4

14.6K 1.1K 37
                                    

Ningrum PoV

Sungguh aku kesal dengan hinaan dari mulut mas Saga. Dia pikir aku ini bukan manusia apa. Mulutnya itu loh lemes banget, kayak tetangga-tetangga yang sering ngumpul di bawah mangga buat gosip.
Bodo amat aku dikatain kurang ajar, emang dia kira aku itu mau-mau aja dihina kayak gitu.
Emang ya aku datang ke sini emang pengen kerja, tapi gara-gara kelakuan buruk pria tua mesum itu, aku jadi terjebak menjadi istrinya.

Aku membilas baju mas Saga yang baruku cuci.
"Seandainya kamu itu baju ini mas, sudah aku kucek sampeyan sampai hancur."

"Sampeyan itu laki ko mulutnya kayak panci bocor. Situ nggak pernah diajarin tata krama buat hargain orang lain apa hah?"
Aku memukul kaos hitam mas Saga dengan kesal.

"Heh, kalau baju saya rusak, situ bisa ganti? Tinggal aja di rumah saya. Makan aja uang dari saya."

Aku mengeram kesal, pria sialan ini ingin aku cakar-cakar wajahnya yang tampan tapi menyebalkan itu.

"Yah, itu kewajiban sampeyan ya. Katanya sampeyan kaya, ya sudah tinggal beli baru."

Aku pengen bantingin ember berisi baju-bajunya yang banyak ini.
Lagian dia pikir bagus apa merendahkan orang lain. Dia gak tahu aja walau aku miskin tapi aku gak suka direndahin orang lain. Apa lagi mulut lemes kayak dia, pengen aku bejek-bejek sampai gak bisa ngomong lagi.

"Heh, cewek kampung. Lo belum tentu bisa beli baju gue, baju gue itu merk asli gak Kw, Kw kayak muka lo yang KW."
Aku mendelik sebal punya suami ko mulut sambel bangat.

"Lagian kamu. Ngapain nyuci gak pakai mesin cuci hah? Pasti ide kamu kan mau rusakkin baju saya?"

Aku mendelik sebal, ngapain rusakkin baju dia?

"Nggak ada kerjaan saya rusakin baju sampeyan, dengar ya mas, pasang telinganya yang bener, aku itu lupa cara makai mesin cuci. Paham."

Aku sudah kesel banget sama mas Gagak, dia kira aku niat mau rusakkin baju-bajunya apa, gak ada kerjaan banget. Aku nyesal kenapa gak ada tikus di apartemen ini, biar aku masukkin ke lemarinya orang tua ini, biar abis dimakan tikus.

*
Saga PoV

Udah gue dugah, nih manusia purba jenis baru pasti gak bakal ngerti.

"Selain wajah yang pas-pasan, otak kamu juga pas-pasan. Dosa apa saya sampe Tuhan ngasih istri kayak kamu?"

Gue menggeleng kepala pelan, sambil bersandar di tembok kamar mandi dan lanjut meminum air aqua yang gue ambil di kulkas.

"Mungkin saja mas gagak itu penjahat kelamin."

Pruuuuuuus.

Gue menatap Ningrum yang malah mengomel karena kena muntahan air dari mulut gue.

"Katanya dokter, tapi minum aja gak bener. Pasti dokter sogokan."

Sial perempuan ini kenapa suka sekali membalas omongan gue.

Gue menarik ningrum kasar. Gue abisin nih cewek udik.

"Loh mas gagak mau ngapain Ningrum."

Gue tersenyum iblis. Berani nantangin gue, sekarang rasain. Gue bisa lihat Ningrum mulai ketakutan.
Gue semakin mendekati Ningrum. Posisinya emang gak bagus.

Gue terpaku menatap wajah Ningrum.
Mata hitam dengan alis hitam tebal, hidung mancung kecil, dan bibir tipis merah alami. Astaga gue menelan ludah kasar. Kenapa Ningrum begitu menggodah. Bukannya menakuti, tapi gue yang tergoda. Nyium istri gak dosakan.

"AAAAAAOOOWWWW."

Gue terjatuh dan memegang benda pusaka masa depan gue. Penghasil bibit unggulnya gue. Ningrum sialan tau aja kelemahan cowok kalau nendang di anunya, mana tahan sakit.

"Jangan sentuh aku mas. Aku gak sudi disentuh suami yang gak anggap aku ada."

Gue hanya menatap kesal Ningrum yang menaikkan lengan bajunya.

"Asal mas Gagak tahu ya. Ningrum ini bisa silat kampung. Macam-macam sama Ningrum, Ningrum jamin, mas gagak gak bakalan bercocok tanam lagi."

*
Ningrum poV

"NINGRUUUUUUUMM SIALAN. AWAS KAMU NANTI."

Aku menggigit bawah bibirku. Astaga mas Saga gak bakal matikan. Aduh, bukannya mau jadi istri durhaka. Tapi aku tahu pasti mas Saga mau main-main sama aku. Aku masih trauma, dasar penjahat kelamin.

Seharusnya tadi ku patahkan saja otongnya. Biar gak jadi penjahat kelamin lagi.

*
Setelah insiden anu gue ditendang, gue masih diam-diaman sama Ningrum. Enak aja dia buka jurus silat sama anu gue. Mana masih ngilu lagi. Dia gak tahu apa,  kalau berharga. Sialan, nih cewek.
Gue menatap Ningrum yang sedang masak. Lincah juga walau cuma orang desa.
Gue menatap tubuh Ningrum, bisa aja gak seseksi perempuan-perempuan yang pernah gue pacari. Tapi kenapa sifatnya tidak asing. Mirip perempuan yang pernah singgah di hati gue, Natrium. Tapi sekarang Natrium milik sepupu gue Khlor. Ckck, mereka memang jodoh walau badai banyak menerpa.

"Mas gagak ayo makan."
Gue tersadar dari lamunan, menatap seluruh meja makan. Ternyata sedari tadi gue melamun sehingga tidak melihat Ningrum telah menata makanan yang ia buat.

Lauknya, Ayam goreng, ayam yang dikunyitin, ada balado telur, sayur brokoli, sambel yang entah kenapa buat air liur gue menetes.
Kenapa semua masakkannya mirip sang mama.
Gue cepat-cepat mencomot ayam goreng, ayam kunyit dan sambel.
Astaga enak banget.

"Enak yah mas?"
Gue tersadar menatap Ningrum ogah-ogahan. Perusak suasana.

"Gak biasa aja. Lebih enak masakkan mantan-mantan saya."

*
Ningrum pov

"Ya oes, gak usah makan. Minta mantan-mantannya situ yang masak aja."

Aku menarik piring yang mas Saga makan. Tapi dengan cepat ditarik kembali.

"Apartemen ini punya saya berarti segala isinya punya saya, berarti sendok gelas, dan piring serta makanan ini milik saya."

Aku mencibir kesal.
"Mas Gagak gak pernah dengar kata Punya suami adalah punya istri juga?"

"Berarti apartemen dan isinya juga punya istri. Paham mas."

Aku tersenyum kemenangan. Rasanya baru saja menumbang lawan.
Aku melangkah meninggalkan meja makan.

"NINGRUUUUM KAMU KURANG AJAR SAMA SAYA."

"SAMPEYAN GAK NGACA. SAMPEAN YANG KURANG AJAR KARENA MAU PERKOSA SAYA."

Istri Ndeso Sang Dokter [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang