25. Siege

4.1K 700 103
                                    

Yang terjadi kemarin seperti hanya sebuah mimpi yang terlalu egois untuk di paksa menjadi nyata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang terjadi kemarin seperti hanya sebuah mimpi yang terlalu egois untuk di paksa menjadi nyata. Nyatanya hari ini semuanya normal kembali. Jisung kembali ke sekolah, begitupun dengan Mark. Tidak ada yang berbeda, semuanya tetap sama. Seperti seharusnya. Seakan tidak pernah ada hari kemarin dan semua sesi cerita tidak masuk akal itu.

"Anna?"

"Iya?" aku berpaling pada Alice yang duduk disampingku.

"Truth or dare?"

"Truth" Aku menjawab cepat tanpa banyak berpikir lagi. Katakanlah aku trauma pada opsi dare yang pernah secara tidak sengaja membawaku pada seorang Vampir menyebalkan Park Jisung.

Seperti sudah menyiapkan semuanya, Alice mengajukan pertanyaan tanpa berpikir lama "Pulang dari sekolah kemarin, kamu kemana?"

"Rumah jisung"

"Truth or dare?" gantiku.

"Truth" Alice menjawab cepat.

"Kenapa kamu penasaran aku pergi kemana kemarin?" aku menaikan alis, menunggu jawabannya.

"Karena aku tau kamu gak langsung pulang"

"Truth-"

"Truth" aku memotong cepat.

Alice diam sejenak, dia menatapku lekat "kenapa kamu pergi ke rumah Jisung?"

"Karena aku mau ketemu dia"

"Truth or dare?"

"Dare"

Aku tertawa kecil "aku tau kamu pasti akan pilih dare" aku menopang dagu, memandang Alice lekat-lekat "pilihan itu bikin aku curiga Alice"

"Anna Celandine! Russiana Alice!"

Aku dan Alice kompak meringis mendengar seruan bu Irene yang menyerukan nama kami dengan nada menahan geram "Semenarik apa obrolan kalian sampai gak merhatiin apa yang saya jelaskan di depan?"

"Jelas lebih menarik obrolan saya lah. Memang apa istimewanya cerita rumah tangga ibu sampai harus saya perhatiin? Muncul di ujian juga boro-boro." aku mendengus samar karena hanya bisa menyerukan itu dalam hati.

"Kalian kalau gak ada niat belajar mending diluar saja sekalian" bu Irene berujar tegas, dia menatap bergantian padaku dan juga Alice.

"Alice ini dare-mu" aku bangkit dari dudukku "nyanyiin lagu Indonesia Raya sambil jalan keluar" setelah mengatakan itu aku benar-benar beranjak keluar, tentunya setelah membungkuk sedikit pada bu Irene.

Sementara itu di belakangku Alice berjalan membuntuti dengan suara lantang menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia "Indonesia Raya merdeka-merdeka!"

"Russiana!"

BLOOD [Park Jisung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang