Kita teman

254 44 20
                                    

Eric adalah seorang cowok berambut pirang. Cuma dengan karakteristik seperti itu, dari kejauhan pun gue bisa tau kalau itu Eric. Berhubungan, cuma dia satu-satunya makhluk yang berambut pirang.

Eric lagi mengamati keadaan kantin. Tampangnya serius banget. Apa dia mau cari orang buat dirasukin ya? sebelum itu terjadi kayaknya gue harus ngehentiin dia.

Gue menarik tangan Eric. Cowok rambut pirang itu terlonjak kaget. Padahal dia yang hantu tapi malah dia yang kaget. Lucu banget.

"Ngapain, Dek?" tanya gue pelan.

"En..enggak ngapa-ngapain."

"Oh gitu?" Sifat usil gue muncul. Gue berjalan pelan, masih sambil menggandeng tangan Eric.

"Eh, eh ini maksudnya apaan?!"

Gue gak membalas, tetap berjalan menuju ibu-ibu yang jualan siomay. "Bu, beli siomaynya lima ribu ya, gak pake kecap--WAAAA!!"

Bocah ini gak bisa diem ya, dia berusaha memberontak. Alhasil gue sedikit goyah dan hampir terjatuh ke belakang. Hampir ya, hampir. Gak sampe jatoh gue.

"Eh, Nak. Gak papa?" Penjual siomay itu panik ketika ngeliat gue yang gak ada angin gak ada hujan tiba-tiba mau jatoh.

"Gak papa bu, abis ngerjain Ekonomi jadinya pusing." dusta gue sambil narik balik Eric ke dekat gue. Hidungnya menabrak bahu gue, lalu dia menatap gue tajam.

"Lo ada masalah apa sih?" protes Eric, wajahnya udah keliatan mau marah.

"Diem, jangan gerak dulu."

Gue bisa denger dia menghela napas kasar. Mungkin karena cengkraman gue cukup kuat, dia gak bisa berontak. Sampai siomaynya ada di tangan gue, dia juga diem aja. Masa sih setan ngambek?

Tangan Eric yang dingin dan mungil tetap gue genggam erat. Biar dia gak bisa kabur dan ngerasukin orang-orang yang ada di kantin.

"Ke lapangan ya." Gue membuka pembicaraan yang hanya dijawab oleh angin.

Walaupun dia gak jawab, gue tetep berjalan menuju lapangan bola, pastinya sama Eric. Soalnya tangannya masih gue pegang.

"Duduk situ, temenin gue makan." Pas ada di lapangan bola, gue nyuruh dia duduk di ayunan, bersebelahan dengan gue yang udah nusuk siomay pake tusukan.

"Ngapain coba gue nemenin lo."

"Tadi pas gue tanyain lagi ngapain, lo bilang gak lagi ngapa-ngapain. Jadi temenin gue aja lah, daripada ngelamun gajelas di kantin."

Mulutnya udah terbuka, mau bales omongan gue tapi dia gelagapan dan bingung mau bales apaan. Akhirnya dia bungkam, terus duduk di ayunan. Wajahnya dia tolehkan ke arah lain, bukan ke gue.

"Gwue hi hini hoh." Sambil ngunyah gue ngomel.

"Telen dulu kalo ngomong." Eric ikut ngomel.

Setelah menelan siomay, gue memperjelas omongan barusan."Gue di sini loh, kok ngadepnya ke sana."

"Perlu banget ngadep lo ya? nih." Dia menatap gue tepat di wajah. Gue jadi keselek. Gak biasa ditatap begitu woi. "Katanya suruh ngadep lo, terus sekarang lo nya salting."

Try to Feel U [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang