26. Alice

3.9K 634 115
                                    

Guanlin tertawa kecil, menatap penuh arti pada Jisung yang sejak tadi melingkarkan lengannya di sekitar bahuku "Kamu mungkin membuat dia tercium sepertimu, tapi aku tidak bodoh sehingga tidak bisa mengenali baunya meskipun pudar"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Guanlin tertawa kecil, menatap penuh arti pada Jisung yang sejak tadi melingkarkan lengannya di sekitar bahuku "Kamu mungkin membuat dia tercium sepertimu, tapi aku tidak bodoh sehingga tidak bisa mengenali baunya meskipun pudar"

Suara tawa lain terdengar dari arah belakangku, tapi aku tidak bisa berbalik karena tubuh Jisung yang menahanku agar tidak bergerak. "Tapi datang kesini adalah kesalahan putra Daniel."

Suara itu milik seorang perempuan - suaranya terdengar tidak asing?

Seorang perempuan dengan gaun hitam panjangnya yang menyapu tanah mendekat kearah Guanlin. Rasanya agak aneh melihat seseorang memakai gaun panjang seperti itu di tengah hutan segelap ini. Warna gaunnya yang hitam menyatu dengan gelap pekatnya malam. Aku ingin melihat wajahnya, tapi dia memunggungiku.

"Dan apa ini?" perempuan itu tertawa nyaring, menunjuk satu-persatu pada sekelompok orang berjubah merah di dekatnya. "Kamu bahkan mengajak saudara-saudaramu untuk datang kesini. Apa ini artinya kamu ingin semua keturunan Ayahmu mati di tanganku?"

Guanlin berdecih malas "Hentikan omong kosongmu ini Alice. Kamu hanya makhluk rendahan, sadar sedikit dengan kastamu-" Guanlin tidak melanjutkan ucapannya karena tiba-tiba saja tubuh tingginya terhempas dengan kasar kebelakang.

"Telekinesis" Jisung berbisik di telingaku.

Guanlin bangkit dengan cepat, kedua tangannya mengepal kuat. Aku bisa melihat warna mata Guanlin berkilat merah - hal serupa juga pernah aku lihat pada mata milik Mark Lee. "Aku bahkan tidak peduli lagi jika kamu perempuan, sialan." Guanlin membuka kepalan tangannya, perlahan bola api muncul dari sana.

Dengan sekali lemparan bola api itu melesat cepat kearah si gaun hitam, tapi si gaun hitam tidak kalah hebat, hanya dengan menggerakan jari telunjuknya ke kanan sudah mampu membuat bola api buatan Guanlin melesat kearah lain dan berakhir membakar batang dari sebuah pohon.

Guanlin kembali menciptakan bola api dari tangannya "Kita lihat bagaimana telekinesis-mu menggagalkan seribu serangan sekaligus"

"Hentikan sesuatu tidak perlu ini Guanlin" Satu orang berjubah merah di dekat Guanlin berujar datar. Orang itu memiliki tatapan yang begitu tajam. Kepalanya juga sangat kecil.

Guanlin menggeram, dia sudah siap melemparkan bola apinya ketika lagi-lagi seseorang menyentuh bahunya "Ingat satu hal Guanlin, kedatangan kita kesini bukan untuk memulai perang."

Perlahan bola api di tangan Guanlin mengecil, sebelum akhirnya lenyap dengan sepenuhnya. "Berhenti menguji kesabaranku Alice" desis Guanlin tajam.

"Kamulah orang yang memulainya berengsek"

"Alice?" tanpa bisa ditahan lagi bibirku menggumamkan sebait nama itu. Sebuah nama yang mengingatkanku pada seseorang. Seseorang yang juga memiliki nama serupa. Russiana Alice

BLOOD [Park Jisung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang