3: keputusan

8.7K 374 2
                                    

siang, selamat membaca!
11:31

sedang larut dengan pikiran tiba - tiba sebuah suara menginterupsi nya.

Syeilla menyiapkan ancang-ancang untuk segera pergi dari tempat ini agar segera menjauh dari Deva.

Syeilla memang lagi freeclass jadjnya ia memutuskan untuk pergi ketaman belakang sekolah sendiri, selain tempat nya yang adem, disini juga begitu cantik dengan bunga-bunga yang terawat. tiba - tiba Deva datang, entalah Syeilla gak tau maksud tujuan orang ini menghampirinya.

mengetahui gerak gerik Syeilla akan pergi, Deva langsung saja menahan tangan Syeilla.

Syeilla tentu saja langsung berontak agar dilepaskan oleh Deva, tapi bukannya terlepas justru cengkeramannya semakin kuat. Syeilla rasa saat ini tangannya sudah memerah.

"lepasin!" tegas Syeilla.

"sebentar, gue mau ngomong." Deva sedikit melonggarkan cengkeramannya.

"gak! gue gamau, gue mau ke kelas. lepasin!" masih tetap dengan pendiriannya Syeilla semakin brutal untuk melepas tangan Deva dipergelangan tangannya.

"janji, gak lama." Deva berusaha nego agar Syeilla mau berbicara dengannya.

air mata Syeilla tidak dapat ditahan, terlalu sakit untuk berlama - lama dengan orang ini.

"mau lo apa si ka? lo udah buat gue kaya gini, please jangan ganggu gue lagi." kini air matanya semakin banyak dan disusul dengan sesenggukan.

"ada yang mau gue bicarain, sebentar aja janji." Deva memegang kedua tangan Syeilla tapi langsung ditepis oleh perempuan itu.

"gak ada yang perlu dibicarain lagi, sekarang biarin gue pergi!" tukas Syeilla.

Deva akhirnya melepaskan tangan Syeilla yang pergi begitu saja, tapi...

"gue disini emang gak berarti apa - apa dimata lo, tapi lo liat gue sebagai ayahnya! dia butuh gue nanti." jelas Deva, dan berhasil membuat Syeilla menghentikan langkahnya.

"sebentar Syei, gak akan lama." mohon Deva sekali lagi.

tadi setelah mencuci muka, Deva berencana untuk ke rooftop dan merokok disana. seperti itu dapat membuat fikirannya tenang. tapi tidak sengaja Deva melihat siluet seseorang yang beberapa hari terakhir ini menggangu fikirannya.

tanpa berfikir lama Deva langsung menghampiri perempuan itu, disini akhirnya Deva dan Syeilla duduk dibangku taman sekolah yang berada dibawah pohon yang rindang.

"cepet, 10 menit," ultimatum Syeilla.

Deva menghela nafasnya berat, "gue minta maaf." ucapnya.

"ya emang lo salah!" tukas Syeilla. Deva mengusap wajahnya kasar.

"iya gue minta maaf, gue selama ini nyari orang pas malam itu sama gue. tapi gue gak tau mau nyari kemana. gue selama ini berusaha nemuin orang itu, tapi kemarin Jeje nyamperin gue dan disitu gue langsung inget malam itu." jelas Deva.

jadi kemarin pas Syeilla diruang tamu melihat kepergian Gio, ternyata untuk nyamperin Deva. Syeilla yakin Gio pasti sudah melakukan sesuatu kepada Deva, karena saat itu Syeilla melihat Gio dipenuhi dengan amarahnya. dan sekarang terbukti dari wajah lebam yang ada diwajah tampan milik Deva dan dibagian ujung bibir yang sedikit robek.

"oke gue maafin, sekarang udah kan? biarin gue pergi dari sini," Syeilla segera bangkit dan hendak pergi tapi lagi - lagi ditahan oleh Deva.

"apalagi?!" tanya Syeilla tanpa mau menatap wajah Deva.

"duduk dulu." mau gak mau Syeilla kembali mendudukkan dirinya lagi.

"gue mau tanggung jawab, gue bakal nikahin lo." tegas Deva.

deg!

Syeilla langsung menggeleng, "gak perlu. yang gue minta cuma satu, biarin gue pergi dan jangan pernah ganggu gue lagi."

"lo gak mikirin dia?" Syeilla menyerngitkan dahinya, maksudnya apa? jelas Syeilla selalu memikirkannya setiap hari, dan tekad Syeilla adalah untuk tetap menjaga dia hingga lahir dan membesarkannya, serta memberikan kebahagiaan penuh untuk nya nanti.

lamunan Syeilla buyar gitu aja. "lo gak bisa Syei besarin dia sendiri," lanjut Deva.

"lo ngeremehin gue ka?!" kini emosi Syeilla semakin tidak terkontrol.

Deva segera menggeleng cepat, "maksud gue, biar pun lo akan ngasih dia kasih sayang lo sepenuhnya itu gak akan cukup! mungkin kalau dia masih kecil itu tidak terlalu menjadi masalah, tapi nanti? kalau dia udah sekolah dan sudah mengenal dunia luar, apa lo gak tega nanti dia di bully atau semacamnya karena gak punya sosok ayah?" jelas Deva agar Syeilla dapat memahami maksudnya.

Syeilla menggeleng cepat, jelas ia tidak mau kalau nanti anaknya itu mendapatkan perlakuan seperti yang Deva bilang.

"biarin gue tanggung jawab ya?" kini tangan Syeilla sudah berada dalam genggaman Deva, tidak ada perlawanan dari perempuan itu. Deva yakin Syeilla pasti tengah menimang apa yang akan ia putuskan nanti.

saat ini Syeilla tengah dilanda dengan kegundahan hati, ia tidak mau jika harus menikah diusia muda, tapi disisi lain pun ia tidak mau jika nanti apa yang diucapkan Deva itu beneran kejadian pada anaknya.

"gimana?" tanya Deva memastikan.

dengan berat hati Syeilla menganggukan kepalanya.

"makasih." kemudian Deva membawa Syeilla kedalam pelukannya.

Syeilla rasa ia harus mengikhlaskan dan menerima semua yang sudah terjadi pada dirinya, ia tidak boleh egois hanya dengan memikirkan dirinya. tapi ia juga harus memikirkan kehidupan anaknya nanti.

"lepas ka! gak usah modus." berkontak Syeilla dalan pelukan Deva.

tanpa merasa bersalah Deva langsung bangkit, "yaudah sampai ketemu nanti." dan langsung melenggang pergi begitu saja meninggalkan Syeilla yang masih sedikit terpaku atas perbuatan Deva.

tbc...

hehe maaf ya cuma dikit, tadinya bingung mau nambahin part ini atau enggak. tapi akhirnya mine mutusin untuk adain part ini. semoga kalian suka ya!

Jasmineflwr
Depok, 15 Maret 2021

DEVARA : pieces of the past Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang