Day 4
Sudah satu jam Ava menunduk tapi tidak sama sekali lehernya merasa pegal. Dengan suasana café yang tenang dan ide yang terjun bebas di otaknya, Ava tidak akan membiarkan apapun atau siapapun mengganggunya. Ava selalu bercita-cita memiliki ruang sendiri di mana dirinya bisa fokus dengan apa yang dia kerjakan.
Ruang dengan banyak pencahayaan, tenang, dan nengok ke atas sudah bisa lihat langit. Ava ada kelas jam sepuluh karena itu tadi dia datang jam setengah delapan, tiga puluh menit lebih awal dari café Breeze dibuka. Si mas pramusaji seperti sudah hapal sama dia. "Nungguin lama Mbak?" tanya mas pramusaji. Ava pun mengangguk manis tanpa berkata, berharap si mas bisa buka cafenya cepet-cepet.
Jadi di sinilah dia sekarang, berada di dunianya sendiri. Dia punya dua jam sebelum kelas Character Design dimulai jam sepuluh. Dua jam sudah cukup baginya. Alpha University adalah satu-satunya universitas dengan jurusan Comic Art. Karena itu, Ava langsung jingkrak-jingkrak, gulung-gulung, salto, dan kayang begitu tahu dirinya diterima di sini.
Menjadi mahasiswi Comic Art di Alpha University berarti kesempatan besar untuk mengikuti kontes-kontes besar bahkan hingga ke Jepang, si empu nya Manga. Belum lagi kesempatan yang lebih lebar untuk memiliki karya yang bisa diterbitkan melalui perusahaan penerbit besar. Bukan hanya komikus, lulusan Comic Art juga bisa memiliki karir lain seperti Illutrator, Picture Ebook Writer, Illustration Attributer, Character Design, dan banyak lainnya.
Ava menyadari ada yang masuk ke café walaupun dia tidak perlu mendongak. Saat ini gadis itu benar-benar fokus karenanya mengangkat kepala sedikit saja bisa membuyarkan konsentrasinya. Semua berjalan baik-baik saja hingga sekitar sepuluh menit kemudian.
"Haii ... kamu Aksa anak Teknik ya. Aku Dinda, anak Teknik juga, ambil Teknik Lingkungan. Boleh duduk gak?" suara merdu gadis yang memperkenalkan diri sebagai Dinda itu sampai di telinga Ava.
"Gak boleh jadi cepetan pergi dan jangan duduk deket-deket saya."
'Eh si manusia es sudah di sini,' batin Ava masih gak rela mengangkat kepalanya.
Sepertinya si Dinda memutuskan tidak melakukan perlawanan berarti. Pengen banget Ava menoleh tapi nanti saja lah pas dia keluar café sekalian. Penasaran Ava gimana muka itu manusia es.
Sepuluh menit berlalu dengan kembali tenang. Sebelum, "Hai, kamu di sini lagi," kali ini mau tidak mau Ava mengangkat kepalanya dan melihat si kakak kelas yang kapan lalu nyamperin dia datang lagi.
"Sibuk ya kayaknya," kata si kakak kelas. Gak ngerti Ava itu pertanyaan dan pernyataan.
"Nanti kelas terakhir jam berapa?" di kakak kelas bersuara lagi. Nah ini baru pertanyaan.
"Maaf Kak, Ava duluan ya takut telat. Ada kelas jam sepuluh," Ava pun dengan berat hati membereskan perkakas menggambarnya di atas meja.
"Lah masih ada setengah jam. Gedung fakultasmu juga gak jauh kan? Sini dulu lah ngobrol-ngobrol sama aku," kata kakak kelas itu. Duh Ava masih lupa ini orang namanya Niko atau Nino.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Kata Sahabat [COMPLETED]
ChickLit[Ambassadors' Pick: July 2022 oleh Wattpad AmbassadorsID] Ava Rayna Tsabita begitu kaget saat manusia es yang beberapa hari ini hanya bisa didengarnya tanpa berani dia tatap tiba-tiba duduk di depannya. "Sepertinya kita menghadapi masalah yang sama...