Ini yang paling dibenci Aksa ketika berteman. Entah kenapa dia merasa marah, tidak sabar, geram, dan segala hal yang tidak mengenakkan di hati. Dia tidak salah. Berteman sungguh melelahkan. Namun dia tahu dia memiliki pilihan. Hanya dengan satu kalimat – aku bukan lagi temanmu -, Aksa cukup yakin gadis ini tidak akan berani lagi dekat-dekat dengannya. Sayangnya, Aksa tidak menginginkan itu. Dan dia merasa semakin frustasi.
Ava beberapa kali mengigau dalam tidurnya. Aksa sendiri hanya duduk dengan sangat tegap dengan tangan disilangkan di depan dada, tepat di samping gadis itu selama hampir setengah jam. Aksa mencoba mendekatkan wajahnya hanya ingin tahu apa yang diigaukan gadis itu tapi karena terlalu pelan, dia tidak berhasil menangkap satu kata pun.
Pada akhirnya, Ava membuka mata namun kengerian timbul di wajah Ava dan Aksa tidak pernah melihat ekspresi ngeri dari wajah yang hampir selalu bisa tertawa itu. "Kau baik-baik saja?" tanya Aksa pelan.
Sejurus kemudian, kengerian di matanya perlahan lenyap digantikan dengan kelegaan. Paling tidak, itu yang dilihat Aksa. Aksa melihat gadis itu terlihat lega. Ava mengangguk pelan dan melihat ke ruangan di mana dirinya berbaring.
"Kita masih di teater bioskop. Kau tadi pingsan. Kalau kau sudah siap, aku akan mengantarmu pulang," ajak Aksa.
"Aku mau pulang sekarang," pinta Ava seraya bangun dari posisi tidurnya.
*
Keduanya sudah berada di dalam mobil Aksa. Ava tidak mengerti bagaimana Aksa bisa sampai bersamanya sekarang. Namun dia tidak berniat menanyakannya malam ini. Hari ini sudah cukup melelahkan baginya. Dia ingat bagaimana sesaknya yang dia rasakan tadi. Serasa hidupnya sudah hampir berakhir karena tidak ada oksigen yang bisa dia hirup dengan baik.
Ava menyenderkan kepalanya dan melihat ke arah Aksa yang fokus dengan jalanan di depannya. Beberapa hari ini Aksa sudah sangat baik padanya. Mulai dari mengantarnya ke rumah sakit, mengantarnya pergi ke rumah Tara, mentraktirnya makan, dan sekarang. Ava bersyukur Aksa mau menjadi temannya. Aksa sudah banyak memberikan banyak pada dirinya. Ava berdoa pelan, nantinya, dia bisa melakukan kebaikan juga pada Aksa.
"Antarkan aku ke kampus aja. Motorku masih di sana," pinta Ava lirih.
"Kita langsung kerumahmu atau kuturunkan kau di sini," kata Aksa tegas masih fokus dengan jalanan di depan.
"Tapi kalau aku tidak mengambil motorku sekarang, hari Senin aku bingung kalau mau ke kampus," bantah Ava.
"Kulihat kau memakai jam tangan. Sebaiknya kau lihat sekarang jam berapa. Terlalu berbahaya pulang sendirian jam segini. Nanti kuberi uang buat bayar taxi Senin pagi," perintah Aksa.
Ava secara otomatis melihat arah jam tangannya. Sudah jam sepuluh malam. Namun jam segini juga biasanya Ava baru selesai pulang kerja. Dan Ava meringis saat Aksa bilang soal memberinya ongkos taxi. "Ini masih jam sepuluh. Aku sudah terbiasa. Biasanya juga jam segini aku baru pulang kerja. Dan aku tidak perlu uangmu. Daripada naik taxi, aku besok akan berangkat lebih awal supaya bisa naik angkot," bantah Ava.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Kata Sahabat [COMPLETED]
Chick-Lit[Ambassadors' Pick: July 2022 oleh Wattpad AmbassadorsID] Ava Rayna Tsabita begitu kaget saat manusia es yang beberapa hari ini hanya bisa didengarnya tanpa berani dia tatap tiba-tiba duduk di depannya. "Sepertinya kita menghadapi masalah yang sama...