang" Mark melanjutkan ucapannya lagi, dia memandang lurus pada punggung adiknya yang kurus. "Tapi dia selalu kesusahan saat ingin membagi apapun itu dengan orang lain— Victoria itu, dia bahkan tidak berusaha menemuiku atau Jisung saat tau bertahun-tahun kami mencarinya seperti orang gila."
"Apa kamu tidak mengenal saudarimu dengan baik?" Alice memicingkan matanya, kemudian cara bicaranya berubah meremehkan. "Victoria tentu melakukan semua itu bukan tanpa alasan kan? Dia itu orang yang penuh rencana, tapi seperti yang kamu katakan, dia orang yang sangat peka dan juga tenang."
"Aku mendengar semua yang kalian katakan" Victoria yang sejak tadi hanya terlihat mengamati air danau dengan tenang sekarang tiba-tiba sudah berdiri menyandar di pohon yang berada tepat di belakang punggung Mark dan Alice. "Jadi berhentilah berbicara seperti itu dan membuat aku harus berpura-pura tidak dengar."
"Aku mengajak kalian berdua kesini untuk menjelaskan semuanya.. soal pelarianku, dan membalasan dendamku."
"Jadi bagaimana caramu melakukannya?" Mark menatap penasaran pada saudarinya itu, tanpa bisa di sembunyikan Mark tentu merasa cemas. Dia tidak ingin kehilangan Victoria lagi.
"Pertama-tama aku hanya harus mengalahkan Daniel, ah bukan begitu rencananya —aku harus benar-benar menghilangkan eksistensinya sampai tidak tersisa."
"Kamu sedang berusaha memusnahkan dia?"
Victoria tersenyum simpul, kedua matanya menatap Mark penuh percaya diri. "Sudah seharusnya begitu kan, Mark Lee? Yang berusaha menghancurkanku dan orang-orangku harus menerima balasan yang pantas."
Mark menghembuskan napas dengan berat, kepalanya tiba-tiba terasa berat. Victoria itu —gadis itu selalu saja bersembunyi di balik hatinya yang terlihat dingin, apa dia lupa kalau Mark sangat memahaminya?
"Victoria, kamu melakukan ini untuk Alice kan? Kamu tidak melakukannya untuk dirimu sendiri. Kamu ingin menghancurkan Daniel agar bisa membuat para penyihir yang bersembunyi di tempat yang kamu ciptakan itu bebas dan tidak harus terkurung lagi. Apa aku salah?"
"Mereka semua sangat memujaku, dan aku tidak bisa membuat mereka kecewa."
"Tidak akan ada yang merasa kecewa padamu, Lily." Alice meraih tangan Victoria, kemudian menggenggamnya dengan sangat erat. "Kami akan selalu bersyukur padamu, untuk tempat tinggal yang kamu berikan dan semua pengorbananmu untuk menolong kami. Semua yang kamu lakukan tidak akan ada bayaran yang pantas untuk itu."
🍁🍁🍁
Aku sudah berusaha sebisa mungkin melupakan Jisung dan menghapus semua ingatan yang berhubungan dengan orang itu, tapi semuanya menjadi sia-sia saat aku dikejutkan oleh kemunculan seorang gadis misterius yang tiba-tiba saja sudah berada di dalam kamarku.
"Anna Celandine, itu nama yang bagus.."
"Kenapa kamu datang kesini?" Aku menatap bingung pada gadis yang berdiri di hadapanku. Rambut lurusnya yang berwarna putih itu di gerai begitu saja, badan tingginya di balut dengan dress hitam yang panjangnya hanya mencapai lutut.
"Aku ingin minta maaf padamu."
Victoria menatapku, dia terdengar tulus saat mengucapkannya.
"Minta maaf untuk apa?"
"Semua yang terjadi padamu selama ini.. Aku mengetahuinya, tapi aku tidak melakukan apa pun dan memilih tetap diam. Bahkan sebagian hal-hal yang menyusahkanmu selama ini adalah ulahku, agar rencana yang telah aku susun bisa berjalan dengan lancar."
Aku tidak tau harus bereaksi apa saat ini, harus marah atau sedih. Jujur saja aku merasa marah karena kebohongan ini membuatku harus terjebak pada suatu keadaan yang seharusnya aku tidak pernah berada disana, tapi di saat yang sama, ketika aku mengingat semua yang sudah terjadi.. aku merasa sedih. Aku ingin menangis setiap kali mengingat Jisung, mengingat bagaimana kami menghabiskan waktu bersama. Waktu yang kami habiskan itu adalah waktu-waktu dimana aku pernah merasa sangat takjub dan bahagia.
"Aku nggak ingin tau apa alasan kamu melakukan itu semua.." aku menatap pada wajah cantik Victoria, mengamati bagaimana dia hanya memandangku dengan tatapan kosong. "Tapi mulai sekarang, berhentilah berkeliaran di sekitarku. Semuanya sudah cukup memuakan bagiku, jadi biarkan semuanya kembali ketempat yang seharusnya. Di dunia yang aku tinggali sekarang, aku nggak ingin mahkluk seperti kalian ada disini."
"Aku mengerti kalau kamu tidak senang dengan kehadiranku." Victoria tersenyum lembut, gadis itu menatapku penuh arti. "Tapi bagaimana dengan Park Jisung? Bukan kah kalian saling menaruh hati?"
Aku berdecak malas. Saling menaruh hati? Bahkan perkataan Jisung terakhir kali selalu bergema di telingaku. Bahwa dia hanya mencintai Victoria dan bukan aku.
"Aku mungkin pernah dan sampai sekarang pun masih memiliki perasaan yang sama padanya, tapi perasaan Jisung padaku adalah perasaan yang sama yang dia miliki untuk Victoria sejak dulu. Saat dia tau kamu masih hidup, aku nggak berarti lagi baginya. Karena yang dia inginkan hanya kamu."
Victoria hanya diam mendengar perkataanku, dia memandang kosong kearah jendela kamarku. Aku tidak tau apa yang sedang dia pikirkan, tapi kemudian dia berucap dengan nada pelan "tapi aku melihat dia tertarik padamu karena dia melihat seorang Anna dalam dirimu, bukan Victoria."
"Tapi memang lebih baik kalian tidak bersama" Aku melihat setelah mengucapkan kalimat itu Victoria tersenyum iba. "Bagaimana mungkin kalian bisa bersama dalam kehidupan yang berbeda? Kamu dengan kehidupanmu yang begitu singkat, dan Jisung dengan kehidupannya yang akan terus berjalan. Akan lebih menyakitkan bagi Jisung saat melihat kamu semakin menua nanti.. aku tidak yakin dia bisa mengatasi rasa kehilangan ketika melihat kamu mati suatu hari nanti."
"Tapi meski aku berpikir begitu, tetap saja hubungan kalian bukan urusanku. Aku hanya ingin kalian berakhir seperti yang kalian inginkan, itu keputusan kalian."
"Setidaknya sekali saja, —atau bahkan untuk terakhir kalinya, kamu harus menemui dia sekali saja."
Setelah mengatakan itu aku melihat pusaran angin perlahan mengelilingi tubuh Victoria, pusaran itu awalnya berputar pelan dan saat semakin cepat pusaran itu berputar tubuhnya sudah hilang dari hadapanku. Yang tersisa hanya udara dingin yang di sisakan gadis itu.
Entahlah, aku juga ingin menemui Jisung meski hanya sekali lagi dan untuk terakhir kalinya. Tapi dia tidak pernah lagi mendatangiku, tidak pernah bahkan jika itu hanya sedetik saja.
Semudah itu dia melupakan aku?
Benar-benar gila, kenapa sekelompok Vampir itu harus datang padaku dan mengacaukan semuanya?
Ada miliaran manusia di Dunia ini, kenapa harus padanya aku menaruh hati?
Sejak awal memang akulah yang tidak memiliki akal.
Tbc.
Halo terimakasih untuk yang masih menyimpan Book ini. Maaf update seadanya aja ya, lagi males ngedit /plak
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOD [Park Jisung]
Vampire"Kamu sebenarnya apa?" "Vampir?" "Apa kamu masih ragu bahkan setelah tau aku tidak bernafas?" semuanya di mulai sejak saat itu, di hari dia datang dalam kehidupanku.. hidupku seketika berubah total. semuanya menjadi tidak masuk akal lagi, semuanya m...