Sungguh nggak nyangka🤧 banyak yang baca walau nggak aku promosiin cerita ini🤧
Makasih buat pembaca setia😘
Thank you buat yang vote sama comment😘 Author kasih lope❤❤
Jangan lupa comment sama Votenya. Biar aku semangat updutenya😘Ini visualnya Mas Gagaknya Ningrum.
Ini Ningrum. Gadis desa dengan kulit sawo matang.
Setelah insiden semalam hubungan aku dan mas Saga makin renggang.
Aku nggak mau ngomong sama dia.
Dasar nggak punya hati.
Sepanjang sarapan pagi aku hanya diam. Walau aku duduk di sampingnya, tetap kami seperti asing.Aku mengabaikan banyak pasang mata yang menatap kami bergantian.
Tentu sajah tingkah mas Saga yang jadi aneh."Ehem, Ning makan ayam ini."
Aku enggan menatapnya, aku terus mengunyah makanan dalam diam, walau makanan terasa hambar, karena napsu makanku yang mendadak hilang.
Melihat Renata masih menempeli mas Saga sajah napsu makanku hilang. Apalagi mengingat kejadian semalam, rasanya aku ingin mengunyah mas Saga saja seperti daging ini.
"Ning, kamu mau nambah sup ayam?"
Aku mengerutkan dahiku bingung. Sejak kapan pria tua bangkotan ini jadi cerewet sekali pagi ini.
"Habis makanan berat, kamu harus makan buah ya. Jangan lupa susunya."
Aku berhenti untuk menyuapkan makananku k mulut. Aku menatap mas Saga malas. Kalau dia rasa bersalah sorry aku nggak terima kata maafmu mas.
"Sorry mas, aku nggak nerima kata maafmu mas. Kalau mas nggak buatin aku seribu patung dalam semalam."
Aku mendengar tawa keluarga mas Saga. Aku melihat Renata yang duduk dihadapan kami menatapku tak suka.
"Aku bukan Bandung Bondowoso Ning. Lagian nama kamu Ningrum bukan Roro Jonggrang."
"Siapa tahu aku jadi kembarannya Roro Jonggrang."
Aku mengerutkan kening sejak kapan meja makan jadi kosong. Kemana semuanya pergi, hanya ada aku, mas Saga dan Renata di hadapan kami.
"Ga, jadi temani aku ke mall kan?"
Aku melirik sinis ke arah mas Saga. Dasar buaya darat.
Aku memilih melangkah pergi, jalan-jalan pagi keliling kompleks sepertinya bagus. Walau aku dilarang capek oleh dokter. Tapi perutku semakin besar padahal baru tiga bulan.
Tentu saja didalam sini ada dua orang. Aku nggak nyangka, aku nggak ada keturunan kembar, tapi mas Saga punya kembaran. Aku juga awalnya kaget karena mas saga punya adik yang kembar, dua laki-laki kembar dan dua perempuan kembar.
Rencana Tuhan emang nggak ada yang tahu, dulu aku hanya anak ibu yang nakal sering berkelahi sama anak cowok kampung sebelah. Eh sekarang udah mau jadi ibu aja.
Mana punya suami menyebalkan. Untung tampan.Aku melihat handphone yang baru dibeli mas Saga. Ini gima toh makenya?
Handphone dengan logo apel digigit. Nggak tahu aku ini hp apa. Duh mana tombolnya.
"Ning, kamu belum minum susunya?"
Aku mengerutkan dahiku masih fokus ke hp, sejak kapan aku kamu, biasanya saya kamu.
"Kamu lagi apa sih Ning?"
Walau aku malas menanggapi tapi aku harus tahu gimana pakai hp ini.
"Dimana sih tombol hidupnya? Wong hp aku biasanya ada tombolnya."
Aku mengerutkan dahiku lagi, benar tidak ada tombolnya, semua rata layar.
Aku melihat mas Saga yang menutup mulutnya. Tapi aku dengar tadi dia ketawa.
"Nggak usah ketawa ya. Aku tahu aku bodoh, udik nggak update."
Aku makin kesal mendengar tawa mas Saga.
Gimana sih, perasaan kami bertengkar terus, tapi kenapa aku dan dia selalu berdebat?"Sini."
Aku sedikit deg-deg saat tubuh mas Saga mengenai kulit tanganku.
Duh berasa kena sengat lebah."Gini nih caranya."
Aku hanya menatap waja mas Saga. Duh terbuat dari apa sih orang satu ini. Kok ganteng banget, kulitnya putih, hidungnya mancung. Tatapan matanya yang tajam tapi menenggelamkan. Aku memegang jantungku. Kenapa jantung aku kayak baru habis lomba lari.
"Giliran kamu coba."
"Eh?"
Aku dan mas Saga saling tatap. Duh kenapa aku jadi aneh gini ya?
Wajahku memerah."Ning kamu sakit, kok wajah merah gitu?"
Aku memegang kedua pipiku yang memanas.
Mas Saga memeriksa panas pada keningku.
"Kok tiba-tiba panas sih?" Tanya mas Saga masih menatap wajahku.
"Bukan hanya wajah yang panas. Kok dada Ningrum deg-deg kan kayak lari maraton mas."
Mas Saga dan aku saling tatap.
Hingga suara ketukkan pintu terdengar.
Mas Saga melangkah kakinya menuju pintu.
Aku menatap sinis Renata yang ada di pintu kamar kami.
Perempuan ini benar-benar tidak tahu diri.Aku melangkah mendekat.
"Mas Saga aku pengen makan pecel lele."
Aku memegang lengan mas Saga sambil menggelantung manja.
Aku melirik Renata yang wajahnya berubah jadi asam.
"Anak mas loh yang minta." Aku mengelus perutku berulang. Biar Renata sadar aku ini istrinya mas Saga, walau akan bercerai nanti. Tapi sekarang ini aku istrinya. Sudah aku pikirkan, aku tidak boleh kalah dalam pernikahan ini. Aku bisah mengubah pernikahan kami. Ini semua demi dua anak kembarku ini. Walau mas Saga nggak tahu mereka kembar, suatu hari nanti mas Saga akan tahu.
"Tapi mas Saga udah janji mau temani aku ke mall."
Aku menatap sinis perempuan cantik di depanku.
"Emang jalan sama suami orang baik apa? Lagian aku ISTRINYA." Aku menegaskan kata istri dengan tegas, biar Renata sadar kalau mas Saga itu udah punya istri. Nggak pantaskan bergantungan sama suami orang.
"Maaf ya Ning kalau kamu keberatan. Tapi mas Saga nggak keberatan kan?"
Aku melotot pada mas Saga.
Mas Saga mengerutkan dahinya."Nggak apa-apa. Lagian pahalakan bantuin orang."
Aku melepaskan pelukkan di lengan mas Saga. Sumpah gondok banget.
Aku menatap kesal ke arah mas Saga."Ningrum batal ngidam sama mas Saga. Pengen makan sama mas Hiro aja. Mongo temani Renata."
Aku melangkah pergi dengan kesal.
Voten and commentnya😘 jangan lupa ya😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Ndeso Sang Dokter [End]
Romance"Mas Gagak, nyalain kompornya gimana toh iki?" "Mas Gagak, opo toh iki?" Saga menatap jengah perempuan muda tapi o'on ini. Punya istri ndeso kayak gini. Ini kisah tentang dua manusia beda umur, dengan segala perbedaan. Dari perbedaan ini lah kisah m...