33 - Meyakinkan

24.6K 2.5K 35
                                    

Setelah Aksa memanggilnya selama empat kali, barulah Ava seakan mendapatkan kesadarannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah Aksa memanggilnya selama empat kali, barulah Ava seakan mendapatkan kesadarannya. "Apa kamu tidak suka dengan tawaranku?" tanya Aksa kali ini dengan raut wajah tidak mengerti. Bagaimana Ava bisa menolaknya saat Aksa mengatakan ide tersebut dengan wajah berbinar-binar.

'Apakah Aksa akan merasa aku meremehkan tawarannya?' Ini mungkin menjadi tawaran yang menarik bagi orang lain dari jurusan Comic Art. Namun ini bukan mimpi Ava. Dia ingin memiliki ceritanya sendiri. Berseri malah kalau bisa. Hingga beberapa chapter. Dia ingin melihat karyanya terpampang di banyak toko buku, pikiran inilah yang memenuhi otak Ava.

Mata tajam Aksa masih terpaku di manik matanya seakan menunggu jawaban saat itu juga. Bukan jawaban apakah Ava bersedia atau tidak, tapi lebih karena Ava memberikan reaksi yang tidak terduga. Ava membuka mulutnya hendak mengatakan sesuatu namun dia kembali mengatupkan bibirnya lagi karena tidak tahu bagaimana memulainya.

"Aku ... ," Ava mengulurkan tangannya ke wajah Aksa dan menempelkan telapak tangannya di pipi Aksa. "Terima kasih. Suatu kehormatan bisa menggambar untuk karakter game kalian tapi ....," kata Ava terbata.

Aksa merengkuh tangan Ava yang sekarang ada di wajahnya dan menggenggamnya erat. "Apa tidak nyaman untuk bekerja dengan suamimu sendiri?" ada nada memelas di kata-kata Aksa. Walau belum genap sebulan, Aksa sudah cukup nyaman menyebut kata suami dalam beberapa kali kesempatan.

"Bukan ... bukan itu ... Itulah yang membuatnya semakin sulit," sahut Ava lemah kemudian menunduk.

Aksa menaikkan satu alisnya dan meraih dagu Ava agar kembali menatapnya. "Ada sesuatu yang ingin kusampaikan tadi sebelum kamu menyampaikan ini," lanjut Ava.

Ava pun akhirnya dengan mantap menceritakan secara detil apa yang dibicarakan Mr Daniel di kantor tadi. Tidak sekalipun Aksa menyela. Bahkan hingga Ava sampai di bagian tentang apa yang dia impikan, Aksa masih mendengarkan dengan penuh perhatian dan sabar. Ava mengakhiri ceritanya dengan satu hembusan napas berat dan tatapan dalam ke mata suaminya.

"Kita akan terpisah selama delapan bulan paling lama. Dan sekarang kau mengatakan kita harus kembali bersabar selama satu tahun lebih?" tuntut Aksa.

"Tapi ini mimpiku. Inilah yang benar-benar aku inginkan," lirih Ava.

"Apa kau tidak menginginkanku? Tidak menginginkan berada di dekatku?" ringis Aksa.

"Bagaimana kau bisa mengatakan hal seperti ini semudah itu? Kamu juga sudah lama sekali kan bermimpi kuliah di luar negeri dan saat kesempatan itu datang, kamu nggak menyia-nyiakannya," kata Ava kali ini menarik tangannya dari genggaman Aksa.

"Aku menolaknya pertama kali. Untuk keluargaku. Papa bersikeras aku kuliah di Alpha dan aku menuruti. Aku tahu aku manusia yang cukup dingin tapi aku tahu pentingnya keluarga," balas Aksa tidak mau kalah.

Air mata sudah turun di mata Ava, yang merasa permintaan Aksa tidak adil baginya. "Tapi ini kesempatan langka. Dan ini kesempatan yang aku tunggu dari saat aku bergabung dengan perusahaan ini pertama kali. Tidak bisakah kau tidak menyuruhku untuk memilih?" pinta Ava.

Terjebak Kata Sahabat [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang