33. Kamu dan Hujan

2.6K 349 26
                                    



Kamu seperti hujan,
Datang membawa gelap dan riuh.
Tapi selalu menimbulkan tanya di kepalaku, kenapa dinginmu selalu terasa menenangkan?



***





"Jangan pergi"

"Bahkan setelah tau kalau aku cuma bakal nimbulin bahaya buat kamu?"

Aku menggeleng "jangan pergi lagi.." tanganku menggapai kedua telapak tangan dinginnya, menggenggamnya erat. "Kalau dulu perpisahan kita adalah duka buat kamu, lalu kenapa sekarang kamu mau mendorong aku pergi lagi?"

"Jangan pernah jadi pengecut yang datang hanya untuk pergi gitu aja."

"Aku memang pengecut" Jisung tersenyum muram, matanya yang sayu menatapku lekat. "Karena sama seperti seorang pengecut, aku selalu berakhir kalah dan melarikan diri."

"Kalah dari apa?"

"Dari takdir" Jisung tertawa kecil, tapi entah kenpa matanya malah terlihat menyimpan begitu banyak kesedihan yang siap tumpah kapan saja. "Dia selalu berhasil bawa kamu pergi."

"Tapi kali ini aku gak bakal pergi" aku berkata begitu yakin, seolah merasa memiliki kendali atas takdir itu sendiri. Padahal siapa pun gak pernah tau rencana apa yang di siapkan semesta di hari esok. "Aku gak kemana-mana."

"Aku gak peduli bahaya apa yang bisa kamu timbulin. Aku cuma mau kamu"

Jisung diam, dia hanya masih menatapku selekat dan sedalam sebelumnya seperti hanya aku yang bisa dia lihat. "Selama ada kamu, aku tau semuanya bakal baik-baik aja. Jadi jangan pergi lagi"

"Anna-"

"Memang bahaya apa? Bahaya apa yang sebegitu menakutkan buat kamu?" Aku mendesak, Merasa sudah terlanjur penasaran dengan bahaya yang Jisung maksud.

"Kamu ingat Guanlin dan saudara-saudaranya?" Jisung menghela napas, terdengar berat dan amat perlahan. "Mereka nunggu kamu. Mereka mau kamu."

"Kenapa?" Aku mengernyit, tentu saja bingung. Kenapa mereka menginginkan aku?

"Mereka menunggu Victoria kembali."

"Sejak dulu Guanlin merasa penasaran kenapa Mark selalu berada di dekat kamu, dan kenapa Mark selalu melindungi kamu dari jauh sampai dia gak bisa menyentuh kamu." Saat Jisung melanjutkan lagi dengan suara beratnya, aku tau masalahnya mungkin lebih serius dari yang aku bayangkan. "Akhirnya dia tau kalau Victoria bereinkarnasi menjadi kamu yang sekarang. Ternyata Victoria tidak pernah berbohong, dia menepati janjinya."

"Janji apa?"

"Janji untuk kembali. Janji untuk terlahir lagi meski hari itu dia harus mengakhiri eksetensinya sendiri."

"Jisung.." Awan gelap yang semula hanya bergemuruh sekarang menurunkan hujan. Tidak deras, tapi cukup mampu membuat udara semakin terasa membekukan. Badan Jisung sedingin hujan itu sendiri, tapi ketika kedua tangannya yang lebar menggenggam tanganku aku merasa hangat. "Aku mau tau semua cerita tentang Victoria. Tentang kamu, semua tentang kalian hingga dari mana semuanya bermula."

Jisung diam, dia hanya menatapku lama sampai akhirnya dia mengangguk pelan. "Iya Anna, nanti aku ceritakan. Semuanya."

"Itu artinya kamu gak bakal maksa aku buat pergi lagi dari kamu?"

BLOOD [Park Jisung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang