"Kamu sebenernya apa?"
"Vampir?"
Tatapan datar Jisung berubah kaget, terlihat jelas perubahaan dari raut wajahnya saat aku mengucapkan kata Vampir. Matanya membulat sempurna, namun bibirnya tetap terkatup rapat seakan enggan untuk membantah ataupun menjawab pertanyaan yang luar biasa tidak masuk akal itu.
"Santai dong, gak usah melotot gitu.. aku cuma asal ngomong" mendengar perkataanku raut wajahnya kembali normal, datar dan tanpa ekspresi seperti biasa.
"Lagian mana ada sih Vampir naik bus kayak kamu. Vampir kan biasanya kaya, punya castle. Vampir yang aku tau itu juga ganteng dan matanya biru---- yah di film-film gitu" aku melanjutkan, menggaruk belakang leherku yang sebenarnya tidak gatal.
Jisung tampak mengernyit "Korban film ternyata" lalu dia pergi begitu saja, kembali ke tempat duduknya semula.
Sekiranya begitulah percakapan kami terakhir kali, sebenarnya aku yakin ada yang istimewa darinya -- ah, bukan istimewa tapi ada yang aneh darinya. Aku yakin tadi aku tidak salah dengar saat dia berkata "aku bukan cowok brengsek, apa lagi mesum" jelas-jelas cowok itu berkata seperti itu dengan jelas, dan aku mendengarnya dengan baik.
Mustahil perkataannya itu tidak memiliki arti, mana ada kebetulan seperti itu? Masa sih ada kebetulan orang mengatakan hal-hal semacam itu tanpa alasan? Tidak mungkin, Kecuali dia memang mendengar aku mengatakannya.
Apapun itu, dia berbeda. Aku yakin dia bisa mendengar apa yang ku pikirkan, dan itu bukan hal biasa.
Mungkin dia cenayang?
"Jen?"
"Ya?" Setelah cukup lama saling diam dan memandang kosong kearah lapangan, akhirnya Jeno menoleh padaku.
"Menurut kamu Vampir itu beneran ada gak?" Pertanyaan yang terkesan bodoh dan kekanak-kanakan, tapi aku ingin mendengar bagaimana pendapat Jeno tentang makhluk semacam itu.
Jeno tampak berpikir sejenak kemudian menjawab "Mungkin ada"
Aku menaikan sebelah alisku "Mungkin?"
Jeno menatap mataku dalam-dalam, seperti sedang berusaha membaca isi otakku "Emang kenapa sih? Habis baca buku tentang Vampir?"
"Bukan, cuma pengen tau pendapat kamu. Kamu kan tau aku gak suka baca buku" Jeno hanya menangguk mengiyakan perkataanku, dia tentu sangat tau aku seperti apa. membaca buku bukanlah gaya ku.
"Kira-kira makhluk semacam Vampir beneran ada gak ya?" Pertanyaan yang seolah aku tanyakan pada diriku sendiri.
"Ada"
Aku mendongakan kepalaku untuk melihat siapa pemilik suara itu--- tentu saja bukan suara milik jeno, dia Mark Lee.
"Mark!" aku tersenyum lebar saat mendapati tubuh tinggi cowok bernama mark itu berada di hadapan ku dan jeno.
"Aku kan Vampir paling ganteng, masa kamu lupa?"
Aku hanya menggelengkan kepalaku mendengar ucapan ngawur Mark. Mark memang selalu mengatakan hal-hal yang bisa di bilang menyebalkan. dia suka melawak tapi tidak pernah lucu dan Mark bukan lah Mark kalau tidak super percaya diri.
"Kamu Vampir kurang gizi" aku melihat mark dari atas sampai ujung kaki "tinggal tulang" lanjutku di ikuti tawa mengejek.
"Kamu juga tinggal tulang" Mark mencibir lalu duduk di sebelahku.
"Sesama makhluk kekurangan daging gak usah berantem" Jeno memandang aku dan Mark bergantian dengan tatapan perihatin.
"pulang sekolah gue traktir McDonald's deh biar kalian agak-- yah, berisian dikit" lanjutnya dengan nada mengejek.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOD [Park Jisung]
Vampir"Kamu sebenarnya apa?" "Vampir?" "Apa kamu masih ragu bahkan setelah tau aku tidak bernafas?" semuanya di mulai sejak saat itu, di hari dia datang dalam kehidupanku.. hidupku seketika berubah total. semuanya menjadi tidak masuk akal lagi, semuanya m...