34. Victoria

2.7K 305 32
                                    





Aku tidak pernah mengira kalau sebuah kehilangan bisa semenakutkan itu.









Alissandra Victoria Lee,

Namanya yang indah tidak pernah sekalipun hilang dari ingatan Jisung. Bagaimana gadis itu berjalan dengan langkahnya yang angkuh, begitu juga kulit putihnya yang sepucat salju, semuanya masih terekam dengan sangat jelas di kepala.

Layaknya potongan film lama yang di putar kembali, kenangan akan sosoknya hadir lagi, begitu saja dengan mudahnya masuk dan memenuhi isi kepala Jisung. Victoria, dengan jubah merah darahnya berjalan di tengah lebat salju, seraut wajah dingin menyambut Jisung yang saat itu baru keluar dari sebuah gereja yang terletak di pinggiran kota kecil di Kanada.

"Alissa-"

"Lily." Bibirnya yang merah memotong cepat, sinar matanya menununjukan amarah. "Kamu hanya akan memanggilku Alissandra kalau sedang marah, apa kamu masih marah? Masih belum cukup menjauhiku selama tiga hari lebih?" Serentetan kalimat itu membungkam Jisung.

Saat itu yang ada di pikiran Jisung hanyalah; bagaimana bisa aku punya hak buat marah sama kamu?

"Aku gak bisa marah, kamu tau itu."

"Kamu pasti mikir gak apa-apa gak dengerin omonganku, karena kamu tau aku gak pernah bisa marah ke kamu?"

"Ihhh gak gituuu" bibirnya yang mungil mengerucut maju. Keangkuhan yang melekat pada diri Victoria seketika runtuh, seketika hanya menyisakan bagaimana di balik semua itu hanya ada sosoknya yang seperti anak kecil. Merengek dan  memelas seperti meminta sebuah permen. "Itu semua karena Alice dan Rachel yang mengajakku!"

"Kalau sampai Mark tau, dia pasti akan mengamuk lagi."

"Jisung!" Victoria merengek lagi, dia menarik lengan kemeja Jisung. "Kamu tega aku di amuk oleh Raja Vampir yang bodoh itu? Kamu tega??"

"Raja bodoh itu kembaranmu." Jisung menghela napas, memijat pelipisnya karena merasakan pusing yang teramat di kepala. Kepalanya berdenyut nyeri. Victoria selalu saja berulah dengan teman-teman berandalannya itu.

"Sekarang katakan, untuk apa kamu membangun kota ilusi itu?" Jisung tidak tau kenapa nada suaranya bisa jadi setajam itu, bahkan mungkin sampai membuat Victoria sedikit terkejut karena mata gadis itu terus saja berkedip dalam tempo cepat.

"Apa kamu beneran marah?"

"Alissandra, aku tanya sekali lagi padamu, kenapa kamu menciptakan kota ilusi itu?"

"Aku gak mau jawab kalau kamu masih memanggilku Alissandra, dan bahkan tatapanmu sedingin sekarang" Dalam sekejap sifat angkuhnya kembali menguasai, badannya yang tinggi berbalik dan meninggalkanku dengan langkah tegas. Tapi suaranya yang pelan ketika pergi masih bisa terdengar olehku. "Dunia ini sudah cukup membekukan untukku, setidaknya kamu tidak perlu ikut menjadi sedingin itu."

Alissandra,

Kamu benar,

Seharusnya sampai akhir aku tetap menjadi bara panas yang mencairkan kebekuan dalam hatimu.

Alissandra..

Seharusnya egoku tidak sampai menghancurkanmu..

Egoku sendiri.. yang sudah membunuhmu.







🍁🍁🍁







"Jisung, hei!"

BLOOD [Park Jisung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang