8

12.7K 1K 29
                                    

Thankyou yang ngasih support😘😘
Maaf yah telat post, banyak tugas soalnya .

Saga Pov

Gue baru saja keluar dari ruang operasi. Gue selalu bersyukur setelah berhasil operasi, setidaknya gue bisa nyelamatin nyawa orang kali ini. Dokter juga manusia biasa, hidup memang untuk mati, tapi memberi kesembuhan adalah tugas dokter. Makanya mama selalu bilang, jangan lupa bersyukur sehabis operasi dan menyelamatkan pasien.
Gue duduk di bangku hitam dalam ruangan gue seperti biasa. Akhir-akhir ini gue emosian mulu. Ais sial bukan akhir-akhir ini tapi memang sejak nikah sama Ningrum hidup gue apes. Kenapa gue nggak nikah aja sama sesama dokter di sini yang cantik-cantik dan nggak bikin gue kesal setiap saat.

Deert

Gue mengerutkan kening ketika ponsel gue berdering, ada beberapa pesan yang masuk.

Ningrum

Mas aku baru tahu kalau rumah mas gagak ada sungai, tapi sungainya bulat, warna airnya biru kayak laut. Kok bisa ya mas?

Gue pengen banting handphone gue keluar dari jendela. Begonya kelewatan. Apa sewaktu sekolah Ningrum nggak pernah diajarin namanya kolam renang. Atau emang dia sengaja buat gue kesal.

To Ningrum
Itu kolam sakral, sehabis hujan bidadari turun mandi di situ.

Gue membaca kembali pesan yang gue kirim, gila kali ya gue bisa respon sama kelemotan Ningrum. Pasti di sana dia lagi natep kolam dan pesan gue  bergantian.

Ningrum
Dasar bangkotan tukang boong.

Gue tertawa terbahak-bahak. Membanyangkan Ningrum sekarang lagi mencak-mencak kesal dan nyumpah serapahin gue.
Entah mengapa kadang gue juga nggak bisa pungkiri Ningrum emang bisa bikin gue ketawa selepas ini.

Dreet
Renata

Ga, gue hamil.

Jantung gue berdetak kencang ketika membaca pesan itu.

*
Ningrum Pov

Aku membaca pesan mas Saga dengan kesal. Dasar pembohong.
Aku emang kurang pendidikan tapi aku nggak sebodoh itu untuk dibohongin. Dia kira kurang pendidikan bodoh banget apa. Jadi jangan anggap sebelah mata orang yang nggak sekolah deh. Belum tentu yang sekolah tinggi hidupnya lebih baik. Banyak kok yang pendidikan cuman SD tapi bisa punya usaha sendiri.

Aku menyentuh air kolam ini dengan perasaan senang. Pengen mandi di sini, tapi takut air yang bening ini kotor. Aku nggak mau diomelin mas Saga gara-gara ngotorin air kolam ini. Pasti nanti ujung-ujungnya dia jelekin aku, ndesolah, lebih sakit lagi numpang di rumahnya.

Rumah besar ini ternyata begitu sepi ketika semua orang pergi kerja.
Mama lagi pergi ke rumah temannya, terus mbak Azalea pergi mengunjungi rumah orangtuanya, tadinya ajak aku, tapi aku tolak. Gimanapun aku masih pengen kenal rumah ini lebih jauh isinya. Makanya aku berakhir di kolam ini.
*

Aku baru saja menyusun makanan. Membantu mama dan mbak Azalea masak.

"Wah, enak ni kayaknya."

Aku akui anak-anaknya mama emang ganteng semua. Aku sampai heran saat ngidam makan apa sih mama. Anak-anaknya kok kayak berbie dan ganteng-ganteng banget.

"Hallo kakak ipar."
Aku gelalapan, astaga wajahku sepertinya suda memerah, malu banget. Astaga keciduk lihatin adiknya mas Saga yang namanya Konan itu.
Wajahku makin memerah mendengar tawa mama dari belakang.

"Ya ampun Nining. Jangan sampai salah bedain mas Saga kamu loh sama Konan. Bisa barabe."

Sudah tenggelamkan aku di lautan afrika sekarang juga.

"Lagi apa nih ramai-ramai?"

Aku berbalik menatap suara berat itu. Astaga ini juga tampan sekali, siapa ini. Aku baru lihat.

"Bang Ka!"
Aku melihat mama berlari memeluk tubuh pria tinggi dan tampan itu dengan sangat erat.

"Dasar anak bandel pulang nggak bilang-bilang."
Mama memukul lengan pria itu

Ah aku mengerti sepertinya anak mama. Wah aku tak sangka mama emang punya pangeran-pangeran tampan. Kenapa wajah mereka awet muda kayak remaja gini astaga kayak oppa-oppa korea yang mbak Azalea tunjukkin.

"Ningrum."

"Iya ma."
Aku menelan ludah. Sudah banyak orang yang menatapku. Sungguh aku baru kali ini jadi pusat perhatian.

"Bang ka. Kenalin ini istri adik kamu Saga, yang bunda ceritain."

"Salam kenal, aku Elka."

**

Suasana yang awalnya ramai mendadak sepi.
Tentu saja ini semua karena kehadiran Mas Saga dan wanita yang tidak aku kenali sama sekali. Cantik sekali, tinggi, kulit seputih susu, hidung mancung, rambut pirang, tentu begitu sempurna. Aku menatap tubuhku. Kurus, kecil dan kulitku tidak seputih itu. Kenapa aku mendadak jadi begini.

"Sehabis makan aku pengen ngomong sesuatu."

Aku mengerutkan dahi, tidak seperti biasanya. Mas Saga terlihat dingin. Entah apa yang telah terjadi padanya.

***

Aku diantara keluarga besar ini. Ruang tamu ini besar, kembali sunyi. Semua menunggu apa yang akan diucapkan mas Saga. Termasuk aku sendiri.

"Apa yang ingin kamu katakan."

Suara tegas dan berwibawa itu datang dari papa Saga.

"Renata hamil anak aku."

Suara dingin itu mengalun bagaikan lagu kematian yang menancap tubuhku.
Aku mematung, menatap mas Saga yang juga menatapku dingin.

Renata hamil, maksudnya Renata yang di depan aku ini?

"LELUCON APA YANG KAMU BICARAKAN SAGA?"

Aku masih terdiam menatap kosong.

"Maafin Saga. Tapi aku nggak mungkin bunuh anak ini. Anak ini-"

Aku menatap mata mas Saga, yang berhenti menatapku. Ada keraguan di sana tapi segalanya makin membuat jiwaku pergi.

"Adalah anakku."

Sudah, selesai sudah pertahananku.

Istri Ndeso Sang Dokter [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang