Walau sering bikin kesal, tapi tatapannya itu loh. Datar tapi ngangenin🤣😂😘😘
Aku memegang pipiku yang memanas.
Senyum dibibirku bahkan tak juga luntur. Perempuan emang gitu ya, marahnya cuman sebentar tapi kalau sudah dibumbui kecap manis, segala kepahitan yang diberi pria terasa sirna semua. Ada yang sama sepertiku. Jujur mungkin ini yang dinamakan jatuh cinta. Nggak masalahkan jatuh cinta sama suami sendiri. Pipihku masih memanas, entah kenapa aku bisa jatuh pada pesona pria itu. Padahal sifatnya begitu cuek, bahkan terkesan dingin dan datar, tapi kenapa bisa jatuh hati padanya? Ini yang orang bilang cinta datang tampa alasan.
Aku bahkan menggigit selimut saking salah tingkahnya.Bagaimana tidak, mas Saga menggendongku sampai ke kamar. Tentu sajah melewati orang rumah dan juga Renata di ruang tamu.
Aku disuruh istirahat dilarang bergerak, katanya aku kecapean bisa bahaya dengan kandunganku. Maniskan. Jangan salahkan hatiku yang melele kayak coklat cair.*
Karena malas tidur terus aku memilih turun. Aku butuh asupan cerita dari mbak Azalea.
Kebetulan banget aku lihat mbak Azalea lagi asik memberi makan dua anak kembarnya."Hello kasep-kasep."
Dua bocah kembar itu terlihat bahagia. Mereka berdua kompak mengangkat tangan dan tersenyum lebar mengeluarkan gusi yang belum ditumbuhi gigi.
"Ayo sapa mami Ningrum, makin bening ajakan mami kalian?"
Aku terkekeh melihat Azalea memberi kedipan padaku.
Pantas saja mas Lavin adiknya mas Saga kembarannya mas Konan, yang tampan banget itu klepek-klpek wong istrinya model gini. Udah cantik, mirip uni-uni korea, gaya pakaiannya aja kayak orang korea, cantiknya mangling. Aku aja bahkan diajarin dandan, cara bicara sampai pakaian oleh mbak Azalea. Orang kota emang beda ya.
Kadang aku iri sama mbak Azalea, mas Lavin sangat posesif padanya. Cemburu banget kalau ada cowok yang lirik, duh aku kapan kayak gitu?"Rumah kok sepi mbak?"
"Iya ayah sama bunda keluar kota. Mas Konan ada pekerjaan mendadak ke Singapura. Mbak Leandra sama Azalea liburan ke kampung bunda. Suami aku belum pulang. "
Aku mengerutkan kening, mendadak banget kepergian mereka."Kalau sih Renata?" Tanyaku penasaran. Aku berharap banget dia pergi segera mungkin.
"Tadi dia pusing, mual-mual lagi diperiksa suami kamu."
Aku melototkan mataku, suami aku periksa Renata."Mau kemana Ning?" Teriak mbak Azalea saat melihat aku pergi menjauh darinya.
"Jengukin mbak Renata." Jawabku cepat. Sebenarnya cuma alasanku saja.
Aku nggak pengen suami aku berduan sama Renata.Aku mengetuk pintu dan membuka pelan.
Kedua orang beda jenis itu menatapku.
Mas Saga menatapku datar, sedangkan mbak Renata wajahnya pucat. Benar dia sakit.
Aku mendekat ke arah mereka."Ada apa?"
Aku menatap mas Saga dan Renata bergantian, apa aku menganggu mereka. Rasanya seperti berada ditengah orang pacaran."Ehm, katanya mbak Renata sakit, aku cuman mau jenguk aja."
"Perhatikan ajah diri kamu, jangan orang lain." Ketus mas Saga.
Mataku berkedip, apa aku baru saja dibentak mas Saga. Kenapa dia kasar sekali.
"Jangan gitu Ga, Ningrum niatnya baik."
"Kamu nggak usah belain dia. Istirahat aja."
Rasannya hatiku begitu panas hingga menjalar ke mataku, jangan menangis. Aku merapalkan kata itu terus.
Seakan aku dihantam batu besar. Mungkin aku yang terlalu baperan dengan sikap mas saga sedari pagi.
Duh kok jadi pengen nangis gini sih."Ga nggak boleh gitu. Maaf ya Ning Saga emang orangnya gitu."
Hatiku mencolos. Kalimat Renata seakan menerangkan kalau dia lebih tahu sifat dan semua tentang mas Saga.Aku menatap mas Saga yang hanya diam saja bahkan tidak peduli dengan kehadiranku.
"Nggak apa-apa mbak. Cepat sembuh, Nining keluar dulu."
Tampa melirik mas Saga sedikit juga aku melangkah pergi dengan menundukkan kepalaku.
Aku berjalan dengan cepat keluar dari rumah.
Aku hanya ingin keluar ke taman di belakang rumah.
Aku menghapus air mataku kasar. Bukan salahnya juga, ini salahku yang jatuh cinta pada orang kayak mas Saga, nggak punya hati.
Aku istrinya, bukannya kata ibu pernikahan akan bahagia jika kedua orang saling mencintai? Aku mencoba merubah pernikahan yang kacau ini. Tapi emang berjuang sendiri hanya menempuh luka.Diumur seperti ini, aku harus belajar menjadi seorang istri dan akan menjadi ibu sekaligus. Bukankah Tuhan tidak adil? walau aku cuman tamatan SMP aku juga pengen sama seperti gadis seumuranku.
Mumgkin orang akan bilang, nggak apa-apa ikhlaskan semua yang terjadi, tapi mereka tidak diposisiku. Bagaimana seorang gadis desa datang dan menjadi nyonya seorang dokter kaya, keluarga kaya, semua yang berada ditengahku terasa asing. Dan lebih parahnya harus menahan sakit dan tangis.Walau tidak pernah kasar dengan tangan. Tapi perkataan dari mas Saga lebih menyakitkan.
Aku meringis sakit ketika perutku keram.Aku mengelus perlaham sambil meraplakan semua baik-baik sajah.
"Ning, kamu kenapa?"
Aku terisak pelan. Perut aku sakit mas. Aku berujar dalam hati. Aku menangis lagi, entahlah aku terus sajah menangis didepan mas Saga.
Aku mengungkan tanganku ke lehernya. Aku masih terisak.
"Sakit mas."
Mas Saga meletakkan tubuhku di tempat tidur dengan pelan.
"Mas jangan pergi." Aku menahan tanganya. Mas Saga menata wajahku yang kesakitan.
Tubuhku menegang pertama kalinya mas Saga memegang dan mengelus perutku. Dan ajaibnya sakitnya hilang.
"Hiks."
Mas Saga menatapku khawatir, segera ia melepaskan tangannya, dan sakit kembali muncul."Apa masih sakit?"
"Jangan dilepas mas, makin sakit pas mas lepas."
Mas Saga kembali memegang perutku. Wajah kami bertemu, aku segera membuang wajah ke samping, sungguh aku tidak sanggup menatap matanya.
Apa ini bagian dari kehamilan atau anak-anakku yang menjadi tameng diantara hubungan aku dan mas Saga?
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Ndeso Sang Dokter [End]
Romance"Mas Gagak, nyalain kompornya gimana toh iki?" "Mas Gagak, opo toh iki?" Saga menatap jengah perempuan muda tapi o'on ini. Punya istri ndeso kayak gini. Ini kisah tentang dua manusia beda umur, dengan segala perbedaan. Dari perbedaan ini lah kisah m...