Sudah empat bulan ini Aksa dan gadis yang masih belum dia tahu namanya berbagi meja di café Breeze. Dan kadang saat Aksa melihat tidak ada gadis itu di café, Aksa memutuskan pergi dan mencari tempat lain untuk mengerjakan pojectnya.
Tidak banyak yang tahu bahwa café Breeze ini adalah milik Ibunya. Ibunya memang memiliki keahlian dalam hal desain interior. Selain alasan perintah Ibunya untuk sering-sering mengunjungi café, Aksa sendiri menikmati mengerjakan projectnya di sana. Mungkin itu juga yang dirasakan gadis itu.
Gadis yang suka sekali menggambar. Walaupun beberapa kali Aksa melirik gambar yang dia buat membuat Aksa mendelik seketika. Bagaimana tidak, dia pernah mendapati gadis itu menggambar seorang wanita gantung diri dengan darah warna merah berceceran di kepalanya.
Hari itu Aksa keluar dari café setelah tahu gadis itu tidak ada di sana. "Aksa!!!" dia mendengar ada suara memanggilnya. "Mau ke kelas ya. Nebeng dong," kata suara itu dan Aksa masih tidak melihat ke arahnya. "Boleh gak?" dan Aksa mendapati teman sekelasnya yang dia tidak tahu namanya sedang menatapnya penuh harap. Laki-laki dengan setelan baju kelewat biasa itu masih mematung menunggu jawaban sembari masih tersenyum, mungkin berharap senyumnya bisa meluluhkan hati Aksa.
Jarak café Breeze dengan fakultas teknik memang agak jauh. Aksa paham itu. Tapi Aksa tidak paham kenapa dia harus membiarkan temannya ini ikut mobilnya. Tanpa repot-repot menjawab, Aksa langsung masuk ke mobil dan membanting pintunya keras.
"Ampuunnn .... ," keluh temannya itu dengan lemas. Dia cukup tahu Aksa kemungkinan besar akan menolaknya tapi matahari yang terik memaksanya melakukan hal mustahil itu.
Dalam perjalanan ke gedung fakultas, Aksa berhenti saat melihat gadis yang biasa bersamanya sedang duduk di rerumputan dekat kolam yang dikelilingi pepohonan rindang. Bukan sekali ini Aksa berpapasan dengannya di kampus dan tidak sekalipun Aksa menyapanya. Namun kali ini berbeda. Gadis itu nampak berbeda. Entah karena dorongan apa, Aksa yang biasanya tidak pernah peduli dengan urusan orang, memutuskan menepikan BMW X5 yang harganya di atas 1 Milliar itu.
"Kau kenapa?" tanya Aksa dengan nada tegasnya.
Gadis itu mendongak dan Aksatahu dia tidak sedang baik-baik saja. "Aku tidak suka mengulang kalimatku," tambah Aksa kali ini dengan muka ditekuk, dahi mengernyit, mata menyipit, segala ekspresi yang menunjukkan ketidaknyamanan karena gadis itu tidak kunjung menjawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Kata Sahabat [COMPLETED]
ChickLit[Ambassadors' Pick: July 2022 oleh Wattpad AmbassadorsID] Ava Rayna Tsabita begitu kaget saat manusia es yang beberapa hari ini hanya bisa didengarnya tanpa berani dia tatap tiba-tiba duduk di depannya. "Sepertinya kita menghadapi masalah yang sama...