-13- Hutan Pinus

1.3K 81 9
                                    

Seorang pria sedang bersandar di batang pohon besar yang menjulang tinggi ke langit, banyak pepohonan dengan jenis yang sama sedang mengelilinginya disana. Dia memakai jaket biru tua mengkilap berbahan parasut dengan celana olahraga yang menempel dikedua kaki. Pria itu dengan santai melepaskan kacamata hitamnya, mengambil suatu wadah berbentuk dua lingkaran berwarna merah jambu, membuka wadah itu lalu mengambil soflen berwarna hitam dan memakaikannya di kedua pupil mata, menutupi warna mata aslinya.

Dia berkedip dua kali, mungkin beradaptasi dengan soflen yang ia pakai. Dilihatnya langit-langit, asap hitam samar-samar mulai terlihat. Bibir tipisnya tertarik ke sisi kanan dan kiri, menampakkan senyuman tampan di wajah Gabriel.

"Ah, akhirnya moment ini tiba juga," ungkapnya ringan sambil membuang sembarang wadah soflen yang ia pakai tadi.

***
Sang surya tak terlihat, tertutup dengan warna kelabu. Bukan karena tak ingin menampakkan diri, tapi asap dari gedung itu memang sengaja menutupinya, agar sinar tak muncul memberi lambang kebahagiaan kepada insan yang berada dibawahnya.

Belasan pria berpakaian jas biru dengan masker khusus menutupi wajahnya berpencar kedua arah. Mencari pemilik rumah dan gadis yang ditahannya.

"Cepat lari, leave me alone!" Suara wanita samar-samar terdengar ditelinga, membuat mereka segera melangkahkan kakinya dengan cepat ke arah pohon besar.

Langkah mereka terhenti, ketika tidak menemukan siapapun yang ada di balik pohon apel itu. Walau memang masih ada kabut tipis, tapi mereka sudah memastikannya.

Disisi lain, seorang pria dengan nafas terengah-engah sedang bertengger di belakang tembok berwarna coklat. Sekarang ia hanya memakai baju lengan pendek berwarna hitam, dengan celana coklat tua berbahan kain yang melekat dikakinya. Jas berwarna senada kesayangannya harus ia lepaskan untuk menutupi wajah cantik Annie yang terbatuk-batuk sedari tadi.
Pupil berwarna biru langit itu terarah ke wajah Annie, melihat gadis yang sedang meringkuk menutupi wajahnya dengan jas.

"Apakah terasa sakit?" tanya Chris khawatir.

"Tidak, ini sudah lebih baik. Toh seharusnya aku yang bertanya begitu." Gadis itu menggesek-gesekkan hidung dengan telunjuk kanannya.

"Kau membahas punggungku?" tanya lelaki itu sambil berusaha meraih punggungnya yang sekarang masih terasa sangat sakit, lalu memijatnya perlahan. "Ehm- tenanglah ini bukan masalah besar."

Mendengar jawaban itu Annie mendengus pelan. "Aku tau itu menyakitkan, mengapa harus bersusah payah mengendongku."

"Kalau kau tidak berteriak tadi, seharusnya aku tidak perlu mengangkat tubuh beratmu itu!" keluh Chris sambil mengacak-acak rambut hitamnya dengan frustasi, "kau benar-benar menyusahkanku sekarang."

Gadis itu berhenti menggesekkan telunjuk ke hidungnya, mata coklatnya berkaca-kaca, seketika ia membuka menegakkan wajahnya. Kata-kata pria di sebelahnya benar-benar menusuk jauh ke dalam lubuk hatinya, mengapa Chris harus membentaknya dikondisi seperti ini. andai saja lelaki itu bisa memfilter kata-katanya sendiri.

"Jika aku memang menyusahkanmu, tinggalkan saja aku!" teriak gadis itu tak mau kalah, menghiraukan kondisinya sekarang, "apakah sesulit itu untuk men-"

Wajah pria itu seketika sangat dekat. Membuat mata Annie terbelalak, sesuatu menempel di bibir merah mudanya, terasa hangat namun kering, apalagi kalau bukan ciuman dari bibir lelaki itu, Chris. Hanya satu kecupan, setelah itu dia mengambil pistol di kantung celana dan mulai fokus menembakkan peluru timah panas ke arah gerombolan pria yang baru saja melihat ke arahnya.

"Lihatlah kesalahanmu sekarang," ungkap Chris sambil menatap gadis itu dengan mata elangnya.

Dan sekarang pria itu berlari sambil menggendong Annie ke dalam hutan pinus, peluru pistol Chris telah mencapai batasnya, walaupun memang 5 pria berbaju biru itu sudah tergeletak tak berdaya di tanah, tetap saja para kawanannya yang lain pasti datang karena telah mendengar suara letusan peluru dari pria itu. Chris tidak bodoh, tidak mungkin dia melawan semua bawahan Steven dengan tangan kosong, walaupun dia jago bela diri tetap saja itu hal yang mustahil.

Your Eyes [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang