10 BULAN KEMUDIAN
"Aksa cepet Aksa .... Please ... ," raung Ava dari jok belakang mobil sedangkan mama berkali-kali menyuruh Ava untuk mengatur pernafasan dengan menghirup dan menghembuskan napas dengan heboh. Sayangnya mama melakukannya dengan gugup sehingga hal tersebut sama sekali tidak membuat Ava semakin tenang.
"Sabar sayang ... sabar ya. Semua akan baik-baik aja. Kamu tenang ya," kata Aksa pelan tapi tidak kalah paniknya. Entah kenapa jalanan juga cukup padat saat ini.
Pagi tadi saat Aksa baru saja pamit untuk berangkat kerja, Ava merasakan kontraksi yang cukup hebat di perutnya yang sudah besar. Perkiraan tanggal kelahiran masih satu minggu tapi sepertinya si bayi sudah tidak sabar ingin melihat dunia.
Beruntung sejak sebulan lalu, Aksa dan Ava sudah pindah ke rumah orang tua Aksa sehingga pagi itu mama bisa membantu menghubungi Aksa. Aksa yang mendengar kabar tersebut langsung putar arah dan kembali ke rumah untuk membawa istrinya ke rumah sakit.
Ava yang sudah dipenuhi keringat, hanya bisa mencengkram seatbealt yang ada di mobil dengan erat saat rasa sakit kontraksi datang lagi. Aksa beberapa kali menoleh ke belakang dan dengan cepat memutar kembali kepalanya ke depan.
Setelah tujuh belas menit penuh perjuangan, mobil Aksa akhirnya berhenti di depan pintu utama rumah sakit dan perawat dengan sigap membawakan bed dorong untuk Ava.
"Ketuban sudah pecah," kata seorang perawat sambil berlari kecil di samping bed Ava dan Aksa juga berlari dengan tangannya masih menggenggam tangan Ava.
Ava tidak pernah merasakan sakit sesakit saat ini. Bahkan untuk berbicara pun dia sudah tidak memiliki tenaga. Dia hanya bisa menatap lemas ke arah Aksa yang sepertinya menangis melihat Ava terlihat tidak lagi memiliki tenaga di atas ranjang rumah sakit.
Tidak seberapa lama, beberapa perawat mengganti baju Ava dan memasang beberapa alat di perutnya. CTG atau Monitor Janin Elektronik kemudian menunjukkan detak jantung sang bayi.
"Aku di sini sayang. Aku bakal nemenin kamu terus sampai anak kita lahir," bisik Aksa dengan air mata yang sudah menetes di pipinya.
*
Proses persalinan cukup cepat dan Aksa yang pertama kali menggendong buah hatinya tidak bisa membendung air mata bahagia. Ava sendiri masih belum siuman.
Semua keluarga dan teman-teman juga ada di sana. Termasuk Adam dan Cantika yang juga sedang menunggu kelahiran anak pertama mereka.
"Selamat ya bro," kata Adam kepada Aksa. Aksa masih saja menunjukkan wajah penuh haru.
*
SATU SETENGAH TAHUN KEMUDIAN
"Omar .... Mama berangkat dulu ya. Baik-baik sama papa di rumah," Ava yang sudah cantik dengan kemeja dan celana kulot panjangnya mencium anak laki-laki menggemaskan di depannya.
"Yakin nggak mau ditemenin?" tanya Aksa yang masih dengan kaos oblong dan celana pendeknya walaupun jam sudah menunjukkan pukul 10 siang. Hari ini Aksa sengaja tidak ke kantor karena Ava harus tanda-tangan kontrak baru lagi dan dia tidak rela menitipkan anaknya ke mama karena pasti nanti susah kalau mau pulang.
Bi Ima sekarang sudah tinggal bersama mereka semenjak Ava melahirkan dan sekarang mereka juga memiliki sopir sendiri karena Aksa tidak mau Ava membawa mobil sendiri saat bersama Omar.
"Nggak perlu. Paling juga gak lebih dari dua jam. Tunggu mama di rumah ya. Nanti kita main bareng lagi," Ava kembali mendaratkan ciuman di kedua pipi Omar.
Tidak lama setelah Ava pulang dari Jepang dan sepulang dari bulan madu, dia mengetahui bahwa dirinya sedang hamil. Tujuh bulan setelahnya, komik cetak pertama Ava akhirnya diterbitkan saat dirinya hamil besar. Komik miliknya sangat laku di pasaran hingga saat ini pun sudah empat kali cetak ulang.
Ava mendapat banyak permintaan untuk temu fans namun karena Omar masih kecil, dia menunda untuk melakukan itu semua. Tapi satu hal yang pasti, Ava pun sudah mendapatkan banyak pengakuan dan penghargaan dari beberapa instansi atas karyanya. Aksa sendiri bersama perusahaan yang didirikannya sudah meluncurkan game keempat.
Akhirnya Ava merasa bisa benar-benar bersanding dengan Aksa. Dia tidak lagi merasa jauh di bawah Aksa. Semakin bersinar Aksa, dirinya pun kini memiliki sinarnya sendiri. Dan kelak, Omar pun akan menemukan sinarnya.
*
Finally ..... tamat juga perjalanan cinta Aksa dan Ava. Maaf ya kalau kaget kok sdh tamat pdhl notif endingnya baru tadi pagi. Semoga kalian nggak kecewa dan masih menikmati ending cerita ini. Btw, author makasih banget buat semua yang setia dan selalu nungguin cerita Aksa dan Ava. Eits jangan sedih, aq udah nyiapin cerita keempat jadi get ready ya!! dan tentu aja minta dukungan kalian sekali lagi.
Untuk cerita keempat, supaya Aq lebih punya komitmen, hari update bakal aku tentuin. Jadi, kasih waktu seminggu - dua minggu dari kegiatan publish cerita dulu ya. Tp kl ada komen pasti tetep aku jawab. Love you all my readers, my friends, my spirits. Tanpa kalian, mungkin aku sudah gk punya semangat buat nerusin nulis.
Kalian bisa follow ig-ku juga di @y.sasnita
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Kata Sahabat [COMPLETED]
ChickLit[Ambassadors' Pick: July 2022 oleh Wattpad AmbassadorsID] Ava Rayna Tsabita begitu kaget saat manusia es yang beberapa hari ini hanya bisa didengarnya tanpa berani dia tatap tiba-tiba duduk di depannya. "Sepertinya kita menghadapi masalah yang sama...