Thankyou yang udah kasih support, buat yang udah kritik penulisan yang salah😘
Salam kenal dari author😘😘Warning 18+ (BIJAK YAH DALAM MEMBACA😶)
Aku ditarik mas Saga ke dalam rumah. Pikiranku kosong. Enatah apa yang terjadi kali ini, aku masih bingung.
Kami melewati banyak pasang mata. Walau begitu mas Saga bahkan tak bersuara cengkramannya makin kuat.
Pintu dikunci dengan cepat.
Aku dan mas Saga saling pandang. Raut wajahnya memerah, matanya lebih tajam menatapku. Dia benar-benar marah, tapi kenapa.
Padahal aku yang seharusnya marah."Jangan berhubungan dengan pria itu lagi."
Aku mengerutkan dahiku, pria yang mana.
"Mas Hiro?"
"Ya, saya tidak ulangi dua kali."
Aku tersenyum sinis. "Nggak usah ikut campur urusan Nining."
Aku melihat wajahnya makin nengeras. Aku emang sadar kalau sebagai istri sikap ku keterlaluan, tapi moto hidupku, kalau terlu lemah orang akan menganggapmu dengan sebelah mata, tunjukkan kalau kamu juga sederajat walau berbeda status sosial.
"Jangan uji kesabaran saya."
"Mau mas itu apa hah?" Aku menatapnya tajam.
Aku ingin pergi dari hidupnya segera mungkin.
"Ningrum bakal ikut maunya mas kita bakal cerai, mana surat cerai yang mas tunjukkin di awal pernikahan."
"Lalu kamu akan bersama Hiro itu?"
"Tentu sajah, dia laki-laki yang ba-"
Ehhmmmmmpp.
Aku mencoba memukul dada mas Saga kuat. Tapi sekuat apapun tenaga pria lebih kuat dari wanita.
Aku hampir kehabisan nafas. Sumpah dia begitu handal, bahkan ini lebih dari drama-drama yang ku tonton.Tangan nakal mas Saga mulai bergerak hingga pahaku.
Ya ampun apa yang terjadi, kakiku bahkan hampir sajah goyah, tapi dengan sigap mas Saga menggendongku dan dibaringkan tubuhku.Mas Saga kembali menciumku dengan penuh gairah.
Hingga aku tersentak sesuatu masuk dibawah tubuhku. Dan masih ku dengar kalimat yang dikeluarkan pria ini."Kau milikku."
*
Aku membuka mataku perlahan. Aku menguap dengan lebarnya. Entah kenapa badanku sakit semua. Sekilas memori semalam terlintas begitu sajah.Aku berteriak histeris dan melihat keadaanku. Astaga tubuhku hany dibalut selimut. Aku menoleh ke sebelah ranjang, kosong.
Aku memijat kepalaku pusing. Aku belum siap bertemu dengannya.
Aku turun dengan perlahan, mataku mengamati jangan sampai melihat dia.
"Loh Non."
Aku hampir terjungkal dibawah tangga.
"Ih, mbok Atih kagetin."
Aku mengusap dadahku perlahan. Mbok Atih lagi bersih-bersih rumah.
"Duh, maafin mbok, soalnya non tingkahnya aneh."
"Mas Saganya kemana mbok?"
"Udah berangkat dari tadi, katanyanada operasi pagi non."
Aku membuang nafas pelan.
"Makasih mbok."
Aku merasa legah, pokoknya nggak mau ketemu mas Saga dulu. Duh apa yang terjadi semalam, membuat pipihku memanas.
*
Gue masih mengingat kejadian semalam. Astaga gue benar-benar udah gila, mulut dan hati nggak sinkron. Gue niduri Ningrum lagi. Sumpah, walau tubuhnya nggak putih mulus, tapi gue benar-benar terlena. Gue memukul kepala gue, astaga apa yang gue pikirin. Otak gue makin kotor, shit ini semua karena Ningrum.Gue kayak pecundang yang kabur setelah tidurin cewek. Berbagai sapaan dari perawat nggak gue bales. Gue masih hanyut dalam pikiran gue.
"Selamat pagi dok."
Gue menatap para coass yang menatap gue memuja. Hari ini hari pertama mereka magang.
Gue mengangguk sajah.Gue mencuci tangan hingga bersih. Operasi kali ini berjalan baik, walau pikiran gue masih kacau, gue harus profesional. Ini menyangkut nyawa seseorang.
¶
"Sumpah, ganteng banget."
"Gila, calon iman."
"Duh, ganteng tapi dingin banget."
"Datar, tapi bikin meleleh hati tahu nggak sih."
Gue masih dengar bisik-bisik memuja mereka.
Gue menatap datar, tapi wajah gue melembut saat melihat wanita cantik di ujung koridor sana melabai tanganya tersenyum manis sambil mengangkat rantang makanan.
Sudah waktunya makan siang, kebetulan sekali.
"Aku bawaiin makan siang."
"Ren, kamu harus banyak istirahat, nggak boleh sering kecapean."
Renata tersenyum manis, manis sekali kayak Ningrum. Ningrum, kenapa gue memikirkan dia lagi.
"Ya udah ke ruangan aku."
*
Aku menatap rumah sakit besar ini. Serius aku pengen sembunyi dari mas Saga, tapi dengar Rani sakit dan masuk rumah sakit ini, mau nggak mau aku harus datang. Karena Rani cuma kenal aku di sini. Besar banget rumah sakit ini. Aku cuma tahu namanya ajah tapi nggak pernah nyangka akan sebesar ini. Di desaku hanya ada puskesmas, itupun masih kurang peralatan medisnya. Kadang sakit serius harus rujuk ke kota terdekat yang rumah sakitnya memadai.Aku menenteng buah-buahan sebagai buah tangan.
"Gila gue kira dokter Saga masih sendiri."
"Huh, patah hatikan kita. Mana istrinya cantik banget."
"Huum, istrinya juga hamil."
Aku menghentikan kakiku. Dirumah sakit ini yang namanya mas Saga hanya suamikukan.
Istri yang hamil, aku juga hamil. Tapi para dokter muda cantik ini tahu dari mana."Padahal gue pengen ngajak dokter Saga makan. Eh, malah istrinya udah datang."
Jantungku berdebar kencang. Apa wanita itu Renata. Pria sialan, tadi malam naena sama aku. Aku berjalan meninggal mereka yang masih bergosip. Setelah bertanya pada perawat kamar inap Rani. Sungguh aku kesal, pria itu benar-benar keterlaluan. Dia pikir aku wanita apaan.**
"Ran sakit apa sih?"
Rani wajahnya pucat pasi.
"Kata dokter aku kecapean. Salah aku juga kurang istirahat. Selain itu aku usus buntu Ning, harus dioperasi."
Aku menatap sedih sahabatku ini. Sejak orangtuanya bangkrut, ia harus bekerja banting tulang, antara kuliah dan kerja.
Kami"Leher kamu kenapa Ning?"
Aku memegang leherku, keningku berkerut, menatap Rani seakan mengatakan kenapa.
Rani menyipit matanya menatapku curigah."Kamu dan suami kamu, naena?"
Aku terlonjak berdiri. Mataku akan melompat keluar sekarang juga.
"GILA KAMU RAN, KOK TAHU?"
Aku melihat Rani terkekeh, wajahku memerah. Itukan rahasia kenapa Rani bisa tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Ndeso Sang Dokter [End]
Romance"Mas Gagak, nyalain kompornya gimana toh iki?" "Mas Gagak, opo toh iki?" Saga menatap jengah perempuan muda tapi o'on ini. Punya istri ndeso kayak gini. Ini kisah tentang dua manusia beda umur, dengan segala perbedaan. Dari perbedaan ini lah kisah m...