.
Waktu tidak pernah menyembuhkan, hanya membuat seseorang terbiasa dengan luka.
**
Sejak kepergiannya terakhir kali, aku tidak pernah berhenti menghitung hari yang terlewat. Semuanya tampak sama saja, normal-normal saja. Sekolahku berjalan lancar, semuanya berlalu seperti semestinya.
Tapi, ada beberapa hal yang sampai sekarang masih membuatku belum terbiasa.
Rasa kebas dan kosong yang enggan pergi. Perasaan sepi yang menyesakan.. kemudian semuanya berubah memuakan. Karena entah sejak kapan, segalanya menjadi terasa tidak lagi lengkap. Ada yang kurang.. ada ruang kosong yang gak mampu terisi.
Kekosongan itu.. semua perasaan kebas dan hampa dalam diriku, semuanya ada hanya karena satu kehilangan.
"Anna"
Bahkan hanya dengan mendengar seseorang memanggil namaku seperti itu, aku berharap ketika aku berbalik, sosok tingginya lah yang akan aku temukan. Tapi seperti yang sudah-sudah, segalanya berakhir seperti yang bisa aku tebak. Dia tidak ada disana, tidak bisa aku temukan dimana pun.
"Hm?"
"Akhir-akhir ini kamu terlalu aneh" Lee Jeno berjalan mendekat, dia mendudukan diri tepat di sampingku. Kedua tangannya yang hangat menarik lembut sisi wajahku, kemudian ibu jarinya bergerak samar untuk menyeka jejak basah di pipiku. "Kamu selalu menghindar.. kamu nangis sendirian lagi disini. Tapi setiap aku tanya ada apa, kamu selalu berakhir diam."
Jeno menghembuskan napas berat, terlihat sangat frustasi mengahadapi sikapku. "Aku gak tau ini cuma perasaanku aja atau apa. Tapi Ann, rasanya aku gak kenal kamu yang sekarang."
"Kamu yang sekarang menutup diri dari aku. Seakan kamu bikin batas yang gak boleh aku lewati.. dan aku, aku juga gak ngerti gimana cara ngejangkau kamu" saat Jeno melanjutkan lagi aku masih tidak bisa mengeluarkan satupun kata. Hanya ada suaranya.. tanpa satupun jawaban yang bisa dia dengar. "Kalau aku boleh minta, aku cuma minta kamu kembali kayak dulu.. jadi Anna yang dulu lagi. Seseorang yang gak pernah terasa seasing ini buat aku."
Karena bahkan aku pun merasa asing dengan diriku sendiri. Karena bahkan aku sendiri pun gak tau apa yang hilang.. apa yang berubah.. semuanya haya terasa gak lagi sama.
"Seenggaknya kasi tau aku kalau kamu punya masalah."
"Anna, kamu dengerin aku kan?" Jeno beralih berjongkok di hadapanku, berlutut dengan kedua telapak tangannya yang bertumpu di sisi tubuhku. "Jangan cuma diem kayak gini. Kamu cuma bakal berakhir bikin aku ngerasa bukan siapa-siapa kalau kayak gini."
"Kalau kamu lagi gak baik-baik aja kamu cukup bilang sama aku" Aku merasakan punggungku di tarik lembut, lalu kemudian aku mendapati diriku bersandar di antara sela bahu dan lehernya. Tangan hangatnya masih penepuk-nepuk pelan punggungku saat dia bicara "kamu gak perlu jadi orang lain di depan aku, dan berusaha bikin semuanya kelihatan baik-baik aja di saat sebenernya gak begitu."
Mungkin.. cuma mungkin Jeno.. mungkin gak ada lagi orang lain yang bisa ngertiin aku sesempurna yang bisa kamu lakuin.
🍂🍂🍂
-28, Desember, 2019
Ini bukan puisi..
Tentu saja bukan, karena aku tidak pernah pintar dalam merangkai sebuah kata.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOD [Park Jisung]
Vampiri"Kamu sebenarnya apa?" "Vampir?" "Apa kamu masih ragu bahkan setelah tau aku tidak bernafas?" semuanya di mulai sejak saat itu, di hari dia datang dalam kehidupanku.. hidupku seketika berubah total. semuanya menjadi tidak masuk akal lagi, semuanya m...