Aksa tahu apa yang dia lakukan selama 30 menit ini sia-sia tapi dia tetap saja berusaha menghubungi Ava. Mendengar beberapa kali mesin penjawab otomatis menginformasikan bahwa telpon yang dia hubungi sedang tidak aktif, membuat hatinya semakin resah. Aksa cukup yakin Ava mendengar apa yang orang tua Cantika tadi katakan tapi Aksa tidak mau bahkan memikirkan bahwa hal itu yang membuat Ava pulang tanpa pamit.
Dadanya bergetar saat ponselnya berbunyi dan kata sahabat muncul di layarnya. Dia harus merubahnya nanti. "Kamu di mana?" sambar Aksa langsung.
"Di rumah Abian. Tadi habis dari rumah kamu langsung ke sini. Kamu telepon berapa kali? Banyak sekali panggilan tidak terjawab. Maaf ponselku mati ini barusan selesai charge," jawab Ava di seberang sana.
"Aku di rumah bude dan pakde. Kasih aku alamat rumah Abian. Aku ke sana sekarang," desah Aksa.
Selama perjalanan, Aksa mencengkeram kemudi dengan sangat kencang. Jalanan juga sepertinya tidak tahu dia sedang tergesa-gesa. Setelah hampir satu jam, Aksa akhirnya sampai di sebuah rumah dengan pohon mangga rindang di depannya. Aksa bisa melihat Ava dan Abian sedang duduk di teras depan.
Aksa bergegas keluar mobil dan menuju rumah tadi. Abian dan Ava sama-sama melihat kedatangannya. Abian berjalan ke depan untuk membukakan pagar pendek rumahnya untuk Aksa, Ava mengikuti dari belakang.
"Kita langsung pulang?" tanya Aksa ke Ava dan gadis itu mengangguk.
"Baby makasih ya. Lain kali ngobrol lagi," kata Ava dan memeluk Abian singkat.
"Makasih ya. Kita balik dulu," pamit Aksa.
*
"Ada apa?" tanya Ava. Setelah beberapa menit berkendara, Aksa tidak mengatakan apa-apa.
"Kenapa tadi langsung pulang?" tanya Aksa tanpa menoleh ke Ava.
"Kan aku sudah bilang tadi. Sepertinya ada tamu penting dan aku nggak enak kalau menganggu," jelas Ava.
"Justru kamu seharusnya tadi ada di sana. Kenapa malah pergi?" sesal Aksa.
"Aku nggak mau Sa orang tua kamu atau kamu merasa tidak bebas kalau aku ada di sana," tegas Ava.
"Nggak bebas gimana maksud kamu?"
Ava mendengus. "Tadi aku dengar orang tua Cantika. Gimana kalau orang tua kamu lebih suka sama Cantika dibandingkan aku. Aku nggak mau berada di sana dan membuat tante atau om nggak bisa menjawab dengan bebas."
Aksa meminggirkan mobilnya di sebuah jalanan yang cukup sepi dan Ava hanya bisa menatap ke arahnya dengan lelah. "Kalau pun orang tuaku lebih suka Cantika, mama sama papa bakal tetap biarin aku yang milih. Dan aku milih kamu. Dan kamu harus tahu, mama sama papa juga milih kamu. Aku sudah kenal Cantika lama sebelum aku ketemu kamu. Jadi kalau memang aku suka Cantika, aku bisa melakukannya dari dulu," desah Aksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Kata Sahabat [COMPLETED]
Chick-Lit[Ambassadors' Pick: July 2022 oleh Wattpad AmbassadorsID] Ava Rayna Tsabita begitu kaget saat manusia es yang beberapa hari ini hanya bisa didengarnya tanpa berani dia tatap tiba-tiba duduk di depannya. "Sepertinya kita menghadapi masalah yang sama...