27. Jatuh

4.1K 682 154
                                    

Ada rasa hangat yang menjalar diam-diam ketika aku merasakan jemari dingin itu menyelusup untuk mengisi kekosongan di sela-sela jariku. Akan sangat munafik kalau ku katakan aku tidak menyukainya.

Aku menyukainya. Entah bagaimana aku sendiri seperti menikmati setiap sentuhan kecil dari tangan dinginnya. Jauh dari kata risih - aku malah selalu akan menemukan diriku sendiri merasa nyaman dan aman.

Yang awalnya aku merasa asing akan hadirnya, dan ketika hari ini aku akan merasa aneh dan kurang kalau tidak menemukan sosoknya di dekatku. Seperti menemukan kembali sesuatu yang sempat hilang, aku merasa lengkap ketika dia berada disini. Kembali untuk mengisi tempat yang memang tidak seharusnya kosong.

"Jangan takut" merasakan getaran samar pada tanganku, Jisung semakin mengeratkan genggamannya. "Aku disini. Jagain kamu."

Ucapan sederhana itu cukup untuk membuat detak jantungku seperti berhenti berdetak untuk sepersekian detik.

"Katakan apa yang ingin kamu katakan padanya Guanlin" Jisung kembali membuka suara, membuat tatapan Guanlin yang awalnya terpusat padaku berpindah ke Jisung sesaat "Tapi dengan catatan kamu mengatakan itu di depanku juga."

Guanlin berdecih, seperti kesal mendengar ucapan Jisung. "Kalau aku tidak mau?" tanyanya menantang.

"Berarti hanya ada dua pilihan untukmu" Jisung berucap dengan nada serius, matanya menyorot Guanlin tajam "Pergi dari hutan ini tanpa mengatakan satu katapun pada Anna, atau memutuskan mengakhiri eksistensimu di tanganku"

Wajah Guanlin mengeras, kedua tangannya langsung mengepal kuat "Jangan sampai lupa pada siapa kamu berbicara-"

"Tentu saja aku tidak lupa" Jisung menyunggingkan senyum miring, lebih mirip sebuah seringaian "Aku sedang berbicara dengan putra termuda dari salah satu orang paling berkuasa"

"Tapi jujur saja, aku tidak peduli." Jisung dengan tegas mengatakan hal itu. "Karena gadis ini" Jisung mengangkat tangan kami yang saling bertautan "Dia memiliki arti melebihi kata segalanya bagiku"

"Kamu tau? Pada penguasa alam semesta sekalipun aku tidak akan tunduk, Jika itu menyangkut dirinya."

"Hari ini, aku menemukanmu yang dulu kembali" Suara tenang Jun menginterupsi percakapan yang semakin memanas antara Jisung dan Guanlin, sekaligus membantu menyadarkan aku yang bagai sudah tidak menapak lagi di tanah akibat ucapan Jisung.

"Jangan sampai terulang Jisung" Jun berucap lagi, dan setelahnya suara cowok itu memelan "Jika yang lalu adalah sebuah kesalahan, maka yang hari ini terjadi pun tidak di benarkan"

"Tidak dulu, tidak juga sekarang. Selamanya akan ada sangsi untuk setiap tindak pelanggaran."

Jisung tertawa lirih ketika ucapan Jun membuat sekitar menjadi di selimuti hening, seolah mampu menyihir setiap orang agar tidak bisa mengeluarkan suara.

"Apapun sangsinya - selama itu hanya berlaku untukku. aku tidak peduli" Jisung menoleh kesamping, menatap tepat di mataku, lalu kemudian tersenyum "Untuk melindungi sesuatu yang berarti segalanya, aku tidak akan keberatan menyerahkan nyawa sekalipun."

"Karena tetap hidup tanpanya, hanya akan membuatku hidup tanpa merasa hidup" Jisung terkekeh "Aku yang sudah mati ini hanya bisa terlihat hidup ketika dia ada, dan ketiadaannya sama dengan ketiadaanku"

"Apa hal itu cukup untuk membuatmu memahamiku Jun?"

Jun tidak menjawab, tapi tatap matanya mengartikan sebuah kesedihan.












⏳⌛



Guanlin dan kesepuluh saudaranya menghilang setelah mengucap sebuah janji untuk kembali. Dia mengatakan akan kembali menemukanku di waktu yang tepat nanti - dan dia akan memastikan agar hari itu benar-benar datang. Dan ketika saat itu tiba, semuanya akan menemukan titik akhir dari sebuah penyelesaian.

BLOOD [Park Jisung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang