Saga PovSetelah insiden menangis bombaynya Ningrum sampai mata jadi sipit dan hidung kemerahan, gue memilih memesan makanan.
Gue menatap Ningrum yang hanya diam menatap televisi. Bisa-bisanya punya istri yang cengeng. Sekali nangis mata jadi sipit kayak orang cina.
"Kenapa sih mas lihatin Nining kayak gitu? Naksir?"
Gue menelan ludah kasar, apa pemirsa suka sama kepala batu, hati plastisin ini? Gak salah tempatkan.
"PD akut kamu Ning. Orang kayak kamu yang keras kayak batu kok cengeng."
Gue menahan senyum melihat Ningrum menatap sinis kayak mau bunuh gue.
"Jangan lupa ya mas gagak aku itu juga perempuan."
Nah, kumatkan kejudesan Ningrum. Paket lengkap, bawel, judes, pendebat dan cengeng pake banget juga.
"Yah sudah saya coba."
Akhirnya bantal melayang juga di muka gue yang tampan, hanya Ningrum perempuan selain keluarga gue yang melempari seperti ini.
"Ningrum kamu gak sopan sama saya!"
Gue gak terima, gue cowok gak boleh digituin. Dasar istri durhaka masuk neraka."Sampean gak ngaca. Mirror mas mirror."
Gue tertawa melihat Ningrum, gayanya sok inggris.
"Sok inggris kamu Ning. Belajar dari mana kamu?"
Entah kenapa gue kalau ngomong sama Ningrum bawaanya kemana-mana jadi yang awalnya masalah lain, melebar kemana-mana.
"Kepo banget sama hidupku mas. Jangan pikir orang kampung jadi bodoh ya. Ya, walau cuma beberapa kalimat tapi pernah belajar kok."
Gue mengangguk paham.
"sampeyan itu ya mas. Jangan terlalu sombong mentang-mentang dokter. Mati juga jadi tulang mas."
"Heh Ningrum. Siapa kamu sampe bilang saya sombong? Enak saja cap saya sembarangan."
Gue berdiri sambil meletakkan dua tangan di pinggang. Enak saja perempuan ini, baru nikah beberapa hari serasa ngenal aku luar dalam.
"Loh emang mas Gagak selalu nyombongin diri sama Ningrum. Ningrum kamu itu dari gua mana sih? Pakai reskuker aja nggak tahu, jangan terlalu udik lah Ning. Baju saya ini mahal, kamu gak bisa beli-"
"STOPPP."
Gue berteriak kencang. Ningrum sialan senang buat gue teriak lagi. Kalau tetangga dengar pasti mikirnya gini, dengar tuh pasutri di sebelah, suaminya teriak mulu,kayaknya sedikit lagi tinggal nisan.Gue menatap kesal Ningrum.
"Itu karena kamu sering mendebat saya Ningrum."
"Enak aja. Mas tuh yang marah-marah mulu. Kok nyalahin Ningrum?"
Gue membuang napas kasar.
"Siapin baju kamu besok pagi kita ke rumah mama. Mulai besok kita tinggal di sana. "Gue meninggalkan Ningrum begitu saja. Sebenarnya dari siang mama neror gue dengan telepon, sms, WA, Telegram, Instagram, dan sebagainya. Mama gue emang gaul banget ya cara ngingatin anaknya seperti itu. Gue sampai kesal bacanya. Semua pesan sama. "Jangan lupa besok pindah ke rumah ya. Jangan di apartemen terus. Mama mau ngajarin istri kamu masak."
Belum tahu aja mama kalau Ningrum masaknya sama kayak masakkan mama.
Sebenarnya cuman gue aja yang panggil mama. Yang lain bunda. Ya, alasannya gue mau beda aja gitu."NINGRUM KENAPA LAMA SEKALI?"
Gue kesal waktu gue yang berharga habis sia-sia menunggu perempuan kampung ini."Sabar to mas. Ningrum masih ngecek siapa tahu kelupaan. Emangnya mas Saga mau balik lagi?"
"Ogah banget." Sembur gue makin kesal.
Dengan malas-malasan gue berjalan menuju mobil.
*
Ningrum PovAku menatap sebal mas Gagak, kelihatan tampan dan menyebalkan diwaktu bersamaan. Kalau nggak mau datang lagi, yah nungguin, cuma berapa menit teriak kayak di hutan. Sebenarnya yang manusia primitif itu aku atau dia sih. Perasaan yang sering teriak-teriak kayak orang hutan itu dia.
"Udah habis melamunnya, hah?"
Aku terkaget mendengar suara tajam itu.
"Kamu ya, Ningrum. Jalan aja pakai melamun. Gak tahu apa kamu itu menghambat kerja saya. Saya itu sehabis ngantar kamu harus ke rumah sakit. Kamu itu emang pembawa sial."
Aku merasah bersalah juga merasa kesal bersamaan. Aku membuang nafas kasar.
"Maaf mas."
"Pakai sabuk pengamannya."
Aku menarik sabuk pengaman itu. Aku mengerutkan dahiku bingung.
"Ini gimana pakainya ya mas?"
Aku tersenyum tidak enak melihat muka mas saga yang asam.
**
Saga Pov"Cari aja di youtub. Kamu tuh gak pernah nonton youtub apa hah?"
Ningrum tersenyum masam, gue menatap hand phone nokia yang diikatnya dengan karet dengan tombol yang hampir hilang separuh. Astaga itu handphone tahun barapa yak. Bukan ngehina, tapi sudah rusak begitu, seharusnya diganti.
"Aku tuh udah cari yang mas bilang youtub itu loh mas, tapi iki nggak ada, aku kudu pie to mas?"
Gue menatap tak percaya Ningrum dan hp-nya. Ya jelas nggak adalah, orang handphonenya aja nokia senter zaman dulu.
Emang ndeso banget, gimana ada aplikasi youtub. Astaga kalau sodara-sodaranya tahu handphone istrinya yang sudah tidak layak lagi digunakan dengan tombol yang hampir hilang dan diikat dengan karet pasti ngomong kayak gini."Ya ampun Saga, tajir-tajir, ngebeliin istri handphone aja nggak mampu."
Emang kuat hp Ningrum, udah kayak gitu aja masih bisa dipakai. Kuat kayak orangnya yang keras kepala."Mas, ini gimana pasangnya?"
Gue tersadar dari lamunan.
Dengan ogah-ogahan gue memasang sabuk pengaman untuk Ningrum."Udah paham kan Ning? Ini terakhir saya ajarin kamu pakai sabuk pengaman."
"Simpel aja nggak bisa, manusia apa bukan?" Cibir gue pelan.
Sumpah baru berapa hari hidup sama Ningrum bikin gue stres, gak lucukan seorang dokter tiba-tiba kena diagnosa gila. Gimana pasien gue nanti.
¶
"Waduh, menantu cantiknya mama udah datang."
Gue malas aja lihatnya. Mama mah gitu, akrab dan sayang banget sama menantu-menantunya. Lihat saja sekarang saling peluk kayak nggak ketemu setaon.
"Cantik dilihat dari ujung sedotan kali yak?" Cibir gue pelan.
Tapi ya gitu walau gue bisik pelan banget juga mama gue itu telinganya tajam bener kayak kelelawar."Hus, mulut kamu itu mau mama jahit."
Gue menutup mulut ngeri. Mama gue kalau soal jahit menjahit pakai tangan jangan diragukan lagi, turunan oma gue yang hebat banget kalau jahit pakai tangan.
"Ayuk, Neng gelis kita masuk mama udah nyiapin makanan enak buat kalian."
Gue mengikuti kedua wanita yang terlihat sangat akrab padahal baru beberapa hari ia menikahi Ningrum.
"Saga gak kasarkan sama kamu?"
Gue menahan napas, Ningrum nih kadang eror mulutnya.
"Kasar nggak ma, tapi mulutnya itu loh ma, suka nyakitin Ningrum."
Auto nggak bisa bernapas lagi. Ningrum sialan, udah gue bilangin mulutnya yang eror. Lihat saja mama udah masang wajah judes ke arah gue. Sedangka Ningrum meleletkan lidahnya mengejek. Awas ya lo, gue melotot kesal.
"Mata kamu mau mama colok pakai kabel hah? Bener-bener bandel kamu. Awas ya kamu kasarin Ningrum dengan mulut kamu, mama sumbangin kamu ke jalanan."
Gue melotot ngeri. Tega bener mau jadiin anaknya gembel. Nggak lucukan ada pasien gue yang lihat gue jadi pengemis. Bisa-bisa muncul judul film. "Dokter gantengku, sekarang jadi gembel."
"Ya elah ma, jahat banget sama anak sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Ndeso Sang Dokter [End]
Romance"Mas Gagak, nyalain kompornya gimana toh iki?" "Mas Gagak, opo toh iki?" Saga menatap jengah perempuan muda tapi o'on ini. Punya istri ndeso kayak gini. Ini kisah tentang dua manusia beda umur, dengan segala perbedaan. Dari perbedaan ini lah kisah m...