Suara bising kendaraan terdengar jelas di telinga Annie, matanya yang sempat terpejam kini ia buka lebar-lebar. Suhu kendaraan yang dia tumpangi saat ini berubah cukup drastis, rasanya lebih sedikit panas dari sebelumnya.
Gadis itu menaruh sikunya di dekat jendela bus, kemudian menempelkan pipi tirus di telapak tangan. Dia menghela nafas panjang, tidak habis pikir mengapa dirinya bisa naik bus seorang diri tanpa ada seseorang di sisinya. Bagaimana bisa wanita tua itu membiarkan Annie sendirian di bus, padahal sudah jelas Marry tau gadis itu tunanetra. Inilah yang membuat Annie khawatir, pasti ada suatu kejadian yang tidak mengenakan. Ditambah lagi dengan lelaki sialan satu itu, siapa lagi kalau bukan Chris. Pria itu terlalu banyak gaya, bagaimana bisa dia bertarung dengan punggung yang katanya sakit. Annie berpikir pasti lelaki itu sedang melawan musuhnya sambil terencok-encok seperti lansia sekarang.
Bagaimana kalau mereka mati? pikirnya.
Ia menggeleng-gelengkan kepala dengan cepat, berusaha menghilangkan pikiran buruk dari kepalanya. Annie meyakinkan dirinya bahwa sesuatu yang buruk itu tak akan terjadi di dunia nyata.
Bus yang ditumpanginya berhenti di salah satu halte, supir mengatakan kepada gadis itu bahwa mereka telah sampai di Los Angeles. Annie segera berdiri, menekan tombol yang berbentuk seperti bolpain, membuat benda itu memanjang seperti tongkat. Ia berjalan perlahan, memastikan sesuatu tak membuatnya terjatuh. Tak ada orang di dalam bus merah itu, sehingga Annie harus belajar mandiri, menuruni bus dengan seorang diri.
Dia berhasil menuruni tangga bus, lalu hanya dapat berdiri di depan halte sambil mendengar suara kerumunan orang, kendaraan roda dua maupun roda empat yang berlalu-lalang. Gadis itu sedang bingung sendiri harus pergi kemana, dia tak menyangka dirinya diturunkan di depan halte bus, Annie pikir ini bus sewaan yang akan mengantarkannya langsung ke tempat aman yang Marry maksud.
"Nona Annie?" tanya pria paruh baya dengan tubuh cungkring berpakaian lusuh.
"Hmm... ya?" jawab Annie dengan nada bingung.
"Nama saya Sowo, saya diminta nyonya Wiltson untuk mengantarkan nona ke mansion," ucap pak Sowo dengan lembut. Wajah pria itu terlihat seperti penduduk asia tenggara dengan kulit kuning kecoklatannya.
"Nyonya Wiltson?" Gadis itu bertanya-tanya, bagian ujung alisnya naik membuat kedua alis itu bertautan. "Siapa dia?"
"Nyonya Wiltson itu bibi tuan Chris, non," jawab Sowo sambil tersenyum sopan.
Annie hanya meng-ohkan sambil menganggukkan kepalanya setelah mendengar jawaban pria paruh baya itu, sedangkan Sowo meminta izin untuk menyentuh telapak tangan gadis itu, untuk memeganginya masuk ke dalam mobil.
Sowo membawa gadis itu ke dalam mobil sedan tua berwarna abu-abu pucat, membawanya pergi jauh dari halte bus. Sekitar 30 menit berlalu, akhirnya mereka sampai ke tempat yang dimaksud. Gerbang putih gading dibukakan oleh penjaga dengan pakaian berwarna senada, dua penjaga itu langsung membungkukkan badannya ketika mobil itu melewati pagar pembatas.
Bangunan tua namun terlihat sangat kokoh berdiri di hadapannya. Didominasi dengan warna merah tua, putih dan hitam, terdapat banyak lorong yang mengitari mansion itu, ditambah dengan tanaman menjalar di setiap atap lorongnya. Bangunan utama memiliki bentuk atap yang membulat berwarna putih, sangat unik, terdapat banyak sekali jendela dengan berbagai ukuran nan bentuk di sana, benar-benar terkesan seperti bangunan mewah western di zaman dahulu.
Sowo memilih berhenti tepat di depan bangunan utama, banyak maid yang telah menunggu disana. Mereka tidak berpakaian hitam putih seperti maid pada umumnya, tetapi berpakaian hitam maroon dengan bagian lengan mengembang dan bagian rok yang langsung lurus hingga ke lutut, dan tak lupa menggunakan sepatu warna senada dengan pita palsu kuning di atasnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Your Eyes [SLOW UPDATE]
Storie d'amoreSebuah insiden mengerikan di rumahnya membuat seorang gadis berusia 17 tahun mengalami kebutaan. Tak tanggung-tanggung, dia juga dipaksa tinggal bersama lelaki dewasa egois, kejam, dan tak berperikemanusiaan. Christopher Joe Douglas, lelaki yang ta...