-11- Cerita Chris

2K 106 16
                                    

Chris keluar ruangan dan menutup pintu dengan kasar, menciptakan bunyi kencang yang terdengar sampai ke ruangan sebelah. Ia sungguh kesal karena dokter Eva telah mengatakan hal-hal yang diluar nalar manusia pada umumnya. Bagaimana bisa seorang dokter rumah sakit menuduh suami pasien telah membunuh istrinya sendiri tanpa alasan yang jelas, walaupun dia benar-benar bukan suaminya tetap saja rasa marah dalam tubuhnya telah dibuat meluap-meluap oleh dokter itu.

"loh anda mau istrinya meninggal atau seperti apa?" Seketika Eva menggembrak meja yang ada di depannya lalu berdiri. "Jangan-jangan memang bapak yang telah berusaha melakukan percobaan pembunuhan terhadap istri anda? Saya tak habis pikir!"

Laki-laki di hadapannya mendesis pelan menahan emosi yang meluap-luap, ujung telinganya mulai memerah begitu juga dengan area sekitar wajahnya, secara reflek Chris benar-benar menggebrak meja di hadapannya hingga ambruk berantakan, kayu-kayu yang menompang meja itu hancur seketika, buku-buku diatas meja pun menjadi berserakan. Dokter itu syok dan hanya bisa mundur perlahan sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

"Kau pikir apa alasanku membawanya kesini? Karena aku ingin menyelamatkan nyawanya dan sekarang kau bilang aku ingin membunuhnya!?" ucap pria itu sambil menunjukkan tangannya ke arah wanita yang ada di depannya.

Kedua ujung bibir dokter Eva seketika turun kebawah, mata perempuan itu sudah berkaca-kaca, satu kali berkedip saja mungkin sudah jatuh air mata yang ditahannya. Wanita itu tiba-tiba bersujud sambil meminta maaf atas kesalahan kata-katanya.

Chris menggeleng-gelengkan kepalanya, berusaha untuk tidak memutarkan kejadian bodoh tadi seperti video di kepalanya. Bukan tanpa alasan lelaki itu mengatakan tentang 'peluru timah panas' di depan dokter itu, dia hanya tidak percaya jika Gabriel benar-benar hanya menembakkan peluru karet ke dalam tubuh Annie. Lelaki berkulit coklat itu bukan tipe manusia yang suka bermain-main dengan nyawa manusia, dia lebih suka membunuh manusia sampai orang itu benar-benar telah mati dibandingkan harus menunggunya mati perlahan. Gabriel juga penembak yang sangat jitu, tembakannya tak pernah meleset 1 senti pun saat usianya baru menginjak 13 tahun.

Entahlah apa yang telah pria itu pikirkan. Yang jelas Chris bersyukur Annie masih hidup hingga sekarang, walaupun alasan ia bersyukur belum terlalu jelas. Sekarang laki-laki itu masuk ke dalam lift dan menekan tombol angka 4, Annie telah di pindahkan ke ruang VVIP yang telah Chris pesan untuknya setelah selesai operasi.

Lift telah berhenti dan Chris segera masuk ke dalam kamar nomor 13, kamar dimana gadis itu berada. Ia melihat Annie yang sedang terbaring lemah di ranjang rumah sakit dengan wajah yang masih pucat pasi, selang infus pun menempel dengan lekat di salah satu tangannya. Chris memilih duduk dikursi yang ada di sebelah ranjang, menatap gadis itu dengan tatapan miris. Lalu mengelus-elus rambut coklat tebal gadis itu, lalu berkata, "cepatlah bangun wanita sialan, kau menyusahkanku."

Lima hari berlalu, Annie belum membuka matanya juga. Gadis itu seperti terlalu nyaman dalam tidur panjangnya, setiap beberapa kali sehari para suster selalu memasukkan selang kedalam hidungnya, untuk memberikan asupan cairan nutrisi dan gizi ke dalam dirinya. 5 hari pula isi otak Chris hanya dipenuhi dengan ke khawatirannya dengan kondisi Annie, hampir setiap jam ia menelepon Marry untuk memintanya mengabarkan kondisi Annie.

Lelaki itu sekarang berada di San diego yang jaraknya sejauh 504,5 mi dari mansionnya yang berada di Sacramento, California. Ia kesana karena urusan bisnis yang mengikatnya dengan client sehingga harus meninggalkan Annie yang berada di rumah sakit. Dia membuat perusahaan dibidang pembangunan, dan saat ini ia dan clientnya sedang mendiskusikan pembuatan mall dan kasino terbesar di Los Angeles, California.

Chris nampak tak fokus dengan materi presentasi yang dijelaskan oleh sekertarisnya , tatapannya hanya menetap di salah satu kaca lebar yang memperlihatkan pemandangan indah kota Los Angeles. Berkali-kali lelaki itu membuang napas panjang, seperti telah jenuh dengan semua ini dan tidak sabar untuk kembali ke tempat tinggalnya.

Your Eyes [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang