Sinar matahari di jam sebelas pagi ini terasa menusuk. Padahal ramalan BMKG, hari ini hujan akan turun dengan derasnya. Eric menggeram sambil menenteng tas selempangnya, menuruni tangga.
"Kurang ajar, mataharinya kurang ajar..." Mulut Eric mulai mengeluarkan sumpah serapah.
"Hoi, pulang lo?" Kaki Eric berhenti melangkah begitu teman sekelasnya menyapa tepat di depan pintu keluar, Putra.
"Yaiyalah pulang, emang mau ngapain lagi? nyuciin piringnya ibu kantin? Basuh kaki Pak Chandra? Ngopi bareng Pak Burhan?" Tanpa jeda mulut Eric nyerocos.
"Buset, enggak gitu juga sih."
"Lagian ya, besok kita ulangan. Satpam juga udah ngusir kita."
Putra nyengir lebar, "Sendiri pulangnya? Biasanya sama Rama, eh tapi gue liatin lo udah jarang ya sama dia."
"Bocahnya ngambek, gak tau kenapa." Eric mengipas wajahnya, gerah. "Dah ya, jangan ngalangin jalan gue lo. Gerah banget ini gue."
"Galak banget. Btw, mau gue bantuin buat baikan gak sama bocah SMP satu itu?"
"Yang ada makin parah kalo lo bantuin. Udah, biarin aja dulu bentar lagi jugaーeh itu dia! RAMAAA!!" Eric meneriaki Rama yang tengah berjalan melewati gedung SMA. Namun, bukannya membalas, ia malah kabur.
"Yahaha," Putra tertawa mengejek.
"Apa salah gue sih?" Eric menaikkan alisnya.
Putra menepuk bahu Eric, "Udah ya gue duluan, semangat bro!"
Eric menghela napas panjang. Sudah dua minggu ia dicuekin sama Rama, sahabat seperbopungannya. Eric gagal paham, mengapa Rama tiba-tiba menjauhinya begini? Apa Rama marah gara-gara sepatunya diumpetin di pohon keramat? Ah, tapi kan Eric udah sering ngumpetin sepatunya Rama. Keusilannya yang jahanam itu pasti dimaklumi oleh Rama--mungkin.
Kenapa ya, Siswa berambut pirang itu bersedekap, menatap langit. Siapa tau dengan begitu ia bisa mengetahui alasan Rama ngambek.
"Eric." untuk kedua kalinya, ada seseorang yang memanggil namanya. Kali ini bukan Putra.
Kedua mata Eric menyipit, "Julian?"
Orang yang dipanggil itu menundukkan kepalanya. "Itu..."
"Kenapa?" Agak kaget karena Eric membalasnya, Julian mengangkat kepalanya. Bola mata berwarna hitamnya bergetar ketakutan. Seperti tengah melihat hal menakutkan. "Kenapa? ngomong aja."
"Besok ujian...kalau...eh..aku boleh belajar bareng sama kamu?" ucapannya tersendat-sendat.
Belajar bareng?, Eric membulatkan matanya. Ini hal yang baru, Julian mengajak Eric untuk belajar bersama.
Kalau boleh cerita tentang Julian, dia adalah cowok yang pendiam dan penyendiri. Entah memang sifatnya seperti itu atau karena perundungan yang dialaminya. Ngomong-ngomong soal perundungan, Eric selalu melihat Julian diganggu di kelas, parahnya lagi orang yang mengganggu Julian kebanyakan teman-teman dekat Eric. Alasannya? Ranking. Hal sepele? enggak, di gedung belakang semua siswa menjunjung tinggi yang namanya ranking. Eric gak tahu pastinya sejak kapan. Hanya saja menindas siswa berperingkat rendah udah jadi tradisi turun-temurun.
Eric sebenarnya gak peduli soal ranking, dia mau-mau aja berteman sama siapa pun. Sayangnya saat melihat Julian ditindas, Eric sama sekali gak bisa membantunya atau menemaninya. Di sisi lain kalau Eric melakukannya, penindasan itu akan semakin parah. Pernah sekali, Eric menegur teman-temannya untuk menghentikan penindasan tersebut dan keesokan harinya, meja Julian langsung musnah.
Selama ini Eric selalu berpikir, bagaimana caranya menghentikan ini semua.
"Anu...boleh?" Julian kembali bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Try to Feel U [END]√
FanfictionKetemu hantu di siang bolong. ⚠️ ini lapak BxB ⚠️ di cerita ini suatu hal yg gamungkin bisa jadi mungkin ⚠️tokoh utamanya buaya, tukang php, tp ganteng sih sekian, s'lamat reading