Disini papanya Bagas kunamain Chakra, biar gak double nyebut "papa"
=================
Tubuh gue menerjang pintu rumah Bagas. Menampakkan pemandangan seorang pria yang saat ini tengah berdiri dengan wajah sangarnya, ditemenin sama Bagas di ruang tengah.
Pria itu adalah papa gue.
Belum sempet gue buka mulut, papa menggebrak meja ruang tamu.
"Sudah berani kamu lari dari saya?"
Bagas menatap pria itu, wajahnya terpancar aura tidak suka. Yah, soalnya meja kayu itu udah seenaknya digebrak, wajar kalau Bagas masang wajah begitu.
"Tolong ya, om. Jangan rusak meja saya," ucap Bagas yang sempet-sempetnya nyindir.
"Sori, Gas..." Gue minta maaf ke Bagas, terus beralih ke papa yang lagi marah-marah itu,"Pa, jangan seenaknya. Ini rumah orang bukan rumah papa."
"Kamu gak usah banyak bicara. Sekarang juga, ayo kita pulang ke Bandung," tegas papa.
Bagas kaget, dia mau ngebela gue tapi langsung gue tahan, "Gas, lo ke kamar aja ya. Ruang tamunya gue pake sebentar, oke?"
Sempet kekeuh ingin tetap berada di ruang tamu, namun akhirnya Bagas nurut juga. Tersisalah gue dan papa. Raut wajah pria berumur 50 tahunan itu masih belum melunak.
Papa meremat kemejanya, mengatur napas sebelum kembali berbicara, "Kamu tau apa yang kamu lakuin? ngerasa benar kamu, pergi tanpa sepengetahuan saya?"
Tatapan mata papa semakin menusuk. Tatapan mata yang bisa aja ngebuat gue tertunduk dalam diam. Tapi, gue di sini tetep berdiri tegak menatap wajah papa. Bagaimanapun juga, gue yang duluan bertindak--kabur dari rumah. Daripada diam, ada sesuatu yang ingin gue utarakan ke papa.
"Aku pergi biar gak ngerepotin papa lagi," kata gue.
"Apa?"
"Papa, jujur aja. Pasti keberadaan aku itu ngeberatin papa." Perkataan gue terputus sejenak, mengingat serpihan-serpihan memori mengenai papa yang selalu marah dan tidak pernah mengerti gue.
Bukannya ngedengerin gue, Papa lagi-lagi melontarkan kalimat yang sama. "Vano, gak seharusnya kamu ada di sini. Ayo kita pulang."
"Emangnya ada apa di sini?"Papa gak menjawab dan malah menarik lengan gue yang langsung gue tepis. Emosi gue yang gak tertahan meluap, "Kenapa gak mau jawab?"
"Untuk sekarang lebih baik kamu pulang."
Gue menggertakkan gigi, merasa marah. Namun berakhir menjadi bingung saat papa berlutut di hadapan gue. "Saya mohon."
Seorang lelaki yang dulu sering memaki gue kini terlihat tak berdaya, berlutut dan memohon."Kenapa papa malah begini?"
"Mungkin kelakuan saya ke kamu sewaktu kecil bikin kamu sakit hati, tapi niat saya itu baik." Wajah papa menengadah. "Saya gak mau kamu jadi seperti wanita itu."
"Kenapa? karena mama dukun?"
Papa melebarkan matanya. Kaget karena gue mengucapkan kata-kata itu, "Kamu...darimana kamu tau?"
"Udah dari lama aku tau, Pa. Mama sendiri yang bilang kok, bahkan aku sering ikut mama kerja ke pondok kecil di deket hutan."
Tangan gue dicengkram oleh papa, "Kamu--itu berbahaya--"
"Jangan terus-terusan nyalahin mama. Mama gak seharusnya diperlakukan kayak begitu. Kalau aja papa gak keras sama mama, mama gak akan pergi dari rumah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Try to Feel U [END]√
FanfictionKetemu hantu di siang bolong. ⚠️ ini lapak BxB ⚠️ di cerita ini suatu hal yg gamungkin bisa jadi mungkin ⚠️tokoh utamanya buaya, tukang php, tp ganteng sih sekian, s'lamat reading