38. Balas dendam

252 31 4
                                    

Matahari baru saja tenggelam saat Victoria dengan tenang mengatakan akan pergi ke Nebula bersama para penyihir. Mark dan Jisung tentu saja harus mengikuti setiap rencana yang dibuat gadis itu, tapi di sisi lain Mark juga merasa sangat khawatir karena sekali lagi Victoria akan melawan bangsanya sendiri —semua yang terjadi di masalalu benar-benar mengerikan, Mark tidak ingin semua itu terulang lagi.

"Dulu saat Daniel berusaha menghabisiku, Rachel rela menggantikannya meski itu artinya dia harus mati."

"Mark Lee, ini bukan sekedar aku ingin membebaskan Alice dan para penyihir. Orang itu memang harus membayar dengan harga yang sangat mahal, aku akan menghabisi semua keturunannya juga kalau bisa—"

"Semua keturunannya?" Tidak sempat Victoria melanjutkan ucapannya ketika Mark memotong dengan cepat, Mark terlihat terkejut mendengarkan penuturan dari saudarinya itu. "Apa kamu hilang akal Lily? Mereka adalah keturunan murni, apa kamu akan memusnahkan kaum kita?"

"Awalnya aku tidak berniat begitu." Victoria berujar dingin, gadis itu sibuk memainkan belati di tangannya. "Tapi kalau tidak begitu Daniel tidak akan merasa hancur, dia harus merasakan bagaimana kehilangan putra-putranya. Kalau tidak dengan cara itu, aku tidak akan merasa puas."

"Apa kamu tidak bicara dengan Jun soal ini?" Kali ini Jisung ikut menginterupsi, sosoknya yang berdiri berjalan mendekat, berdiri di hadapan Victoria dan menatap lekat pada gadis itu. "Jun pasti orang yang paling menginginkannya."

"Tapi Jun bukan mahkluk seperti kita, —dia tidak bisa melukai siapapun, apalagi membunuh."

"Lagi pula aku tidak ingin Jun tau Rachel menghilang karena menolongku. Aku tidak akan bisa menghadapi kemarahannya—"

"Tapi sampai kapan?" Jisung memotong cepat, nada suaranya berubah dingin. "Kamu terus saja menyembunyikan sesuatu, dan tindakanmu itu selalu berakhir menyakiti orang-orang di sekitarmu."

"Apa ini waktunya menceramahiku?" Victoria menaikan sebelah alisnya, gadis itu menyorot tajam Jisung yang masih bemberikan tatapan serupa. "Bagaimana dengan kamu? Selama ini apa kamu melakukan sesuatu untuk orang-orang di sekitarmu? Kamu hanya sibuk menggila setiap hari, cih. —kamu terlalu sibuk dengan perasaanmu sendiri, tapi bagaimana dengan pengorbanan orang-orang di sekitarmu? Aku, Jun, Rachel, Alice, —dan bahkan Anna, apa kamu pernah memikirkan perasaannya sekali saja?"

"Kamu hanya bisa merasakan luka yang ada di tubuhmu, tapi kamu tidak bisa melihat rasa sakit orang lain."

"Aku akan pergi ke Nebula bersama yang lain, terserah kamu akan melakukan apa." Victoria menyimpan belati di antara pinggangnya, kemudian mengibaskan sebelah tangannya di wajah Jisung. "Beritahu Jun kalau memang mau, mungkin dengan begitu Jun akan menggila dan menghancurkan semuanya."

"Ini bukan saatnya kamu menentangnya." Mark Lee berbisik pelan di telinga Jisung. "Lily sedang di kuasai amarah, dia hanya akan berakhir menghancurkan apapun yang menghambatnya saat ini."

Victoria memberikan isyarat menggunakan tangan, kemudian gadis itu bersama para penyihir melesat bagaikan angin. Ini lah yang di takutkan Daniel, orang itu merasa terancam dengan eksistensi para penyihir yang di kuasai oleh Victoria. Ilusi Victoria saja sudah menakutkan, —sekarang bahkan gadis itu memimpin para penyihir yang ingin Daniel musnahkan. Bagaimana saat mereka berhadapan nanti, saat Daniel tau bahwa orang yang sudah di bunuh ternyata tidak pernah mati.












🍁🍁🍁


Kaki Victoria berhenti melangkah, gadis itu memberikan isyarat kepada penyihir lain untuk bersembunyi bersama dengan Mark dan Jisung. Sementara itu Victoria akan menyisir Nebula bersama dengan Alice. Kedua gadis itu berjalan tanpa ragu menuju gerbang besar yang berdiri kokoh di hadapan mereka. Belum sempat mereka mengetuk, ketika gerbang besar itu sudah terbuka perlahan semakin lebar.

BLOOD [Park Jisung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang